3

144 23 11
                                    

Sepulang dari sekolahnya, Alby memarkirkan motornya, lalu menuju kamarnya untuk  menyimpan tas, mengganti pakaian dan merebahkan tubuhnya di kasur. Ia ingin beristirahat dari pikirannya tentang tugas-tugas sekolah. Tapi tidak bisa, karena ketukan pintu kamar membuatnya terganggu.

"Alby, buka dong." Teriak Arvin, kakanya.

"Masuk, ga dikunci."

"Gue mau minta pendapat dari lo."

"Apa?"

"Minggu depan, ada lomba dikampus. Nah... gue mau nyanyi, menurut lo tentang apa ya?"

"Ya... Yang enak aja dihati lo."

"Dee, lo ini masih aja sikapnya dingin, gimana mau dapat cewek?"

"Pacaran setelah sukses!"

"Asik... Gaya bener ini adik gue." Arvin tertawa.

Setiap hari mereka akur, tidak ada yang namanya kata bertengkar. Arvin yang tubuhnya hampir sama dengan Alby, mereka selalu dikatakan kembar, padahal tidak kembar.

Disaat kedua orangtuanya sedang sibuk, ada seorang asisten rumah tangga sebut saja namanya Bi Rosma. Arvin dan Alby sudah terbiasa kalau dirumahnya sepi, tapi disaat hari libur tiba, mereka selalu meminta kedua orangtuanya untuk pulang dan pergi berlibur bersama.

"Bi Rosma, Ayah sama mamah pulang kapan?" Tanya Alby sambil meneguk segelas susu coklat.

"Katanya hari ini, Den. Mereka sedang diperjalanan."

"Hari ini? Dadakan banget."

"Iya, den. Kalau gitu bibi kembali bekerja."

Alby menganggukkan kepalanya. Ia menuju ruang tamu menghidupkan televisi, mencari berita-berita tentang Indonesia. Baginya, lebih bermanfaat menonton berita, dari pada sinetron cinta-cintaan. Saat sedang asik melihat berita, ponselnya bunyi suara pesan masuk.

0896746×××××

Hai!

Entah siapa yang mengirim pesan itu, Alby tidak mengetahuinya. Di dalam ponselnya ia tidak menyimpan nomor perempuan kecuali nomor mamahnya. Alby masih penasaran, siapa yang mengetahui nomornya? Sedangkan dirinya tak pernah menyebarkan nomornya, kecuali kepada teman-temannya.

Bel rumah berbunyi. Alby membukakan pintu, ia tampak begitu senang karena orangtuanya mereka sudah datang. Begitu bahagianya kedua orangtuanya melihat anak-anaknya akur, tidak sampai keluarga broken home.

"Kak... Ayah dan mamah datang!" Teriak Alby sampai suaranya terdengar dilantai atas.

"Akhirnya pulang!" Arvin tersenyum.

Mereka berpelukan terlebih dahulu, melepaskan rindu. Orangtuanya tidak langsung pergi ke kamar, ayahnya bercerita banyak hal tentang yang ia lakukan disana. Arvin dan Alby yang dari kecil senang mendengarkan kedua orangtuanya bercerita, sampai sekarang kebiasaan itupun masih ada.

"Bagaimana dengan pendidikan kalian?" Tanya Amira, mamahnya.

"Sekolah Alby lancar, mah."

"Kuliah kakak juga lancar, minggu depan akan ada perlombaan musik."

"Pasti kamu ikut, ya kan?" Sahut Rendi, ayahnya.

"Ya jelas ikut dong. Manfaatkan waktu muda untuk menggapai cita-cita!"

"Oh iya, kapan kita pergi berlibur? Besok tanggal merah."

"Ok, besok kita pergi. Karena lusa, ayah dan mamahmu ini akan berangkat kembali ke Kalimantan."

***

Pagi hari ini sangat cerah, keluarga Faeyza bersiap-siap untuk pergi berlibur sesuai rencana kemarin. Mereka akan pergi ke pantai marbella di Anyar, Banten. Perjalanannya cukup jauh dari Kota Jakarta, dari rumah sudah berangkat dari pukul 05.00 setelah shalat subuh.

Didalam mobil, Alby tetap membaca buku, dimanapun dan kapanpun pasti membaca buku. Sedangkan Arvin selalu mendengarkan musik dari ponselnya dan mencoba menyanyikannya sendiri. Suara Arvin yang sangat bagus, membuatnya selalu mendapatkan juara ketika ada perlombaan musik.

09.00 WIB

Mereka sampai di Anyar, memilih pantai marbella yang menjadi tujuannya. Ayahnya memarkirkan mobil, lalu mamahnya membawa barang-barangnya untuk ditata disalah satu saung.

"Baru kali ini ke pantai yang ada di Banten." Ucap Alby.

"Ternyata bukan hanya satu pantai." Sahut Arvin.

"Ya benar. Disini terdapat banyak nama pantai, tapi favoritna marbella, terutama melihat sunset akan sangat indah."

Alby dan Arvin mendekati air pantai dan berseluncur bersama. Canda tawa terlihat dikedua wajah anak-anak dari keluarga Faeyza. Kedua orangtuanya cukup duduk manis disaung sambil memantau kedua anaknya.

"Bersyukur keluarga kita tidak broken home." Ayahnya menatap pantai.

"Iya, biasanya kalau orangtua pebisnis kaya kita, pasti ada aja masalahnya."

Waktu terus berputar cepat, sudah akan maghrib dan sebentar lagi sunset akan menampakkan dirinya yang ditunggu-tunggu keindahannya oleh semua orang.

Arvin dan Alby membantu kedua orangtuanya mengemas barang-barangnya dimasukan kedalam mobil untuk pulang.
"Lihat... Begitu indahnya senja!" Ucap Alby.

"Kita harus foto bersama!" Sahut Arvin sambil memegang kamera Canon miliknya, kamera itu sebuah hadiah ulangtahun dari orangtuanya.

Mereka berfoto-foto ria dengan senyum dan tawa. Suatu saat, foto ini hanya akan menjadi sebuah kenangan indah yang selalu terkenang didalam ingatan. Foto itu akan dicetak dan disimpan untuk menambah koleksi di album travelling keluarga Faeyza.

Hari semakin malam dan mereka akan pulang kembali kerumahnya di Jakarta. Ditengah perjalanan, Alby dan Arvin tertidur pulas karena lelah setelah berlibur seharian bersama orangtua yang mereka tunggu-tunggu kedatangannya kerumah.



Don't forget
Vote and Comment.

Thinking About YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang