12. Ingatlah Hari Ini

149 15 22
                                    

Kini ku mengerti,
bukti itu bukan diucapkan
tatapi dirasakan.

~ Excel ~

****

Hari mulai gelap, acara api unggun telah tiba.
Di awali Jack yang duduk di tengah area, samping api unggun sambil membawa gitar. Duduk di kursi kayu ia mulai memetik gitar, menyanyikan sebuah lagu berjudul Manusia Bodoh, yang sedang populer pada tahun itu, liriknya cukup menyayat hati, sesekali Jack memejamkan matanya saat bernyanyi, ia terlihat sangat menghayati.

Dahulu terasa indah, tak ingin lupakan
Bermesraan selalu jadi suatu kenangan manis
Tiada yang salah, hanya aku manusia bodoh
Yang biarkan semua dipermaikanmu berulang-ulang kali

Mencoba bertahan sekuat keras hati
Layaknya karang yang dihempas sang obak
Jalani hidup dalam buai belaka
Serahkan cinta tulus didalam takdir

Suara syahdu Jack meredam semua riuh siswa-siswi yang berbincang, seolah terhipnotis dan terlalu sayang dilewatkan.

Clara berdiri bersandar pohon, memandang Jack dari kejauhan. Itu adalah lagu favoritnya yang dulu sering dinyanyikan Jack untuknya. Mendengar lagu itu, membuat Clara teringat moment-moment indah kebersamaan mereka.

Tanpa terasa air matanya berlinang, lagu itu seperti khusus ditujukan untuk dirinya. Lagu itu juga seperti kisah cinta mereka, yang berakhir karena kebodohan.

Lagu itu menceritakan tentang kebodohan karena dikhianati sang kekasih, apakah Jack masih menganggap ia dan Excel sunguhan selingkuh?
Kembali air mata Clara jatuh, ada penyesalan yang tak mampu ia ungkapkan.

Clara juga menyadari tuduhan terhadap Jack hanya karena emosi dan cemburu. Buktinya Jack dan Dara tak pernah ada apa-apa setelah ia dan Jack putus. Clara pun menyesali itu, tetapi terlalu gengsi jika ia yang harus mengakui.

"Jack punya jiwa seni yang tinggi." tutur Safa berdiri yang di samping Clara. Clara terkejut, segera menghapus air matanya dengan kasar.
"Bahkan hatiku ikut teriris saat melihatnya bernyanyi." lanjut Safa menatap Jack dari kejauhan.

Clara tidak tahu, sejak kapan Safa berdiri disampingnya.
"Yang punya ide perkemahan ini pasti kamu?" tanya Clara mengalihkan pembicaraan. Ia bukan tipe orang yang mudah membagi rasa dalam hatinya.
Meski sebenarnya dia butuh.

"Benar, lebih tepatnya. Aku dan Excel." Jawab Safa bangga.

"Sudah ku duga. Sejak mengenalmu Excel berubah!" ketus Clara.

"Benarkah?" Safa menoleh sumringah. Namun seketika berubah kaku saat melihat ekpresi tak senang dari Clara.

"Aku heran denganmu, apa di sekolahmu, kamu tidak punya teman? Senang sekali dengan SMA tetangga?" Kini Clara balik menoleh pada Safa dengan wajah yang sudah tampak tegar. Meski matanya masih merah karena sisa tangis, tapi wajah itu sudah kembali seperti Clara biasanya. Angkuh dan dingin.

REUNITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang