♡●♡
Aku akan menjadi apapun yang kamu inginkan. Asalkan aku bersamamu.
●♡●Setelah kuliah usai pukul dua siang aku langsung menuju lapangan. Berlatih agar tidak mengecewakan daffa. Di lapangan basket kampus aku sendiri bermain disana.
Kakiku melompat dan tanganku berusaha memasukkan bola ke dalam ring. Berkali kali aku mencoba namun gagal. Aku memegang bola di tanganku dan menarik nafas dalam menghembuskannya pelan. Oke fanny kamu harus rileks.
Dengan konsentrasi penuh aku menatap ring di atas dan mulai melepar bola di tanganku. Mataku terbelak senang dan tanpa sadar aku melompat kesenangan karena bola itu masuk ke dalam ring. Namun sesuatu terjadi padaku.
Entah ini kesialan bagiku atau apa tapi aku tidak tahu jika di bawahku ada sebuah batu hingga ketika kakiku menginjak batu itu aku terjatuh. Aku jatuh terduduk sambil memegangi kakiku yang menginjak batu tadi.
"Apes banget sih!" Gumanku kesal.
"Kenapa?!"
Aku menoleh dan mendapati sebuah kaki berdiri di sampingku. Dan saat aku mendongak aku melihat daffa berdiri disampingku. Dia kemudian berjongkok.
"Ah.. gak apa kok. Daffa tadi aku berhasil lempar bolanya ke ring!" Seruku senang.
"Iya lo udah berusaha. Gue udah lihat lo tadi." Katanya. Aku menoleh ke belakang dan melihat ada viana sedang berdiri di belakang kami. Aku baru sadar jika ada viana disana.
"Iyakah? Udah mau di mulai yah?" Tanyaku dan akan berdiri. Namun kakiku terasa sakit dan aku kembali terduduk.
"Kenapa?!" Tanya daffa lagi. Aku menatapnya. Jika aku bilang kakiku sakit nanti main basketnya pasti gak jadi dan daffa kecewa padaku karena menggagalkannya. Aku tersenyum dan menggeleng.
"Gak apa apa kok." Kataku dan berusah berdiri lagi. Aku mendesah kesakitan dan memegangi kakiku yang sakit. Daffa melihat itu.
"Kaki lo sakit?!" Tanyanya. Aku menggeleng. Dia menyentuh kakiku yang terluka dan aku meringis kesakitan. Bahkan hanya disentuhpun aku kesakitan.
"Lo kesleo." Kata daffa.
"Kenapa fanny?" Aku menoleh dan melihat kak tino yang baru datang berdiri di samping viana.
"Dia kesleo jadi besketnya kita batalkan aja!" Kata daffa. Aku menatapnya tidak setuju.
"Tapi aku udah latihan kita lanjut aja gak apa! Kita pasti menang sekarang!" Kataku memaksa. Daffa menatapku dan menggeleng.
"Gue tahu lo udah bekerja keras buat ini! Tapi kaki lo sakit. Batalin aja mainnya. Main lo udah baik." Katanya sambil tersenyum. Melihat senyum itu membuatku ikut tersenyum. Astaga. Daffa tersenyum padaku.
Aku merasa senang dia tersenyum padaku. Apa aku harus seperti ini dulu untuk melihat senyumnya? Untuk senyum manis itu untukku? Tak apa aku akan lakukan jika aku akan mendapatkan senyumannya yang indah itu dengan sakit begini.
"Ayo naik!" Kata daffa sambil membelakangiku. Aku menatapnya ragu.
"Tapi-"
Daffa menarik tanganku dan melingkarkan di lehernya. Dan kemudian kedua tangannya dia lingkarkan di kedua kakiku. Daffa menggendongku di punggungnya. Aku tersenyum dan menyenderkan kepalaku ke bahunya.
"Karena dia sakit jadi basket ini kita batalin aja. Lagian buat apa juga kita lakukan ini!" Kata daffa pada viana dan kak tino. Tanpa menunggu jawaban dari mereka daffa berjalan pergi sambil menggendongku.
Selama di jalan dia menggendongku, aku melingkarkan tanganku di lehernya semakin erat. Aku mencium harum tubuhnya dengan leluasa. Kapan lagi aku bisa sedekat ini dengannya. Ini adalah hal yang membahagiakan bagiku. Di gendong oleh orang yang aku sukai. Andai aku bisa memeluknya seperti ini selamanya. Hidupku pasti bahagia sekali!
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You Prince Cold
RomanceSeperti planet yang selalu mengitari matahari. Akupun juga seperti itu. Hidupku selalu tentang dirimu. Aku akan selalu ada untukmu. Tidak perduli dengan kebencianmu dan kata kata pedasmu padaku aku akan tetap bertahan agar kau jatuh cinta padaku. Fa...