5. Gila Basket

219 21 14
                                    

Dia dan basket, ibarat Romeo dan Juliet. Kau tahu artinya? Cinta mati.

~ Excel ~


Nala tergopoh-gopoh mendekati tempat Safa biasa menunggu.

"Kenapa lari-lari?" tegur Safa menyerngit. Nala mengatur nafas melihat kanan-kiri, sekedar memastikan tak ada Oreon disekitar. Ia sedang malas berdebat.

"Maaf Safa, aku tidak bisa ikut bimbel lagi."

"Kenapa?"

"Aku harus mengurus pentas seni."

"Kan ada Putri?"

Putri adalah ketua OSIS SMU 20. Setahu Safa, Putri lah yang bertanggung jawab pentas seni SMA tersebut.

Nala mengigit bibirnya sebelum menjawab. "Putri sakit."

"Oh, ya sudah. Jangan sedih."
Safa menepuk-nepuk bahu Nala.
"Kamu yang semangat ya!" Safa memberikan senyum dan mengacungkan tangan memberi semangat.

Nala mengangguk, lalu keduanya pun berjalan berlawanan arah.

*****

Excel memarkirkan motornya di depan gerbang tempat bimbingan belajar. Matanya mengikuti langkah seorang gadis berseragam putih dan ungu muda, seragam SMA Harapan. Excel tahu, gadis itu satu-satunya siswi Harapan yang ikut bimbingan belajar.

Dari tempatnya berdiri Excel bisa melihat plester yang melekat dikening Safa. Mengingatkannya pada insiden kerikil kemarin.

Mata Excel melirik kanan-kiri, ia berniat meminta maaf selagi masih sepi. Sadar kemarin cara dia minta maaf, kurang sopan.

"Kerikil!" Panggil Excel pelan, melangkah mendekat.

"Excel!"
Suara itu membuat Excel menoleh, satu langkah lagi ia menjajari langkah Safa, namun ia berhenti.

"Aku ada perlu." Gadis cantik itu menarik tangan Excel, mengajaknya masuk ke dalam kelas lebih dulu.

Excel menoleh pada Safa saat melewati gadis itu, kata maaf yang ia siapkan menguap ke udara. Hanya mata mereka yang sejenak bertemu.

Safa hanya menatap tanpa arti Excel dan Clara yang bergandengan tangan melewatinya.

"Kamu tahu Dara?" Clara bertanya tanpa basa-basi saat keduanya duduk dalam kelas.

"Sejenis burung." Jawab Excel sekenanya, membuat Clara berdecak.

"Dia murid Harapan." Clara melirik Safa yang baru masuk kelas, dirangkul Ana. Berjalan beriringan dan berbincang akrab.

"Terus?" Excel masih tak mengerti.

"Kabarnya, Dara mengejar-ngejar Jack." jawab Clara berbisik.

"Oh."

"Oh? Kamu kenal? Yang mana orangnya?"

Excel mengangkat bahu.
"Aku tidak tahu."

"Excel, aku serius." Clara mulai geram dengan tingkah tak peduli Excel.

"Aku juga serius. Belajar. Curhatnya nanti saja, sebentar lagi mulai." Ucap Excel mengeluarkan bukunya.

Clara tak menyahut, hanya menatap dongkol pria disampingnya.

****

Hari berganti, jika tak ada jadwal bimbel Safa akan menemani Oreon bermain basket. Seperti hari ini, ia bersorak saat sahabatnya itu berhasil memasukkan bola. Lalu mengacungkan botol air mineral yang dibawanya saat Oreon menoleh padanya.

REUNITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang