#1-Dia Daffa-

771 28 4
                                    


~Melihatnya saja sudah membuatku bahagia.~

●♡●

Aku menidurkan kepalaku ke atas meja kantin dengan tanganku sebagai bantalan. Ku tatap Rina sahabatku yang sedang duduk di sampingku sambil mengipas wajahnya dengan topinya. Hari senin memanglah melelahkan apalagi hari ini adalah hari pertama sekolah setelah dua minggu libur sekolah.

Tapi aku tersenyum saat mengingat wajah penuh keringat Daffa yang membuatnya terlihat seksi. Tidak bertemu dan melihatnya selama dua minggu membuatku merindukannya. Dan tadi dia benar benar membuatku menjadi semakin cinta padanya.

"FANNY!!!"

Aku tersentak dari lamunanku tentang betapa seksinya daffa saat mendengar seruan Mita. Aku menoleh ke arahnya yang duduk di depanku dengan kesal.

"Apa sih?!" Seruku kesal. Mita mendengus kesal.

"Ya elah elo gue panggil dari tadi juga! Mikir apa sih lo?! Pasti mikirin daffa. Aduh fanny mending lo sekarang move on aja dehh... lo itu udah dua tahun naksir sama daffa tapi gak ada perjuangan apapun! Harusnya nih lo ungkapin perasaan lo ke daffa." Omel mita. Selalu. Dia selalu saja mengatakan hal itu.

Memang aku sudah menyukai daffa sejak aku masuk SMA dan sampai sekarang aku masih menyukainya. Aku tidak tahu kenapa tiba tiba suka padanya. Sejak pertama kali saat aku menatap mata dinginnya menatapku jantung langsung berdetak kencang seperti saat akan Ujian Nasional. Namun bedanya bukan perasaan takut yang aku rasakan tapi perasaan senang dan kagum membuncah di hatiku.

Aku ingin selalu melihatnya, memandangnya dan menatapnya. Aku suka dengan senyumnya, suaranya, semuanya yang ada di dalam diri daffa aku menyukainya. Seorang Fanny Wulandari menyukai Leonard Daffa Alexander. Dia yang pintar, tampan, dan kaya apalagi dia juga terkenal di sekolah. Tidak seperti aku yang tidak bisa apa apa seperti ini.

"Gue mau ungkapinnya. Tapii.... gue takut. Nanti kalau dia tolak gue gimana? Kalian tahu sendiri bagaimana para perempuan yang tembak dia? Tapi apa? Di tolak!" Ucapku tidak semangat.

"Kali aja lo di terima sama daffa!" Seru rina. Aku mendelik kesal menatapnya dan menegakkan badanku. Kenapa dia keras sekali kalau bicara. Meskipun kantin tidak terlalu ramai namun banyak murid di sana.

"Volumenya bisa di kecilkan dikit gak?!" Kataku kesal. Rina hanya meringis meminta maaf.

"Udah jangan marah. Nih bakso lo! Cepet di makan kita gak punya waktu banyak. Ini brlum istirahat bentar lagi pak-"

"Hari inikan hari pertama kita sekolah masa udah pembelajaran aja sih?!" Kataku kesal memotong ucapan mita dan mengambil bakso milikku. Aku menuangkan dua sendok sambal dan memakannya dengan tidak semangat.

"Kita udah kelas tiga jangan malas!"

"Aigooo...gue pengen ke Korea ketemu sama Oppa!" Kataku. Mita dan rina memutar bola matanya.

"Kita juga kali." Jawab mereka bersamaan dan kita tertawa bersama. Aku dan kedua sahabatku ini memang sangat mengidolakan artis dari negeri gingseng itu. Kita bertiga selalu mempunyai hal yang sama. Tidak heran jika persahabatanku bertahan selama tiga tahun ini. Tapi mita memang sahabatku sejak smp dan rina kita baru berteman sejak sma.

Saat kita sedang sibuk tertawa seseorang tiba tiba berjalan melewati meja kita berjalan ke meja yang ada di samping meja yang aku dudukki. Aku dan kedua sahabatku terdiam melihatnya.

"Dia saudaranya daffakan? Siapa namanya?" Tanya mita yang memang sanagt pelupa meskipun dia sering melihatnya selama ini.

"Dinar." Jawabku pelan.

I Love You Prince ColdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang