27. Cinta Pertama

164 19 71
                                    

"Hai!" Excel menghampiri Safa yang masih berdiri disamping jendela. "Masih menunggu Clara?"
Safa sedang membuka sosial media untuk mengetahui perkembangan fashion show, buru-buru menutupnya saat Excel datang, lalu mengelengkan kepala.

"Kamu tidak lapar? Ayo makan siang?" Excel mengulurkan tangannya, seolah tahu kegundahan hati Safa dan berusaha menghiburnya.

"Hm?" tangan Excel masih mengambang di udara, sambil mengerakkan kepala ke arah makanan.
Safa tersenyum tipis lalu meraih tangan Excel.

"Jack bilang Reon sudah bertunangan, tapi dia tidak mau memberi tahu siapa wanitanya. " cerita Excel, keduanya berjalan beriringan sambil bergandeng tangan.

"Siapa wanita itu? Aku ingin memberi selamat, tapi takut salah orang." lanjut Excel, Safa hanya tersenyum mendengar itu, menyimpulkan Excel dan Oreon baik-baik saja.

"Yang pasti, itu bukan kamu kan? Kalau iya, tidak mungkin mau ku gandeng seperti ini."

Safa baru menyadari, jika masih bergandengan tangan dengan Excel, spontan Safa melepaskannya.

Safa segera mengambil piring, dan mengambil beberapa potongan buah, sedikit salah tingkah.

Excel menatap tangannya kecewa.
"Apa itu kamu?" tanyanya hati-hati.

Safa tersenyum tipis, ia menatap Excel yang juga sedang menatapnya, lalu menggelengkan kepala.

Seketika Excel tersenyum, senyuman termanis, setelah sekian lama, tak pernah ia tunjukkan. Tak bisa dipungkiri, sorot mata pria itu, menandakan kelegaan.
Dan senyuman Excel itu juga dirindukan Safa, jantung gadis itu berdebar saat melihatnya.

"Astaga! Excel!" terdengar suara yang memecah moment indah itu, refleks Safa dan Excel menoleh ke sumber suara.

"Setelah sekian lama, akhirnya aku melihat senyuman ini." tutur Ana, seolah terkagum-kagum, sambil melangkah mendekat.
"Kamu bilang apa Safa? Sampai Excel tersenyum semanis ini?" lanjutnya, setelah ia berhadapan langsung sepupu dan sahabatnya.

Safa tampak linglung, "Aku tidak bilang apa-apa." ucapnya setelah berfikir.
"Oya, apa kabar Ana? Aku rindu padamu." Safa segera merangkul Ana.

"Aku sangat baik, emm aku punya banyak rahasia tentang Excel, apa kamu mau tahu?" Ana mengedipkan mata kirinya.

"Rahasia?" tanya Safa lalu menoleh Excel yang terlihat terkejut.

"Sepertinya menarik." Safa tersenyum jail.

"Ya sudah ayo!" Ana segera menarik Safa, tanpa memberi kesempatan pamit dengan Excel.

"Annaa?" gumam Excel pasrah.
"Ana dan Jack sama saja!" gerutu Excel sambil mengelengkan kepala.

"Jadi kamu sudah menikah?" tanya Safa saat keduanya duduk berdua di salah satu meja.

"Dan anak 2 tahun." imbuh Ana.

"Ah, pasti mengemaskan, apa pekerjaan suamimu? Apa dia alumni juga?" tutur Safa, mereka asyik membicarakan kehidupan Ana.

"Suamiku, 10 tahun lebih tua dariku, dia anggota DPR." jawab Ana tersenyum.

"Wow! Pasti bangga sekali, hidupmu benar-benar sempurna." puji Safa, serasa tak percaya.

"Tidak juga sih." Ana menekuk wajahnya.
"Aku lebih bangga pada adik sepupuku, setidaknya aku melihat bukti, dia tak tersentuh uang panas." pujian itu untuk Excel.
Orang tersebut tersenyum saat meletakkan dua piring berisi buah, di hadapana Ana dan Safa.
"Ku rasa kita perlu ganti topik!" ketus Ana menyadari kehadiran Excel.
Safa dan Excel pun seketika tertawa, karena Ana malu, tertangkap basah memuji sepupunya.

REUNITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang