28. Bersemi kembali

144 19 44
                                    

Dua jam sebelumnya.

"Apa kau masih mencintai Reon?" pertanyaan itu dilempar Nala, saat duduk berdua dengan Safa. Ia sengaja ingin bicara empat mata, untuk menuntaskan kegalauannya, demi sebuah kepastian.
Sejenak Safa bingung, namun kemudian terkekeh. Tetapi melihat wajah sahabatnya serius dan tegang, ia berusaha menghentikan tawanya.

"Kenapa tiba-tiba tanya seperti itu?" tanya Safa akhirnya.

Nala menghela nafas, ada keraguan sebelum ia berucap.
"Aku hanya ingin memastikan, jika kau memang masih mencintai Reon, aku rela melepaskan." tutur Nala tenang, meski hatinya berkecambuk.

"Tunggu, tunggu!" Safa mengangkat tangannya.

"Apa ada yang salah dengan sikapku?" lanjut Safa menaikkan alisnya.

"Apa kamu cemburu? Atau maksudmu, aku tidak boleh bersahabat dengan Reon lagi?" tanya Safa tak percaya.

"Bukan!" elak Nala menggelengkan kepala. "Bukan seperti itu."
Kemudian ia menunduk.
"Aku tadi melihat, kalian berpelukan. Gerak tubuh serta tatapan Reon terhadapmu itu berbeda, sepertinya ia masih menyimpan rasa, dia masih mencintaimu." tutur Nala pilu.

"Hei!" Safa menepuk pelan tangan Nala yang berada di atas meja.
"Kamu tunangan Reon, kenapa kau bicara seperti itu? Aku tidak akan merebut Reon darimu." tegas Safa, layaknya kakak pada adiknya.

"Tapi aku sadar, kami hanya dijodohkan, aku takut saat kami sudah menikah, dia masih menyimpan wanita lain dihatinya." setitik air mata mengalir saat Nala mengucapkan kalimat itu.
Ia tahu, yang menjadi kendala hubungannya dengan Oreon adalah Safa. Tatapi disisi lain, ia hanya bisa bercerita pada sahabatnya itu.

"Kamu sungguh mencintai Reon." senyum mengembang dibibir Safa.

"Reon tidak salah memilihmu." lanjutnya yang membuat Nala mendongak.

"Maksudnya?" kini Nala mengerutkan kening, menunggu Safa memberi penjelasan.

"Kamu tahu Nala, aku dan Reon pernah pacaran. Kami benar-benar pacaran, bukan pura-pura. Aku memutuskan menerima, karena aku juga sayang dengan dia dan bagiku dia menunggu terlalu lama. Aku tak ingin dianggap pemberi harapan palsu." tutur Safa tenang, sembari menatap Nala sungguh-sungguh.

"Tapi, saat status kami berpacaran, semua berubah 180°. Kami saling menuntut satu sama lain, saling curiga dan lebih banyak bertengkar. Tak seperti saat bersahabat, yang terasa hangat dan sangat dekat. Kami jutru terasa semakin jauh." imbuh Safa menerawang.

"Aku tahu, aku bukan kekasih yang baik untuknya, aku terlalu sibuk dengan pekerjaanku, kuliahku dan keluargaku. Hingga akhirnya kita sepakat untuk kembali bersahabat." setitik air mata, merebes dari sudut mata Safa.

"Kamu menyesal, putus dengan Reon?" tanya Nala lembut, sambil menyetuh bahu sahabatnya.

Safa menggeleng pelan.

"Tidak, karena aku punya kesalahan besar yang tak termaafkan. Tapi, maaf Nala untuk satu ini aku tidak bisa cerita." ujar Safa, yang dijawab anggukan oleh Nala, ia mengerti.

"Tapi, 2 tahun setelah putus, Reon bercerita padaku. Jika ia jatuh cinta pada seseorang, yang selalu memberi perhatian padanya." lanjut Safa tersenyum.

Nala setia mendengarkan.

"Dia jatuh cinta, tapi tidak tahu cara mengungkapkannya." Safa terkekeh geli.

"Lalu dia meminta bantuanku, dan hasilnya perjodohan itu." imbuh Safa yang seketika membuat Nala membuka mulutnya, tak percaya.

"Safa, jadi kamu yang mendukung kami selama ini?" Nala berhambur memeluk sahabatnya.

REUNITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang