#24-It's Hurt-

189 19 8
                                    

♡●♡
Ada yang retak tapi bukan kaca.
●♡●

Aku benar benar belajar dengan tekun. Aku hanya belajar di mata kuliah bahasa inggris. Agar di mata kuliah itu aku tidak mengulang. Agar selalu bisa bersama daffa. Dan daffa tidak membenciku.

Kini saatnya aku membuktikan hasil belajarku. Aku merasa lelah dan mengantuk saat masuk dan duduk di belakang daffa. Namun melihat daffa aku kembali semangat.

Aku menyangga kepalaku dengan kedua tangan sambil tersenyum memandang daffa dari belakang. Dia yang sedang fokus pada kertas ujiannya sungguh tampan sekali. Aku senang melihatnya yang sedang fakus begini. Daffa menoleh ke arahku dan memandangku. Aku tersenyum.

"Kerjain ujian lo!" Seruhnya. Aku tersentak dan mengambil bolpoin lalu menunduk melihat kertas di mejaku. Namun lagi lagi aku melihat ke arah daffa. Aku tersenyum. Suka sekali melihatnya. Rasanya aku tidak bisa berpaling darinya.

Daffa kembali menoleh ke arahku. Aku tersentak dan terkejut saat daffa mengambil kertas ujian yang belum aku sentuh dan tulis apapun. Dia menukarnya dengan kertas ujian miliknya.

"Eh kamu udah selesai? Masih 5 menit ujian di mulai." Kataku.

Aku tersenyum melihat daffa yang tersenyum padaku. Dia mengisi kertas ujian kosong milikku? Aku menunduk melihat kertas ujian milik daffa. Namaku? Aku membolak baliknya dan semua soal sudah terisi.

Saat aku mendongak untuk melihat daffa aku melihat viana yang duduk di samping daffa menatapku sengit. Aku menjulurkan lidahku mengejeknya. Viana hanya mendesis kesal. Aku dan viana melihat daffa berdiri dari duduknya.

"Usah selesai? Tunggu aku juga!" Seru viana dan mengikutinya. Aku pun ikut berdiri dari dudukku. Viana menoleh ke arahku.

"Ahh... lo udah selesai fanny? Eh kayaknya gue gak lihat deh lo isi ujian itu. Hebat yah isi sendiri ujiannya." Sindirnya sambil melihat kertas ujian yang aku bawa. Aku menariknya.

"Iya dong di isi sama daffa. Lo ngerjain sendiri yah?! Dahh!!" Seruku dan berlari mengikuti daffa yang sudah ada di depan dosen mengumoulkan ujiannya.

●●○

"Daffa mau pindah ke apartemen?" Tanyaku tidak percaya. Dinnar mengangguk.

"Iya hari ini dia mau berangkat. Barang barangnya udah dia beresin. Katanya mau hidup mandiri." Jelasnya.

"Emang dia punya apartemen?" Tanyaku. Dinnar mengangguk.

"Hadiah dari daddy karena dia berhasil mendapat nilai Ujian Nasional tertinggi tingkat Kota. SMP dulu nilai dia sempurna 100 semua di empat mata pelajaran." Jelas dinnar membuatku ternganga.

"Hebat banget." Celetuk mita yang duduk di samping dinnar.

"Fanny gimana ujian lo?" Tanya dinnar. Aku meringis.

"Dia harus ngulang materi dan kalian tahu cuma satu matkul yang gak ngulang!" Ejek dania. Aku mendengus.

"Bahasa inggris itu pun daffa yang ngerjain." Lanjutnya. Mita dan dinnar terkejut. Mereka mendekat ke arahku.

"Gimana gimana? Kok bisa daffa ngerjain punya lo fan?" Tanya mita. Aku meringis.

"Dia gue minta bantu ngerjain pr gue aja ogah! Kok sama loo..." Dinnar mita dan dania menatapku curiga.

"Jangan jangan daffa suka sama fanny!" Seru mita. Dinnar dan dania melotot.

"Kayaknya!" Kata dinnar.

"Gak mungkin!" Seru dania.

Aku menghela nafas panjang. Iya memang tidak mungkin daffa menyukaiku.

I Love You Prince ColdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang