♡●♡
Aku ingin membenci. Tapi bagaimana lagi jika hati menolak untuk membenci dia yang sangat kucintai.
●♡●Cinta itu tidak bisa di paksa. Dia datang dari hati tanpa tahu siapa dia akan jatuh. Dan hatiku memilih daffa untuk di cintai. Namun nyatanya cinta daffa bukan untukku.
Sakit rasanya saat tahu bahwa orang yang selama hampir empat tahun ini aku cintai kini tengah bersama yang lain. Tidak bisakah aku menghilangkan cinta ini dalam sekejab saja? Agar hati tak terlalu sakit menerima kenyataan ini.
Karena patah hati nafsu makanku tidak banyak. Terkadang sehari aku hanya minum air putih saja dengan memakan keripik kentang yang aku beli. Tidurku menjadi tidak nyenyak memikirkan apa yang mereka lakukan di dalam apartemen berdua begitu?
Ahh... memikirkannya saja membuatku menangis. Gila. Sepertinya aku memang sudah gila dalam mencintai daffa. Aku bucin parah padanya. Pada dia yang bahkan tak pernah bersikap lembut padaku.
"Fanny kenapa sih kok lesu gitu?" Suara dinnar terdengar di telingaku. Aku mengedipkan mataku tersadar dari lamunanku. Dengan segera aku menyembunyikan wajahku di antara kedua lengan di atas meja.
"Gue juga gak tahu dia kenapa. Udah seminggu ini dia begitu." Kata dania yang masih aku dengar.
"Fanny lo kenapa? Kusut banget. Mata lo juga menghitam gitu." Tanya mita sambil mengguncang bahuku.
"Eh hari ini bukannya kelas bahasa inggris? Eh gue tadi lihat kelasnya mau bubar. Biasanya lo semangat buat ketemu daffa." Ejek dania. Aku menegakkan badan.
"Lo gak kangen daffa? Kayaknya kelas inggris itu dua kali seminggu dan lo dua minggu ini absen terus kayaknya." Tanya dinnar membuatku mengerucut kesal.
"Lo ada masalah sama daffa?" Tanya mita. Masalah apa? Bahkan daffa sepertinya enggan berbicara denganku.
Memikirkan kembali bagaimana akrabnya daffa dengan viana dan juga mereka yang tinggal bersama kembali membuatku sakit hati dan kesal. Apalagi kini aku melihat mereka tengah duduk berdua di tengah kantin sebagai bahan pandangan para mahasiswa.
"Dua minggu yang lalu gue ikutin daffa pulang kerja sama viana. Dan guee.... gue lihat mereka masuk ke gedung apartemen yang sama dan tinggal bareng." Kataku sendu sambil memandang daffa yang kini tengah asik berbicara dengan dua orang laki laji di depannya. Dan viana yang selalu ada di sampingnya ikut menyahut.
"Apa?!" Pekik dinnar, dania dan mita bersamaan. Mereka terkejut luar biasa. Dan aku masih memandang daffa dengan penuh benci dan kesal.
Cukup hatiku sakit melihat itu seakan ingin menangis dengan keras melihat mereka. Ah.. hidungku rasanya sakit dan mata memanas menahan tangis. Dengan segera aku berdiri dari dudukku dan berjalan dengan menghentak kesal.
"Fanny mau kemana woy!" Seru dania yang tidak ku hiraukan.
Aku tetap berjalan dan saat di dekat meja tempat daffa aku yang terus melihatnya dengan kesal melihat dia tengah menoleh ke arahku. Dia mengernyit melihatku dan aku langsung memalingkan wajahku enggan memandangnya.
Cukup fanny jangan terus melihatnya. Kamu sedang proses move on. Perjalananmu masih jauh. Hatimu masih mencintainya. Jadi stop untuk selalu memperhatikannya agar bisa dengan cepat melupakan daffa!
Alasanku tidak datang ke kelas bahasa inggris dan tidak mau pergi ke rumah daffa adalah untuk menghindari daffa. Setiap aku melihat dia aku selalu memilih menjauh. Memilih memutar jalan agar tidak berhadapan dengan daffa. Aku belum siap. Hatiku masih cinta. Tunggu nanti setelah melupakannya aku akan menemuinya dan tidak menghindar lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You Prince Cold
RomanceSeperti planet yang selalu mengitari matahari. Akupun juga seperti itu. Hidupku selalu tentang dirimu. Aku akan selalu ada untukmu. Tidak perduli dengan kebencianmu dan kata kata pedasmu padaku aku akan tetap bertahan agar kau jatuh cinta padaku. Fa...