#38-Kepercayaan-

159 16 3
                                    

●♡●
Sebuah hubungan itu harus di landasi oleh kepercayaan.
♡●♡

Tak terasa sudah tiga tahun lamanya daffa di luar negeri. Dua tahun belakangan daffa pulang dan itu hanya satu minggu disini. Dia sibuk disana. Akupun juga sibuk disini. Daffa bilang dia ambil 2 jurusan disana. Aku juga tidak percaya. Namun saat tahu dia tahun lalu lulus di jurusan bismen aku benar benar percaya.

Bersama mama, papa, andy, dan juga dinnar kami berangkat ke tempat daffa kuliah untuk merayakan kelulusannya itu. Namun dia belum lulus untuk jurusan kedokteran. Aku tidak tahu kapan dia akan lulus. Dia bilang dua atau tiga tahun lagi dia bisa pulang ke indonesia. Lama sekali.

Aku tidak percaya jika aku mempunya suami yang sangat pintar. Dia bisa mengambil dua jurusan yang begitu sulit bagiku. Satu jurusan saja aku sudah pusing. Apalagi daffa yang mengambil dua. Makanya dia begitu sibuk.

Kalau aku masih kuliah dan belum lulus. Ahh... aku tidak bisa secepat daffa. Kapasitas otakku terlalu jauh juga di bandingkan dengan daffa suami tercintaku itu. Kini aku sudah lelah mengurusi skripsiku yang sungguh amat sangat sulit.

"Kasihan banget sih gue lihat lo fann..." Ucap mita sambil mengelus punggungku. Aku hanya diam sambil menelungkupkan kepalaku ke atas meja dengan kedua tangan.

"Lo kenapa sih cepet cepat gitu. Lo bisa skripsi tahun depan kok. Kenapa juga lo harus ngurusin skripsi tahun ini." Kata dania. Aku menegakkan badanku.

"Daffa bilang kalau gue udah mau koas dia ijinin gue samperin dia ke sana. Guekan kangen sama daffa." Kataku sendu. Mita dan dania memndangku kasihan.

"Kalian berdua kenapa secepet itu sih kuliahnya. Dinnar juga gitu dia lagi ngurusin skripsinya. Dia mau lulus tahun ini." Kata mita sedih.

"Udah masih ada gue. Gue juga belum ambil skripsi kok." Ucap dania. Mereka berdua berpelukan. Aku mengerucutkan bibirku.

"Kenapa juga gue milih jurusan susah banget." Kataku. Mereka memandangku.

"Lo bucin sih..." Ejek mereka.

"Tapi gue suka wleee... udah ahh... mau bimbingan dulu bye!" Seruku meninggalkan mereka.

Ahh... aku lelahh butuh sandaran. Sandaranku lagi jauh jadi aku brsandar ke pohon aja. Pohonnya nyaman banget. Wangi lagi. Ehh... wangi?! Sejak kapan pohon wangi?!

"Vino?!" Seruku sambil berdiri. Dia cengengesan menatapku.

"Kasihannya ibu fanny yang lelah menanti dosen untuk bimbingan." Ejeknya. Aku mendengus. Pertemananku dengan vino -laki laki yang sampai sekarang masih di sukai oleh dania- ini lumayan dekat.

Dan yeah... vino pernah menyatakan perasaannya padaku. Dan aku masih ingat bagaimana dania marah padaku karena itu. Padahal aku merasa tidak berbuat apapun pada vino. Kami teman. Bahkan kami tidak sedekat dia dan vino. Dania masih lebih dekat dengan vino. Aku tidak tahu kenapa vino bisa menyukaiku.

"Gimana hubungan lo sama dania?" Tanyaku. Vino menyangga kepalanya dengan tangan memandangku.

"Kepo lo." Katanya dan berjalan pergi. Dihh... menyebalkan sekali.

Pulang ke rumah aku menghempaskan badanku ke atas ranjang. Sia sia penantianku tadi dosennya membatalkan janji di saat aku sudah menunggu lama hingga hampir petang. Akhirnya aku sampai rumah pukul 5 sore.

Rebahan di atas ranjang aku membuka akun sosial mediaku dan stalk daffa. Aku mengernyit saat melihat ada sebuah tag untuk nama daffa. Saat aku buka di sana ada daffa sedang foto dengan seorang cewek bule yang cantik nan bahenolnya. Ihh siapa sih itu?!

I Love You Prince ColdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang