#35-Club-

185 17 0
                                    

♡●♡
Hanya dengan tatapanmu itu jantungku berdegup kencang.
●♡●

Aku menatap penjuru ruangan yang kini aku datangi. Mulutku tidak bisa berhenti untuk terperangah kagum. Ku tatap diriku di balik kaca yang terbentang besar di depanku. Astaga! Andai aku punya tempat seperti ini di rumah aku pasti senang sekali.

Aku bergerak untuk menarikan dance idolaku yang aku ingat sambil mulutku menyanyikan lagunya. Aku ternganga dan meloncat senang. Aku suka sekali dengan tempat ini. Aku menoleh ke arah daffa yang sedari tadi hanya duduk diam melihatku. Dengan senang aku berjalan ke arahnya dan duduk di sampingnya.

"Aku suka disini!" Seruku senang. Daffa mendengus.

"Kita kesini untuk latihan pertolongan utama bukan dance." Katanya. Aku cengengesan dan memeluk lengannya.

"Ayo kita mulai sekarang. Anggap aku ini pasien kamu." Kata daffa sambil menidurkan badannya.

Aku menarik nafas dalam dan menghembuskannya pelan. Aku melihat ke arah daffa yang kini menatapku dan menyuruhku untuk memulainya.

"Langkah pertama yang harus di lakukan untuk pertolongan pertama adalah memeriksa keadaan pasien." Kataku sedikit gugup.

Aku mendekatkan kepalaku ke arah dada daffa untuk memeriksa denyut jantung dan kemudian aku menegakkan badanku dengan tangan terulur untuk menyentuh leher daffa memeriksa denyut nadi.

"Nadinya melemah kita harus memberinya pertolongan pertama." Kataku dan bergerak untuk menekan dadanya sedikit pelan takut menyakiti daffa.

"Heh!"

Panggil daffa membuatku mendongak yang tadinya fokus untuk menekan dadanya. Aku menatapnya bertanya.

"Kalau kamu melakukannya dengan begitu kamu akan membuat pasiennya mati. Terlalu lama menangani!" Katanya.

Aku menghentikan gerakanku dan diam duduk di sampingnya merasa bingung dan bersalah.

"Ulangi yang benar!" Suruhnya. Aku mengangguk dan mengulang semuanya. Dan di bagian menekan dadanya dengan ragu, aku naik ke atas tubuh daffa dan menekan dadanya tidak seperti tadi yang duduk di sampingnya. setelah menekan dadanya aku diam melihat ke arah daffa. Bingung apakah aku harus melakukannya pada daffa? Haruskah?

"Melakukan pertolongan tidak melihat siapa yang akan kamu tolong jadi tidak boleh ragu. Lakukan!" Ujarnya. Aku mengangguk.

Dengan ragu aku menyentuh dagu daffa dan sedikit mendongakkannya. Tanganku yang kanan bergerak untuk menjepit hidung daffa. Aku tidak benar benar menjepitnya. Hanya menyentuh karena takut dia tidak bisa bernafas.

Rasanya jantung akan jatuh dan keluar dari tempatnya saat aku semakin mendekatkan kepalaku ke arah daffa. Jantung yang bertalu talu membuat semua yang aku lakukan menjadi gugup. Aku menelan ludahku menatap bibir daffa. Pandanganku menatap ragu ke arah matanya yang kini tengah menatapku. Tatapannya menyuruhku untuk tetap melanjutkannya.

"Kamu membunuhku." Bisiknya saat wajah kami berjarak sangat dekat. Aku menatap mata daffa hingga kami saling pandang. Aku menggigit bibirku takut dan melepaskan kedua tanganku dari dagu dan hidungnya. Kenapa selalu salah?!

"Jangan ragu!" Bisiknya dan tiba tiba menarik tengkukku leingkarkan satu tangannya ke pinggang lalu menggulingkan badanku hingga aku kini berada di bawahnya. Benturan badanku dengan lantai menimbulkan rasa sakit meskipun daffa melakukannya dengan pelan. Tidak ada waktu untuk mengeluh sakit karena dengan tiba tiba daffa mencium bibirku membuatku terpejam dan mengalungkan tanganku ke lehernya.

"Aku mau kita segera menikah!" Aku membuka mataku terkejut menatap daffa.

"Hah?" Tanyaku. Daffa menegakkan badannya namun tidak beranjak dari atas tubuhku membuatku mengernyit menatapnya. Kenapa dia tiba tiba bilang begitu.

I Love You Prince ColdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang