26. Dusta Clara

123 17 39
                                    


"Excel, selamat datang." sambut Oreon mengulurkan tangan.

Excel menjabat tangan Oreon sembari berkata "Apa kabar, pak guru?" ucapnya dingin.

Oreon menaikkan alis, merasakan ketegangan seluruh ruangan.

"Reon, Excel." panggil Odi pelan.
Kedua pria yang dipanggil itu bergeming.

Odi mendekat berdiri seolah hendak menjadi wasit dalam pertandingan.
"Tolonglah, redakan ego kalian, lupakan masa lalu, dan membangun lagi persahabatan kita dari awal." tutur Odi dengan sorot mata penuh permohonan.

Tersirat geli dari mata Excel, lalu menoleh pada Odi.
"Apa Odi? Apa yang kau bangun?" Excel memperlihatkan wajah paling menyebalkan.
Seperti preman yang sedang ditantang.

"Sepertinya sudah cukup." ucap Oreon, membuat Odi dan Excel menoleh.

Excel tersenyum menang, lalu tertawa geli
"Sepertinya kita berhasil." ucapnya santai, sedetik kemudian dia tertawa puas sambil memegangi perutnya.

"Reon, lihat itu muka Odi, lucu sekali." imbuh Excel ia memegangi bahu Oreon seolah tubuhnya tak kuat menahan tawa, Oreon yang sudah tertawa pun kini melihat Odi yang sekarang tampak linglung.

"Jadi kalian mengerjaiku?" Odi akhirnya menyimpulkan.

"Kalian ini, ahk!" kesal Jack karena sebelumnya juga ikut tegang.

"Salahkan dia, dia yang memberi kode duluan." Ucap Oreon memperagakan kode Excel yang mengedipkan mata kirinya saat berjalan ke arahnya.

"Maaf Odi, anggap saja ini salam kangen dariku, kangen mengerjaimu." ucap Excel dengan santai, susah payah ia bicara disela-sela tawanya.

Mendengar itu, seluruh ruangan ikut tertawa.
"Kalian ini!" kesal Odi memayunkan bibirnya pura-pura marah.
"Ya sudah aku maafkan." Odi memeluk Excel dan Oreon.
"Ah, aku kurang puas mengerjaimu tadi." guraunya saat mereka berjalan masuk ke acara.

Sambil merangkul dua sahabatnya Odi tersenyum, apa yangg ia takutkan tak terjadi, dan sahabatnya kini tlah kembali.

Putri menatap sang suami yang menjadi pusat perhatian seluruh ruangan. Jack merasa diamati lalu bergegas menghampiri sang istri.
"Kamu jadi datang rupanya." ketus Putri, ia melihat penampilan Jack begitu menawan.

"Aku kangen Excel."

"Excel?" cibir Putri.

"Nirwana banyak yang cantik, Excel tidak secantik itu." imbuhnya dengan nada tak senang.

"Kamu cemburu? Bukankah kamu juga kangen Nala? Apa kamu merindukan yang lain?" sindir Jack yang membuat Putri yang cemburu semakin kesal, dan pergi begitu saja meninggalkan suaminya.

Jack menghela nafas, "Ada apa dengan dia? Semoga belum hamil lagi. 3 anak saja cukup membuatku pusing." lalu bergegas duduk di samping Excel.

"Terima kasih atas kedatangannya teman-teman, saya berada di sini, sebagai ketua panitia," tutur Odi membuka pidatonya.
Sambutan Odi berlangsung cukup lama, menjelaskan rangkaian kegiatan selama dua hari, dua malam ini. Dari kegiatan di hotel yang tak jauh dari segitiga pintar, hingga menungu pergantian tahun di bukit Satu.
Excel menguap, karena Odi berpidato seperti guru sejarah, yang membuatnya mengantuk.
Naluri jail Excel muncul, ia mengacungkan tangannya.

"Ya Excel?" tanya Odi, semua orang pun mengarah pada pria tampan itu.

"Apa akan pertandingan lagi? Tapi aku sudah lupa, mata pelajarannya." tanya Excel memasang muka polos, yang segera disambut tawa seluruh ruangan.

"Tenang Excel, kita tidak akan adu kecerdasan, cukup dihibur oleh gitaris andalan." Jawab Odi menunjuk Jack.
Pengacara muda itu nyengir, lalu berdiri, membungkuk kesegala sudut seperti seorang artis yang memberi hormat pada penontonnya.

REUNITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang