33. Hadiah Kecil

149 16 52
                                    

Mendengar penerimaan Safa, tanpa sadar Excel berdiri. Dipisahkan meja kecil, ia membungkuk lalu mendaratkan bibirnya di kening Safa.

Gadis itu terkejut, tubuhnya kaku tak bergerak hingga mendengar ucapan terima kasih dan pernyataan cinta?

I love you

Tiga kata yang mengandung makna itu keluar dari bibir Excel. Kata begitu sakral bagi Excel, karena baru kali pertama ia mengucapkannya, dan memang hanya ditujukan untuk Safa. Dan Safa juga tak percaya, bibirnya membalas penyataan cinta itu, sebagai jawaban. Keduanya memejamkan mata, dengan kening bersentuhan, ruangan terasa hening, seolah waktu berhenti sejenak untuk mereka.

Namun Excel menyadari ada yang janggal, bukan hanya perasaannya saja ruangan hening. Tapi kenyataannya memang hening, tak ada alunan musik, tak ada suara Jack.

Saat Excel membuka mata, sorot lampu menerpa dirinya dan Safa. Cahaya yang sejak tadi menari-nari mengikuti gerak dansa teman-temannya. Kini hanya menyorot padanya seolah ia seorang tersangka, atau artis yang sedang berlaga.

Excel menatap seluruh ruangan remang-remang, menyadari dia sekarang menjadi pusat perhatian dan berfikir

"Sejak kapan lampu itu menyorotinya?"

"Jangan buka mata!" larang Excel, tetapi terlambat, Safa sudah melihat. Gadis itu berdiri dan Excel segera memutari meja, mengukung tubuh Safa, melindungi dari sinar itu dengan tubuhnya. Excel mengedarkan pandangan, menemukan Jack tersenyum menyerigai, dengan gitar dipangkuan tanpa dimainkan. Ruangan memang hening sejak beberapa menit yang lalu, Jack berhenti bersuara dipertengahan lagu, spontan semua pemain musik pun ikut berhenti. Telinga Excel mulai menangkap suara bisik-bisik dari kanan-kiri, Excel memejamkan mata.

"Maafkan aku." bisiknya pada Safa, ia menyesal tak bisa mengendalikan diri karena terlalu bahagia, dan mencium kening Safa di depan umum. Itu memalukan bukan, bagi seorang gadis?

Safa hendak bicara, namun terhenti karena mendengar suara lantang memecah keheningan.

"Ah, aku tahu mereka sudah pacaran dari dulu." Excel membuka mata, ia tak melihat siapa yang bicara ditengah remang-remang itu tapi ia mengenali khas nada jenaka-nya, siapa lagi kalau bukan salah satu sahabatnya.

"Sejak perkemahan beberapa tahun yang lalu, aku curiga dan kesimpulanku benar bukan?" lanjutnya menghampiri Safa dan Excel dengan mic ditangannya.

"Sepertinya aku cocok, jadi peramal." Odi mengedipkan satu matanya, saat berada di depan Excel. Gemuruh tawa terdengar.

Lampu yang tadinya menyoroti Excel dan Safa, kini berpindah menyoroti Odi.

"Segitiga Pintar memang memiliki magnet, selalu ada kisah cinta yang unik, yang menjadi sejarah baru, kisah yang tak lekang oleh waktu. Seperti yang tertera di dalam buku (Sejarah Segitiga Pintar) mau diakui atau tidak, selalu ada kisah cinta segitiga diantara tiga SMA itu, dan tak sedikit, yang menjadi pasangan bahkan mengikat janji suci." terang Odi layaknya seorang guru.
Peserta reuni yang sudah berhenti berdansa, karena lagu mendadak terhenti, ikut mendengarkan kalimat Odi, ada yang manggut-manggut ada juga yang melemparkan senyum.

Safa melipat tangannya di dada, ia tersenyum. Tangan Excel sudah tak mengurungnya, pria itu fokus menatap sahabatnya.

Safa menyandarkan punggungnya di lengan Excel.
"Odi keren ya?" komentar Safa.

"Keren?" ulang Excel, ia tak fokus dengan kalimat Safa, karena merasakan getaran berbeda saat Safa bersandar pada lengannya.

"Iya, keren! Dia menyelamatkan kita." jelas Safa masih menatap Odi, Excel tersenyum melirik gadis disampingnya, mengerti kalimat Safa.

REUNITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang