14. Menyukai

103 17 7
                                    

Sejak perkemahan itu, suasana Segitiga Pintar berubah, kembali seperti semula. Safa kembali menunggu Nala di depan gerbang Harapan. Mata gadis itu tertuju pada gedung di hadapannya, mencuri pandang seseorang yang sedang membaca buku di lantai 2 Nirwana.
Meski dari kejauhan, Safa tau pria tersebut adalah Excel, sahabat barunya.

***

Excel membaca buku dengan cermat, tak menyadari ada seorang gadis yang menatapnya dari kejauhan.
Bahkan saat Clara menghampiri pun, ia tak tahu, hingga gadis terpintar di SMA Nirwana itu menegurnya.

"Excel."

Pria tampan itu menoleh terkejut.
"Ya! Oh kamu ra." lalu kembali membaca.

Clara berdiri di samping Excel, keduanya tangannya ia letakkan pada bibir balkon.

"Aku, aku minta maaf dengan semua yang teejadi. Bisakah kita kembali seperti dulu lagi?" tutur Clara, ia sedikit gugup dan berusaha melunturkan gengsinya.

"Apa kamu bisa membuat aku dan Jack seperti dulu?" jawab Excel datar, sambil membuka lembaran baru pada buku tanpa melihat ke arah Clara.

Clara terdiam, permintaan Excel terlalu sulit dilakukan.

"Kalau kamu dan Jack bisa seperti dulu, akan ku pikirkan." lanjut Excel santai seolah semua itu begitu mudah.

"Itu tidak mungkin." Clara menggeleng pelan.

"Kenapa?" Excel mengerutkan kening.

"Karena," Clara menghembuskan nafas.
"Karna aku menyukaimu." lanjut Clara menunduk.

Excel mengangkat alisnya.
"Tidak mungkin" Excel mengeleng cepat.
"Jangan bercanda." imbuhnya.

Clara meraih tangan Excel.
"Aku selalu merasa nyaman saat di dekatmu. Kita sudah lama dekat dan ku rasa-"

"Ku rasa kita bersahabat." potong Excel. Persis seperti pemikiran Excel tentang sahabat.

"Tak ada persahabatan pria dan wanita." Clara menegaskan.

"Kamu tidak lihat, Oreon dan Safa? Bukankah persahabatan mereka begitu manis?" Excel menatap Clara, sambil menunjuk keluar Nirwana.

"Kamu percaya mereka hanya bersahabat?" Pandangan Clara beralih pada Safa yg sedang menatap mereka.

Excel mengikuti arah pandang Clara.
Ia bertemu mata dengan 'sahabat' barunya, refleks ia melepaskan tangan Clara yang sejak tadi memegang tangan kirinya.

****

Safa menatap nanar kedekatan Excel dan Clara, hatinya mendadak perih. Seperti ada goresan luka yang menyayat namun tak terlihat.

"Apakah aku menyukainya? Seseorang yang tak mungkin ku miliki. Ada perbedaan diantara kami. Jalan ini bagai pembatas, mempertegas bila kita tak bisa bersatu. Pula dia, terlalu indah untukku." Gumam Safa dalam hati. Gadis itu melamun, bahkan tak menyadari Nala telah berdiri di sampingnya. Melihat Safa yang menatap pedih kedekatan Excel dan Clara.

"Kamu cemburu?"

Safa terkejut, gelagapan dengan kehadiran Nala. Safa salah tingkah, bingung harus menjawab apa.

"Kamu suka dia?" lagi Nala bertanya.

"Eh Nala, kamu sudah datang, ah iya, ayo kita pulang." ucap Safa, sambil mengaruk kepalanya yang tidak gatal, lalu membenahi rambutnya.

"Kamu menyukainya?" ulang Nala.

Namun belum sempat Safa menjawab Oreon datang sambil bersiul- siul.
Safa dan Nala bungkam seketika, saat Oreon berdiri di samping mereka.

REUNITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang