4. Foto Lama

255 24 19
                                    

Saat remaja persahabatan memang begitu kuat, seperti rantai baja. Tapi apakah masih sama, saat kita sudah dewasa?

~ Excel ~

****

Safa masih terjaga. Ia tak bisa memejamkan matanya, meksi sudah di atas kasur.
Percakapannya dengan Oreon terngiang di telinga.
Ada bimbang dalam hatinya. Terdengar ponselnya bergetar, pertanda pesan dari nomor tak dikenal.
Mata Safa membulat saat membaca tulisan tersebut.
Ia kemudian bergegas mengambil undangan reuni, lalu membacanya dengan teliti.
Lagi - lagi Safa terkejut, saat membaca baris terakhir undangan itu. Ia baru tahu, 3 SMA reuni di waktu yang sama.
Kilatan bayangan masa lalu kembali hadir dalam ingatannya.

"Saat remaja persahabatan memang begitu kuat, seperti rantai baja. Tapi apakah masih sama, saat kita sudah dewasa?" tanya Excel ketika masih berseragam SMA. Kalimat berupa tantangan itu di tujukan pada gadis di hadapannya. Yang tak lain adalah Safa.

"Kamu tidak percaya?"

"Tidak!" Excel menjawab tegas. "Jiwa persahabatan itu akan memudar seiring umur kita bertambah, dan terkikis oleh waktu lalu hilang saat menua."

Safa tidak terima dengan pendapat itu.
"Datanglah reuni, kalau kamu ingin bukti."

"Reuni?" Excel mengerutkan kening.

"Iya, beberapa tahun lagi." jawab Safa menatap penuh keyakinan.
"Akan kutunjukan padamu, persahabatan itu tak lekang oleh waktu."

Excel menatapnya dengan senyum remeh "Kamu terlalu naif." ucapnya sambil menggelengkan kepala.

****

Safa menutup mulutnya dengan tangan, mengingat percakapannya dengan Excel. Kini kalimat pertanyaan Excel itu terlukis di baris paling bawah undangan reuni. Juga pesan singkat dari nomer tak di kenal tersebut.
"Excel? Apa mungkin Excel?" gumam Safa lalu menghubungi nomer tersebut. Namun ternyata tidak aktif.
Kata-kata Excel saat remaja itu seolah menjadi alarm untuknya. Dia yang dulu selalu menyakinkan Excel tentang arti persahabatan. Mereka juga yang memulai persahabatan yang dulu pernah membuat mereka terluka.

Bagaimana ia bisa memberikan bukti? Jika datang reuni saja tidak sudi?

Seperti ada palu yang memukul kepala Safa, dimana jiwa persahabatan yang dulu begitu membara?
Mungkinkah benar yang Excel katakan, persahabatan terkikis oleh usia?

***

Pagi telah kembali, Safa melangkah mantap memasuki butik ClaFa, tempat dirinya bekerja.
Dia berdiri di depan pintu kaca. Ia hendak mengetuk, namun gengaman tangannya mengambang di udara, tepat beberala centi dari daun pintu.
Ia memejamkan matanya sejenak, seolah memberi kekuatan pada diri sendiri lalu menghela nafas.

Setelah mendapat izin masuk, Safa membuka perlahan pintu bening itu, masih dengan pikiran berkecambuk, Safa menguatkan diri.

Terlihat Seorang wanita dengan rambut sebahu, ujung rambut di warna pirang. Dengan setelan baju warna abu-abu yang pas pada tubuh, duduk berwibawa. Terlihat wanita ini berkelas.
Sorot matanya tajam, menatap Safa yang kini duduk tegak didepannya seolah tak ingin kalah wibawa juga.

REUNITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang