●♡●
Apa memang cinta pertama akan sesakit ini. Apa mengenal cinta harus sakit seperti ini?
♡●♡"Lo beneran mau move on dari daffa?" Tanya mita padaku. Aku menyenderkan badanku ke sofa memandangnya malas dan mengangguk.
"Seriusan. Nanti suka lagi." Kata dania. Aku menggeleng.
"Gue beneran mau lupain dia. Gak bohong seriusan." Kataku yakin. Aku menoleh ke arah dinnar saat mendengar hela nafas beratnya.
"Gue sedih banget hari ini. Papa lagi sakit." Jelas dinnar. Aku menegakkan badanku menatapnya.
"Kenapa? Sakit apa?" Tanyaku khawatir.
"Tifus. Kebanyakan kerja dia capek dan akhirnya tumbang deh. Udah seminggu ini daddy di rawat di rumah sakit. Leo gantiin papa. Kata papa ada projek besar gak bisa di tinggal. Akhirnya leo minta ikut kerja." Jelas dinnar.
"Tapi daffakan masih kuliah." Kata dania.
"Dia juga udah pindah jurusan kedokterankan?" Tanyaku.
"Kalian lupa daffa itu siapa. Dia pasti bisa. Tapii... gue sedihh..." Katanya. Aku mengernyit. Sedih kenapa lagi?
"Kolega bisnis papa berniat jodohin daffa sama cucunya dan daffa mau." Katanya lesu. Aku menegakkan badanku mendengarnya. Apa?!
Rasanya seperti kejatuhan berton ton batu aku mendengar ucapan dinnar. Apa ini mimpi? Dijodohin? Apa ini lelucon? Aku sudah bilang jika aku akan menyerah tapi kenapa hatiku kesal dan sakit mendengar daffa akan bersama perempuan lain?!
"Dan cucunya itu viana! Akhh... gue gak suka! Kalau lo emang nyerah sama daffa dia sama viana dong!" Serunya kesal. Aku menatap dinnar dan tersenyum pedih.
"Mungkin emang mereka jodoh. Gak ada yang tahu jodohkan?" Kataku sambil senyum. Dinnar, dania, dam mita menatapku dengan sendu.
"Gue tahu lo pasti sedih dengarnya fan." Kata mita. Dia mendekatiku dan mengelus bahuku.
"Enggak gue gak sedih. Aduh ini mata gue kemasukan debu makanya keluar air mata. Haha ha... lagian gue juga udah nerima tawaran jalan sama wira-kan?" Kataku senang bukan berusaha senang. Nyatanya hatiku sakit sekali.
"Iya fan mungkin aja wira itu memang kebahagiaan lo kan. Gak ada yang tahu juga." Kata dania yang membuatku semakin sakit. Entahlah kenapa. Aku berusaha tertawa.
"Iya iyaa... eh gue beres beres dulu yah. Hari inikan ayah mau jemput gue. Gue seneng banget akhirnya ayah pulang!" Kataku senang dan beranjak menuju kamar.
Setelah menutup pintu senyum yang sedari tadi ku tunjukkan memudar dan aku berjalan menuju lemari dan mengambil bajuku memasukkan ke dalam koper.
"Daffa bukan milik gue. Jadi lo gak usah nangis fanny!" Kataku seraya memasukkan bajunya. Namun kata itu hanyalah kata yang tidak bisa membuat hatiku untuk tidak menangis. Aku menangis terisak sambil memasukkan barang barangku. Sungguh daffa kenapa kamu jahat sekali padaku.
Apa memang cinta pertama akan sesakit ini. Apa mengenal cinta harus sakit seperti ini? Cinta pertamaku tak kusangkan memang berakhir menyakitkan. Bodohnya kenapa aku masih menangisi dia yang tidak pernah mencintaiku?
Aku menarik nafas dalam dan mengehmbuskannya pelan. Aku harus bahagia. Aya akan menjemputku. Kemarin ayah baru kembali dari luar kota. Akhirnya dia pulang juga. Aku sangat merindukannya. Dan aku harus bahagia untuk itu. Datang kemari hanya beberapa kali selama hampir tiga tahun ini.
●●
Aku memeluk ayah yang baru datang. Dia tersenyum dan menakup wajahku.
"Anak ayah yang udah jadi anak kuliahan kamu siap pulang?" Tanyanya. Aku mengangguk senang.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You Prince Cold
RomanceSeperti planet yang selalu mengitari matahari. Akupun juga seperti itu. Hidupku selalu tentang dirimu. Aku akan selalu ada untukmu. Tidak perduli dengan kebencianmu dan kata kata pedasmu padaku aku akan tetap bertahan agar kau jatuh cinta padaku. Fa...