Part 29

4.3K 253 74
                                    

Happy Reading!

.
.
.
.
.

Semenjak itu, Chanyeol jadi semakin rutin mengunjungi Wendy. Semua waktunya dia luangkan untuk Wendy dan malaikat kecil mereka. Bahkan Chanyeol sempat membatalkan beberapa meeting penting ketika mendapati kabar Wendy ingin kontrol ke dokter.

Bagi Chanyeol, meeting itu tidak penting dibanding perkembangan sang buah hati yang ada di dalam kandungan Wendy.

Bahkan saat weekend pun dia datang ke rumah Sehun untuk menemui Wendy dan malaikat kecil mereka.

Contohnya seperti sekarang ini, Chanyeol sedang bersantai di ruang tamu milik Sehun. Wendy duduk di sampingnya, bersandar pada bahu Chanyeol sambil sesekali mengusap perutnya. Mereka sedang menonton film kartun, atas rekomendasi Sehun.

"Kak, kelinci itu lucu ya."

Chanyeol menoleh dan tersenyum manis pada Wendy. Dengan usil, dia colek hidung mancung Wendy. "Tapi masih lebih lucu kamu, sayang."

Wendy tertawa. "Kakak gombal."

"Enggak kok. Aku serius." Chanyeol tertawa kecil. "Kamu bisa lihat keseriusan di mataku, sayang."

Wendy menatap Chanyeol lama. "Mana? Enggak ada tuh. Adanya belek doang."

Chanyeol tersenyum gemas lalu menggelitiki Wendy.

"Ahahaha. Berhenti, kak! Aku geli."

"Enggak mau. Kamu harus dihukum, sayang. Hahaha."

Keduanya tertawa bahagia, tanpa menyadari perasaan sang pemilik rumah yang sedari tadi melihat interaksi mesra mereka.

Sehun tersenyum miris. Meskipun dia sudah berusaha merelakan Wendy, rasa sakit itu tetap membekas di hatinya.

Sehun menghela napas. Sebenarnya dia sangat cemburu melihat interaksi antara Wendy dan Chanyeol setiap harinya. Tetapi dia berusaha untuk mengabaikannya.

Namun, sepertinya kali ini Sehun tidak tahan. Dia harus mencari angin di luar.

"Yeol, gue keluar bentar ya. Jagain Wendy baik-baik!" Sehun mengambil kunci motor.

"Lu mau kemana?" Chanyeol menoleh pada Sehun, begitu pula dengan Wendy.

"Mau ke cafe sebentar. Tiba-tiba pengen ke sana. Mau titip sesuatu gak?"

Chanyeol menggeleng. "Enggak deh."

"Kalau kamu, Wen?" tanya Sehun.

Wendy tersenyum dan menggeleng. "Enggak usah, kak. Makasih banyak hehehe. Kakak hati-hati ya."

Sehun mengangguk. "Siap, cantik." lalu dia keluar dari rumah.

Sehun menutup pintu dengan pelan. Dia tidak langsung pergi, melainkan bersandar pada daun pintu. Kedua matanya memandangi langit siang hari dengan nanar.

"Sampai kapan gue harus kayak gini?" lirihnya.

Tidak ingin berlarut dalam kesedihan, Sehun segera menaiki motor ninjanya dan pergi dari rumah.

Sehun tiba di cafe. Kedua matanya bergerak-gerak, mencari tempat kosong untuk dia duduki.

Sehun tersenyum tipis ketika melihat ada tempat kosong di dekat jendela. Pas sekali.

"Mau pesan apa, tuan?" tanya pelayan cafe.

"Satu Matcha Latte."

"Baik, ditunggu sebentar, tuan."

▶Trapped! ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang