●♡●
Hidup itu penuh perjuangan. Tidak ada hidup enak jika tidak berjuang.
♡●♡Daffa menghela nafas setelah fanny berlari pergi tadi. Dia memijat keningnya frustasi. Kenapa dia bisa memilik sosok perempuan yang sangat kekanakan begitu? Namun daffa tahu apa yang ada di dalam benak fanny. Dia bisa menebaknya.
Gadis itu merasa minder dengan latar belakang keluarganya yang sangat berbeda dengan daffa. Daffa menghembuskan nafas panjang merasa kesal.
"Dasar bodoh!" Gumannya sambil berjalan pergi dari rumah fanny.
Niat yang awalnya ingin mengajak fanny pergi ke rumahnya suruhan sang mama kini pulang tanpa membawa apapun.
Dirumah saat dia sudah tiba di rumah mamanya melihat daffa yang masuk tanpa fanny mengernyit.
"Mana fanny?" Tanyanya. Daffa menghela nafas. Dia melihat ke arah mamanya dan memeluknya.
"Ma... dia marah dan pergi dari rumah. Dia kayaknya lagi bertengkar sama ayahnya." Jelas daffa sambil melepaskan pelukannya dan duduk di meja makan. Agatha mengernyit dan duduk di samping daffa.
"Bertengkar kenapa?" Tanyanya.
"Ayahnya menikah lagi. Dan daffa bilang kalau sebaiknya dia menerima itu karena ayahnya juga kesepian. Sudah lama sendiri." Jelas daffa. Agatha menghela nafas.
"Dan dia juga banding bandingin keluarga kita sama keluarganya. Dia minder." Lanjutnya.
"Mama mengerti apa yang fanny rasakan. Lebih baik kamu diamkan saja dulu biar dia berpikir dulu. Mana yang benar dan salah. Kamu bilang ke ayahnya fanny kalau dia disini. Biar dia gak panik." Jelas sang mama. Daffa mengangguk dan mengikuti perintahnya.
"Fanny mana? Katanya kesini?" Tanya dinnar saat dia duduk di ruang keluarga melihat daffa sedang membaca disana.
"Minggat!"
"Apa?! Maksud lo minggat dari rumahnya?! Kenapa?! Kalian bertengkar?!" Seru dinnar bertanya. Daffa berdecak kesal merasa terganggu.
"Ini pasti gara gara lo! Lo ngomong apa ke dia sampai fanny jadi kesal begitu?! Terus sekarang dia pergi kemana? Kok lo gak cari sih?" Tanyanya lagi dengan kesal. Daffa berdiri dari duduknya merasa terganggu dengan suara dinnar.
"Ih leo kok pergi?! Gue tanya jawab dulu kek!" Serunya kesal. Daffa menghentikan langkahnya.
"Lo temannya seharusnya tahu dia!" Kata daffa dan berjalan pergi. Dinnar kesal melihat kelakuam saudara kembarnya.
Dia panik tidak tahu kabar dari temannya itu. Dengan cekatan dia mengambil handphonenya dan menanyakan kabar fanny. Namun gadis itu tidak membalas pesannya. Dinnar mendengus kesal. Dan kemudian dia menghubungi mita.
'Dia lagi di rumah gue. Tinggal disini sementara. Jangan bilang daffa kata fanny.'
Dinnar menghela nafas lega. Dia akhirnya tahu keberadaan fanny. Dinnar menatap pintu kamar daffa dengan sengit. Dasar laki laki tak punya perasaan! Pacarnya pergi dia gak ada paniknya!
"Lihat aja gue gak akan kasih tahu lo!" Kata dinnar dan berdiri dari duduknya menuju kamar. Niat untuk menonton tv hilang sudah karena kesal dengan saudara kembarnya itu.
●♡●
Satu minggu berlalu. Daffa tak tahu kabar fanny. Dia yang kini sedang membaca di dalam kamar melihat ke arah hpnya yang tergeletak di atas meja. Dia mengambil hpnya berniat menghubungi fanny. Namun niat itu dia urungkan. Daffa mengetuk kepalanya bingung.
Lima hari kemudian daffa sudah kesal dengan tingkah gadis itu yang masih saja kerasa kepala dan belum ada kabar. Kembali ke rumahpun tidak. Padahal dia dengar dari dinnar jika fanny sudah pulang seminggu lalu. Sekarang dia ada dimana jika bukan di rumah mita?
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You Prince Cold
RomanceSeperti planet yang selalu mengitari matahari. Akupun juga seperti itu. Hidupku selalu tentang dirimu. Aku akan selalu ada untukmu. Tidak perduli dengan kebencianmu dan kata kata pedasmu padaku aku akan tetap bertahan agar kau jatuh cinta padaku. Fa...