#3-Sebuah Tantangan-

318 21 2
                                    

~Dia selalu menyakiti hatiku. Namun hatiku tetap memilih dia menjadi pemiliknya.~

●♡●

Aku duduk di samping ayah yang sedang menonton televisi. Melihat wajahku yang lesu membuat ayah menatapku heran.

"Kenapa sayang? Putri ayah kok kelihatan sedih gini?" Tanya ayah. Aku menoleh dan memeluk ayah. Sebentar lagi aku tidak akan bisa memeluk ayah seperti ini.

"Fanny sedih karena ayah besok harus pergi." Gumanku. Ayah mengelus punggungku lembut.

"Ayah akan sering ke sini buat melihat kamu." Ucapnya. Aku mengerucutkan bibirku.

"Tetap aja ayah akan lama dan jauh dari fanny." Jawabku.

"Kamukan bisa natap cowok yang kamu taksir itu kalau kangen sama ayah. Ayah mirip kok sama dia." Jawab ayah membuatku teringat ucapan daffa yang menghinaku.

"Ayah lebih baik daripada dia." Jawabku pelan dan tak terasa air mataku terjatuh akan hal itu.

"Jangan nangis dong. Nanti ayah sedih dan tidak tega ninggalin kamu sendirian." Kata ayah membuatku mengangguk dan memeluknya semakin erat dan tangisku semakin kencang.

"Fanny sayang ayahhh.... jangan lama lama yah perginya." Jawabku serak. Aku merasakan anggukkan kepala ayah.

"Ayah kapan berangkatnya? Fanny juga kapan harus pindah?" Tanyaku.

"Besok sore setelah pulang sekolah." Jawab ayah. Aku mengangguk mengerti.

"Fanny ingin peluk ayah terus gini. Karena besok fanny gak bisa peluk ayah. Besok kita sibuk dan ayah akan pergi." Kataku.

"Peluk ayah sepuas kamu. Kamu sudah membereskan pakaian kamu?" Tanya ayah. Aku hanya menganggukkan kepalaku menjawabnya. Dan entah sudah berapa lama aku memeluk ayah hingga aku tertidur di pelukannya.

●♡●

Haruskah aku bersekolah hari ini?! Aku malu sekali untuk bersekolah! Karena kejadian kemarin semua murid menjadikanku perhatian mereka. Setiap aku berjalan mereka akan metapku dengan pandangan mengejek. Bahkan ada yang mengejek suratku dan mengatakan tulisan inggrisku yang salah.

"Ayah apa fanny gak bisa pindah sekarang aja? Apa fanny gak bisa bolos aja?" Tanyaku merengek ke ayah. Ayah yang sedang mengelap mobilnya menoleh dan menggeleng tegas.

"Now! Ayah tidak ingin kamu bolos sekolah. Kamu akan tetap sekolah!" Kata ayah tegas membuatku berjalan masuk ke dalam mobil dengan lesu.

Aku menoleh ke arah ayah yang sudah masuk ke dalam mobil mulai menjalankan mobilnya.

"Ayah bisa bahasa inggris?" Tanyaku. Aku menoleh sebentar dan kembali menatap jalan.

"Bisa. Kenapa? Meski hanya sedikit bahasa inggris yang ayah bisa." Jawabnya.

"Bahasa inggrisnya tentang kamu itu apa?" Tanyaku. Ayah menaikkan sebelah alisnya.

"About you?" Katanya ragu. Aku terbelak.

"About? Bukan bout you yah?" Tanyaku.

"Bout? Gak tahu. Mungkin iya." Jawabnya ragu juga. Sebenarnya ayah bisa apa tidak?

"Kalau pikir? Thingkin?" Tanyaku.

"Thingkin? Bukan thingking yah? Gak tahu ayah gak tahu." Jawab ayah menyerah. Aku mengerucutkan bibirku.

"Kalau cinta itu apa?" Tanyaku.

"Love sayang. Masa kamu tidak tahu? Itu mudah." Jawab ayah terkekeh pelan.

I Love You Prince ColdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang