Ambiguous : Tell Me 24

2.3K 116 7
                                    

Tatapan mata Jeila yang kosong semakin memperjelas bahwa dia sudah semakin jatuh terlalu dalam. Baper, itu yang selalu di katakan teman temannya, mungkin dia yang terlalu baper dengan perlakuan Genta, atau mungkin memang pada awalnya ia hanya menjadi objek Genta untuk kesenangannya

"Je.." panggilan Dari Dora tidak juga menyadarkan Jeila dari lamunannya, gadis dengan rambut pendek sebahu itu menyenggol Jeila pelan dan memanggilnya kembali "Je.."

"Ya?" sahut Jeila gelagapan

Dora mendengus pelan melihat Jeila yang gelagapan "Istirahat nih, lo nggak mau ke kantin?"

Jeila menggeleng pelan "Nggak deh, gue kenyang, males jalan juga gue" sahutnya

Dora mengangguk "Yaudah deh, lo mau nitip nggak? Apa gitu"

Jeila nampak berfikir "Apa ya? Susu kotak aja deh, yang strobery ya"

"Oke, gue ke kantin ya, bye.."

"Hmm..."

Jeila membenamkan kepalanya di atas meja dengan bantalan tangan

Suasana kelas yang sepi ditambah dengan lagu melow yang Jeila dengarkan lewat earphone-nya membuat Jeila terbuai oleh rasa kantuknya, lama kelamaan mata Jeila terpejam dan akhirnya ia masuk ke dalam dunia mimpinya

😊😊😊

Jeila berdiri di depan pintu gerbang sekolah, berharap jemputannya segera datang, atau paling tidak ada angkutan umum yang menuju ke rumahnya

Tidak berapa lama sebuah motor matic merah berhenti di depannya, Gentara syahputra, cowok itu membuka helmnya lalu tersenyum manis sekali

Jeila kikuk, sangat sangat kikuk, entahlah apa yang harus ia lakukan melihat Genta yang tiba tiba tersenyum padanya, berapa lama ya dia tidak meihat senyuman Genta yang seperti itu padanya?

"Mau bareng nggak Nyah?" tanyanya

Jeila diam sesaat, dia masih bingung respon apa yang harus dia berikan

"Tapi gue udah di jemput" kalimat itulah yang akhirnya keluar, padahal dalam hati dia sangat inging berkata 'mau, mau banget malah' tapi apalah daya hati dan perkataan tidak sejalan

Genta melempar pelan helm dan langsung ditangkap dengan cepat oleh Jeila "Sejam gue liatin lo berdiri di sini, lo tuh udah tinggi, kalo berdiri terus tambah tinggi yang ada" entahlah ini apa, mungkin penawaran "Ayo naik, daripada lo makin tinggi kan bahaya"

"Iya deh iya, yang tinggi mah ngalah sama yang pendek" sahut Jeila sambil naik ke atas motor Genta

Genta memutar kepalanya, matanya melotot hingga ingin keluar menatap Jeila, tatapan yang sangat ia rindukan

"Udah ayo jalan, jadi natap natap gitu, nanti kalo suka bahaya" ucap Jeila yang mendapat respon dengusan dari Genta

Jeila tersenyum, senang akhirnya Genta kembali seperti dulu, senang akhirnya dia bisa dekat lagi dengan Genta

Tak lama kemudian Genta memberhentikan motornya di depan rumah Jeila "Sudah sampai nyonya" katanya yang mendapat pukulan pelan dari Jeila "Aww.. sakit, galak banget sih lo"

"Ya suka suka gue lah, gue kan nyonya lo" sahut Jeila sombong

"Iya deh iya, gue mah apa atuh" katanya degan sabar

"Beruk!" jawab Jeila, lalu dia tertawa terbahak, entah memang humor Jeila yang receh atau hal itu memang lucu sehingga Jeila tertawa sangat kencang

"Je.."

"Apa?" tanyanya masih diselingi oleh tawa

"Lo nangis apa ketawa sih? kok keluar air mata"

Jeila mengusap pipinya, dan benar air mata sudah mengalir dipipinya "Ah.. gue ketawa sampe ngeluarin air mata, lucu banget, hahaha"

"Jee.."

"Ya?" sahut Jeila masih dengan tawanya yang makin lama makin terdengar aneh

Tangan Genta menjulur, mengahapus air mata yang semakin lama semakin mengalir di pipi Jeila "Jangan pura pura ketawa dibalik tangisan lo, karna itu lebih menyakitkan dibanding lo nangis sesunggukan"

Jeila berhenti tertawa, matanya menatap Genta dalam, lalu perlahan lahan air mata yang sudah susah payah dibendungnya jatuh begitu saja

Genta menarik Jeila dan membekapnya ke dalam pelukannya, membiarkan gadis itu menangis didalam perlindungannya, satu tangannya memeluk sedangkan satu lagi mengusap kepala Jeila pelan "Maafin gue Je.."

"Lo jahat Nta, kenapa lo harus pergi disaat gue mulai sadar kalo gue suka sama lo, kenapa lo jauhin gue, kenapa?!" ucapnya disela tangis "Gue kangen sama lo, gue kangen dijailin lo, gue kangen semua perlakuan jahil lo, gue kangen semuanya, gue kangen tatapan lo, gue gue.. ge sadar kalo gue mulai suka sama lo, dan perasaan gue makin dalam sama lo" Jeila sesunggukan di dalam dekapan Genta

Yang dilakukan Genta hanya menguspap kepala Jeila pelan, dua kata yang dia ucapkan membuat Jeila semakin sensunggukan "Maaf Je"

"Je.. Je.. Je.. bangun Je"

"Jeila lo kenapa? Je bangun!"

Mata Jeila sontak terbuka dengan lebar, matanya memandang ke sekeliling, suasanya berubah, dia bukan lagi di dalam pelukan Genta, tapi dia berada di kelas dengan teman teman yang mengerubunginya

"Lo nggak papa Je? Lo kenapa nangis?" tanya Dora dengan sangat khawatir

Jeila mengusap air mata yang tersisa dengan cepat, dia menggeleng pelan "Gue nggak papa" sahut Jeila dengan suara paraunya "Kalian bisa balik ke bangku masing masing" ucap Jeila agar teman temannya tidak lagi mengelilinginya

Dora mengerutkan dahinya "Lo beneran nggak papa?"

Jeila mengangguk pelan "Iya nggak papa kok, cuma mimpi buruk kecil aja" sahutnya dengan senyum kecil yang dipaksakan

Dora mengangguk, dia yakin itu bukan mimpi buruk biasa, tapi dia bisa apa kalo Jeila udah bilang dia nggak apa apa, memaksa gadis itu bicara jujur bukanlah hal yang baik, jadi dia hanya akan menunggu sampai Jeila cerita sendiri kepadanya

Guru Fisika masuk setelah beberapa menit bell berbunyi, Jeila mengeluarkan bukunya dari tas, ia mencoba fokus dengan pelajaran, tapi dia tidak bisa

Mimpi itu membuatnya kepikiran, apa maksud dibalik mimpi itu, akankah dia dan Genta berbaikan? Atau hubungannya akan semakin parah?

Ahh.. entahlah, semakin dipikirkan semakin membuat Jeila pusing, mungkin lebih baik dia melupakan kenangan konyolnya bersama Genta, ya.. itu yang terbaik agar dia bisa menjalani hidupanya tanpa harus ada rasa penasaran sekaligus rasa penyesalan yang mendalam

***
Thanks for reading 😊

Update kamis dan minggu

Ps : Please let me know if there is any mistake in this story

Ambiguous : Tell MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang