#7-Ujian-

263 22 0
                                    


~Aku akan berjuang untuk mendapatkanmu. Selama aku mampu untuk memperjuangkanmu akan aku melakukannya.~
♡●♡

Selama lima hari ini aku belajar keras. Waktu tidurku berkurang. Rasa lelah mendera tubuhku. Namun aku masih tetap belajar agar aku mendapat nilai yang bagus. Aku harus berterimakasih pada daffa yang juga menjadi guru untukku.

"Astaga! Fanny lo gak papa?! Lo kayak zombi tahu gak. Lihat tuh mata lo udah kayak panda!"

"Aritmatika!" Seruku terkejut mendengar pekikan rani. Aku menegakkan badanku yang entah sejak kapan tertidur di atas meja.

"Wahh... lo belajar keras sampai kurang tidur gini. Gue kira lo di rumah tante lo jadi babu." Ucap mita yang ada di depanku. Aku menguap lebar dan kututupi dengan tangan.

"Gak kok. Pokoknya gue harus bisa dapat nilai bagus!" Jawabku lesu. Kini aku kembali menekuni buku di depanku menghiraukan mita dan rani.

"Hemm.... semangat yahh... fan." Ujar rani. Aku hanya mengangguk.

Sepulang sekolah aku langsung masuk ke dalam kamar dinnar. Dia kini sudah tiduran di atas ranjangnya bermain handphone. Dulu aku juga seperti itu. Tapi kini aku harus belajar.

Tak terasa waktu berjalan cepat. Kini hari sudah malam. Aku duduk di depan meja bundar yang ada di kamar dinnar. Di depanku daffa tengah melihatku mengerjakan sesuatu. Dinnar pergi untuk mengambil camilan untuk kita.

Aku terlalu serius pada buku di depan dan tidak menghiraukan sekitarnya. Aku mengernyit melihat soal selanjutnya. Ini susah sekali aku tidak bisa mengerjakannya. Ini kali ini apa ini yahh??

"Daffa in-"

Kata kataku terhenti saat melihat daffa tertidur dengan posisi duduk kepala di atas meja. Aku menghela nafas dan menumpukkan kepalaku di atas meja menatap daffa yang tidur dengan nyenyak.

"Kamu pasti capek. Huft... selama ini kamu gak pernah belajar dan karena aku kamu jadi kurang istirahat. Daf- Leon... makasih banyak. Gomawo. Kamsahamnida. Thank you." Bisikku padanya.

Aku tersenyum aku tidak menyangka orang yang dulu sangat jauh dan hanya biaa aku lihat dari jauh kini tidur di depanku dan aku bisa melihatnya dengan jarak sedekat ini. Kini bahkan aku bisa menyentuhnya. Memandang wajah tampan dan polosnya saat tidur dalam jangka waktu yang lama. Dan tak terasa kemudian mataku terpejam mengikuti daffa yang berkelana di alam mimpi.

●♡●

Pagi ini aku sedang duduk sarapan bersama keluarga dinnar. Aku sudah tidak merasa canggung. Keluarga ini sangat baik dan tidak sombong. Hanya saja... daffa dan adik laki lakinya itu sangat menjengkelkan. Mereka suka sekali mengataiku bodoh. Tak apa yang terpenting mereka baik padaku.

"Heh bodoh! Kalau makan yang benar. Kayak anak kecil makanannya kemana mana! Dasar bodoh!" Seru andy membuatku tersedak. Aku menatapnya yang kini duduk di sampingku kesal.

"Aku gak bodoh. Aku bisa kok!" Jawabku kesal. Dia terbelak terkejut.

"Iyakah?! Kalau begitu ini apa?" Tanyanya menyodorkan bukunya yang ada di pangkuannya.

"Owhh... bahasa inggris yahh... kelas berapa? Kelas enam?!" Seruku terkejut menatapnya. Bukannya dia masih kelas 4 sekolah dasar?!

"Iya. Kenapa?!" Tanyanya. Aku hanya menggeleng. Orang pintar memang gitu yahh? Kelas empat yang di pelajari kelas enam? Aku membuka bukunya.

"Yang ini?" Tanyaku. Dia hanya mengangguk.

"My heartbeat? Heart itu hati... kalau beat itu di pukul. Jadi ini artinya hatiku di pukul!" Kataku senang. Andy terbelak melihatku lalu tatapannya menoleh ke arah daffa yang ada di depannya.

I Love You Prince ColdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang