#5-Rahasia Daffa-

343 28 0
                                    

~Meski dia dingin padaku atau bahkan ia mengatakan hal yang tidak aku sukai. Itu tidak apa bagiku asal dia bersamaku.~

●♡●

Aku tersentak kaget mendengar suara benda atau orang jatuh? Apa ada maling? Kakiku melangkah mendekati jendela dengan perlahan dan membawa kayu yang ada di kamarku. Kalau maling aku hanya perlu memukulnya dengan kayu ini.

Dengan cepat aku membuka tirai yang menutupi jendelaku dan sepi tidak ada siapapun. Namun mataku menyipit tajam melihat seseorang berjalan mengendap endap di samping rumah daffa. Aku lihat jendela kamar daffa terbuka. Kini aku melihat orang itu. Bukan bukan pencuri. Dia adalah pemilik kamar itu sendiri.

Daffa?

Kenapa dia mengendap endap seperti itu? Dia juga terlihat memakai kaos hitam polos di lapisi jaket kulit berwarna hitam. Celana jeans yang robek di bagian lutut. Rambutnya seperti biasa tidak di sisir dengan rapi. Astaga dia semakin tampan!

Tunggu. Kepalaku menoleh melihat ke arah jam di dinding. Ini sudah jam 11 malam. Mau kemana daffa malam malam begini? Dia juga berpakaian seperti itu. Mencurigakan. Aku tersenyum miring. Apa aku ikuti saja dia? Hahahaha..... daffa aku akan ikut denganmu dan aku akan tahu apa yang kamu lakukan.

Aku langsung mengambil jaket dan memakainya lalu memakai topi. Celana? Celanaku sudah panjang. Tidak apa pakai ini saja. Pakai baju tidur keluar rumah tidak apakan? Ini juga sudah malam.

Aku langsung berlari keluar rumah dan aku melihat daffa berjalan ke arah motornya yang ada di pinggir jalan. Sejak kapan motor sport merah itu ada di sana? Aku menggeleng dan membuka gerbang dengan perlahan agar daffa tidak mengetahuiku.

Sepertinya tuhan berkehendak padaku. Ada seorang tukang ojek di depan rumah saat aku melihat daffa pergi.

"Antar saya dong!"

"Aduh neng saya mah mau pulang atuhh.... ini sudah malam." Ucap tukang ojek itu.

"Pak plis pak. Pacar saya.... dia lagi pergi saya khawatir sama dia pak. Saya bayar 100 ribu dehh..." Tawarku. Dia diam berpikir.

"Iya deh..." jawabnya. Aku tersenyum dan langsung naik.

"Ikutin motor itu pak yahh..."

"Siap neng."

●♡●

Suara gaduh dan teriakan terdengar saat aku turun dan membayar ongkos. Aku mengernyit. Kenapa malam malam begini ramai sekali. Aku menoleh ke depan dan mataku terbelak melihat banyak orang di pinggir jalan meneriaki dua orang yang menaiki motor di tengah jalan.

"Pacarnya neng kayaknya mau balapan deh." Aku menoleh ke arah tukang ojek itu.

"Balapan?!" Ucapku membeo. Dia mengangguk.

"Ini tehh... tempatnya balapan liar. Neng hati hati yahh... bahaya." Jelasnya. Aku hanya mengangguk dan tukang ojek itu pergi.

Kakiku melangkah mendekat ke arah tempat itu. Berkumpul bersama mereka. Apa aku salah mengikuti seseorang? Tidak mungkin daffa yang rajin dan selalu ada di rumah ikut hal seperti ini. Namun pemikiranku berubah saat melihat daffa sedang duduk di atas motornya berbicara dengan seseorang.

Di sebrang sana. Aku tidak salah lihat. Aku menurunkan topiku agar wajahku tidak terlihat olehnya. Apa dia akan ikut balap liar ini? Dan pertanyaanku terjawab saat melihatnya dia menjalankan motornya ketengah arena balapan. Dengan helm full facenya dia sudah siap balapan dengan lawannya kini. Dan aku merasa panik melihatnya. Aku takut terjadi sesuatu padanya.

I Love You Prince ColdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang