1. Segitiga Pintar

484 37 11
                                    

Setiap pekerjaan pasti menemui kesulitan.
Jika ingin bertahan, kuncinya adalah kesabaran.

~Oreon~

30 November 2017
Jl. Segitiga Pintar
Yogyakarta.
_____________

Di sebuah area jalan segitiga pintar, terdapat tiga gedung menjulang tinggi.
Ketiga gedung Sekolah Menengah Atas itu, memiliki pagar besi warna emas. Jika di tarik garis lurus dan dilihat atas akan membetuk segitiga.

Puluhan siswa dan siswi berada di depan gerbang sekolah masing-masing.
Terik mentari serasa membakar dan tatapan mereka seperti singa lapar. Hasrat mereka ingin segera mencakar.

Maju beberapa langkah, mereka saling menantang.
Awal mula adu mulut lalu berlanjut adu sikut. Tak butuh waktu lama, mereka membaur saling pukul.

Tiga Seragam itu seolah menjadi satu. Seperti pasukan perang yang tak peduli kawan atau lawan. Siapa saja yang mendekat pasti segera diserang.
Pertengkaran hebat itu tak terhindarkan. Suara begitu gaduh dan bising. Ada salah seorang yang kalap, bahkan mengambil batu dan melemparnya dengan wajah murka.

Mereka yang sadar batu melayang, segera menghindar dan akhirnya batu itu mengenai jedela kaca SMA HARAPAN. Siswa dari SMA itu tak terima dan kembali melempar ke arah berlawanan. Suasana menjadi mengerikan, gaduh tak terkendali, teriakan histeris karena kesakitan pun bersautan.

Hingga sirine polisi terdengar, menghentikan tawuran.
Beberapa siswa luka - luka dan semua yang ikut serta digiring ke lapangan terdekat oleh aparat.

*****
Keesokan harinya.

Seoramg pria berkemeja batik berjongkok, tangannya terulur mengambil pecahan kaca akibat tawuran.
Sekolah terlihat sepi karna diliburkan.
Pria itu melihat ke dalam ruangan melalui lubang jendela kaca yang pecah, wajahnya tampak sedih.
Terdengar kepala sekolah sedang menegur siswa dengan suara lantang, bahkan sampai mengebrak meja.

Pria itu berjalan mendekat, lalu berdiri didepan ruangan, matanya menyapu, terdapat beberapa guru duduk di depan dengan wajah geram.
Sedangkan sepuluh siswa yang berjajar dibelakang meja, menunduk menyesal.

"Pak Reon, masuklah!" Ujar kepala sekolah.

"Apa yang akan anda lakukan sebagai wali kelas mereka?" lanjut pria berpeci hitam itu.

"Izinkan saya bicara dari hati ke hati pak." tutur Reon sopan.

"Hati ke hati? Mereka itu tidak punya hati!" bentak kepala sekolah, hilang kesabaran.

"Saya masih ingin melihat. Apa mereka masih punya hati atau tidak!" ucap Reon dingin.
Guru muda yang biasanya ramah itu, terlihat geram, terbukti pada lirikannya pada murid yang begitu tajam.

***

Pintu ruangan ditutup, kepala Sekolah dan guru lain menunggu di luar.
Oreon berdiri sambil membawa penggaris panjang yang terbuat dari kayu dengan ketebalan 3 cm.
Kesepuluh anak itu, seketika meringsut takut. Guru olahraga yang terkenal asyik itu, jika marah ternyata lebih menyeramkan.

Padahal Oreon hanya diam, berdiri menatap mereka satu persatu dengan mata tajam.

"Kemarin kalian bertingkah seperti preman! Apa kalian mau mengulangi adegan itu denganku?" tanya Oreon dingin.

Semua murid menunduk tak ada yang menjawab.

"Hei!" Oreon memukul meja dengan penggaris. Guru - guru yang berada di luar pun terkejut dan mengintip lewat jendela kaca dengan was-was.

REUNITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang