#26-Perjuangan-

171 15 0
                                    

●♡●
dekat tapi terasa jauh. Seperti mata yang tak bisa melihat telinga.
●♡


Selama ini aku pikir aku tidak akan bisa menjadi lebih dekat dengan daffa. Ku pikir aku hanya bisa menjadi seorang pengagum dan hanya akan menjadi pengagumnya untuk selamanya.

Tapi kini tidak. Akulah perempuan satu satunya yang masuk ke dalam apartemen miliknya. Benarkah? Aku menoleh ke arah daffa yang kini sedang berjalan masuk ke sebuah ruangan yang mungkin kamarnya.

"Daffa yang pernah kesini siapa aja?" Tanyaku saat dia memberiku handuk.

"Kenapa?!" Tanyanya. Aku hanya diam dan mengalihkan pandanganku darinya dan mengedik.

"Kelurga gue!" Jawabnya. Aku menoleh ke arahnya. Pandangan daffa masih tertuju padaku. Aku masih menunggu mungkin saja ada lagi yang dia katakan.

Aku menghela nafas dan mengambil handuk yang masih dia pegang. Aku terkejut saat handuk itu tertarik hingga badanku maju ke depan karena tarikan itu.

Aku mendongak menatap daffa yang kini begitu dekat dengan wajahku. Jantungku berdegup kencang melihat wajah daffa yang begitu dekat denganku.

"Dan lo satu satunya orang asing masuk ke apartemen gue!" Katanya pelan. Aku menerjabkan mataku saat daffa menjauh dan berjalan menghampiri nakas di samping televisi. Dia menghambil handphonenya.

"Gue telepon dinnar biar lo di jemput dia!" Katanya. Aku tersenyum. Akhh... aku senang sekali. Karena aku lebih unggul dari viana. Viana tidak pernah ke apartemen daffa. Dan aku? Aku disini. Melihat tempat tinggal seorang leonard daffa.

"Fanny ada di apartemen gue jemput di-.... halo?! Lo dengerin gue gak?!"

Aku menatap daffa yang kini menatap hp nya dengan kesal. Aku menaikkan sebelah alisku saat dia menatapku dengan wajah kesalnya.

"Dia matiin telpon gue!" Katanya dan menghela nafas.

"Terus aku gimana?" Tanyaku gugup. Dia memandangku.

"Lo.."

Aku menaikkan sebelah alisku heran. Kenapa? Kenapa ucapannya menggantung begitu? Lalu aku mendengar decakan kesal daffa dan kegusarannya. Aku tersenyum melihatnya.

"Motor gue lagi di bengkel! Jadi lo tidur sini. Kamarnya cuma satu. Lo bisa pakai kamar gue. Gue tidur disini!" Katanya sambil berlalu ke kamarnya. Aku tersenyum senang.

Aku akan tidur di dalam kamar daffa?! Akhh... aku tidak sabar. Akh apalagi jika aku tidur dengannya? Semalaman ada di dalam pelukan daffa pasti nyaman sekali.

"Lo bisa masuk ke dalam biar gue tidur disini!" Kata daffa saat sudah ada di depanku dengan satu bantal di tangannya.

"Selimut?" Tanyaku. Daffa menggeleng.

"Cuma satu! Lo pakai aja!"

"Tapi kamu nanti kedinginan disini. Selimutnya kamu pakai aja." Kataku. Dia duduk di sofa singel di sampingku dan menatapku.

"Lo sakit!" Katanya lagi.

"Tapi nanti kamu juga sakit. Kamu tidur di dalam aja. Biar aku disini." Kataku.

"Gue cowok lebih kuat!"

"Tapi cowok juga bisa sakit. Apa badan kamu gak sakit tidur disini? Badan kamu lebih besar dari sofa ini. Kamu pasti gak nyaman. Biar aku aja yang tidur disini." Kataku memaksa. Dia menghela nafas kesal.

"Gak lo di kamar!" Paksanya juga. Aku menghela nafas dan berdiri bergerak masuk ke dalam kamar.

Pintu kamar tertutup aku melihat kesekeliling kamar daffa. Maskulin dan rapi sekali. Aroma daffa memenuhi ruangan itu. Kamar yang di dominasi warna hitam dan putih itu sedikit membuatku tidak nyaman karena biasanya kamarku ramai dengan boneka dan cerah.

I Love You Prince ColdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang