20.00 WIB
Kania merebahkan tubuhnya di atas kasur. Ia begitu sangat lelah, terutama dalam hal pikiran dan hatinya. Baginya mendapatkan satu kelompok dengan seseorang yang kita sayang itu menyenangkan, tapi Kania tidak.Satu kelompok dengan Alby tak membuat hatinya bisa ia dapatkan dengan mudah. Sering kali Alby mengirimkan pesan padanya tapi hanya menanyakan tentang tugas kelompok mereka, tidak lebih. Kania terus mengingat kembali ucapan Sofi bahwa kalau naksir Alby harus siap mental dan batin yang kuat. Kini, dirinya merasakan hal itu.
Notification
Ka Arvin Faeyza: Kan, besok bisa antar gue ke toko buku?Kania kira itu adalah balasan dari Alby. Dirinya yang sedang butuh udara segar, supaya tidak terus-menerus di dalam kamar maka ia memutuskan untuk menerima tawaran dari kakanya Alby.
"Kania... Ayo kita makan terlebih dahulu." Ucap Bundanya.
"Sebentar, bunda."
"Ayah dan bunda tunggu kamu di meja makan ya. Jangan lama."
Ayah Kania adalah seorang pengusaha yang cukup terkenal di Kota Bandung. Kania Fazila, anak semata wayang dari pasangan Andi Reyzik dan Adel Reyzik. Dirinya diperbolehkan berpacaran tapi dengan satu syarat, sebelum Kania meresmikan hubungannya dengan laki-laki tersebut maka calon pacarnya harus menghadap ayahnya terlebih dahulu. Ayahnya tak ingin jika anak semata wayangnya ini mendapatkan kekasih yang dari keluarga kurang mampu untuk mencukupi Kania.
"Maaf, Kania sedikit lama."
"Nak, bagaimana dengan sekolah mu yang baru?" Tanya ayahnya.
"Hm... Baik, Ayah. Ada seseorang yang menarik perhatianku."
"Siapa?" Ayahnya tersedak.
"Dia anaknya rajin, suka membaca buku, pandai dalam sastra."
"Siapa?" Tanya ayahnya lagi.
"Ayah tahu pengusaha kaya raya yang terkenal di Indonesia itu?"
"Rendi... Faeyza?"
"Yap! Anak bungsunya satu kelas denganku."
"Lantas?"
"Namanya Alby Faeyza. Seseorang yang mampu menarik perhatianku dari yang lain." Kania berkhayal bisa memiliki hubungan dengannya.
"Oh jadi anak ayah sudah besar ya." Ayahnya tersenyum.
"Kenalin dong ke bunda."
"Nanti, Bun. Lagi pula dia dingin banget, kalau diajak ngobrol pasti jawabnya jutek."
"Ayah sampai lupa. Kamu mau lanjut kemana?"
"Maunya... Ke Universitas Negeri Jakarta, jurusan pendidikan bahasa dan sastra inggris. Semoga aku bisa!"
"Kamu pasti bisa, nak." Ibunya mengelus pundak Kania.
Mereka kembali menikmati makan malamnya dengan nikmat. Obrolan demi obrolan telah disampaikan, hingga waktunya telah larut malam pukul 22.00. Kania masuk ke dalam kamarnya, meraih ponselnya dan memutar lagu-lagu kesayangannya.
***
Jika hari minggu telah tiba, maka semua murid, karyawan kantor, dan pekerja lainnya sangat bahagia. Karena di hari minggu mereka tidak bekerja, menghabiskan waktu bersama keluarga atau teman-temannya.
Kania sedang bersiap-siap untuk pergi menemani Arvin ke toko buku. Klakson mobil Arvin berbunyi, di lihatnya dari jendela kamar, Arvin mengenakan kemeja berwarna putih dan celana bahan coklat. Sebelum dirinya masuk ke dalam rumah Kania, ia merapihkan baju dan rambutnya terlebih dahulu di spions mobilnya.
"Permisi..." Arvin mengetuk pintu rumahnya.
"Iya, sebentar." Bunda membukakan pintunya.
"Mau ketemu siapa ya?"
"Maaf, Tante. Sebelumnya perkenalkan nama saya Arvin, saya ingin mengajak anak Tante sebentar ke toko buku."
"Sudah punya janji dengan Kania?"
"Sudah, Tante."
"Sebentar ya dipanggil dulu."
Bunda menuju ke ruang atas untuk menemui Kania di kamarnya.sebelum bunda mengetuk pintu, Kania telah membukakan pintunya untuk menuju keruang tamu dan pergi dengan Arvin.
"Di bawah ada yang tunggu kamu."
"Siapa, bunda?"
"Namanya Arvin. Dia pacar kamu?"
"Eh... Bukan bunda. Semalam kan aku udah cerita tentang cowok yang aku taksir."
"Iya sih. Tapi yang ini juga ganteng ko."
"Dia kakanya dari cowok yang aku taksir."
"Masih keluarga Faeyza juga dong ya?"
"Udah-udah, bunda. Aku pamit, dah bunda." Kania melambaikan tangannya.
Mata Arvin tak bisa lepas ketika melihat Kania mengenakan baju berwarna biru, sama seperti warna baju dirinya. Bagaimana laki-laki disekolahnya tidak terpesona melihat Kania yang cantiknya hampir sempurna. Ia bertubuh tinggi, putih, alis tebal, pintar dalam segala hal.
"Baju kita sama." Ucap Arvin.
"Ketidaksengajaan. Udah yuk berangkat, sebelum sore."
"Bunda, aku pamit ya."
Arvin keluar lebih dulu, membukakan pintu mobilnya untuk seseorang yang telah berhasil membuat hatinya berbunga-bunga. Kania duduk disamping Arvin. Lalu ia mulai memutarkan musik di mobilnya, supaya tidak terlalu sepi. Mulanya mereka hanya diam, tapi Arvin mulai mencari topik untuk bahan pembicaraan.
"Kan, lo udah punya pacar?"
"Ha? Pacar?"
Arvin mengangguk. Kania tak mungkin berkata kalau dirinya sedang jatuh cinta pada adiknya, bukan dengan dirinya. Kaka adik pun bisa bertengkar terlebih lagi kalau masalah hati di satu perempuan yang sama.
Hingga akhirnya mereka sampai di toko buku, tujuan utama Arvin. Dan pertanyaan dirinya untuk Kania yang membahas tentang pacar belum juga dijawab olehnya.
"Gue cari buku-bukunya dulu, bentar. Tapi kalau lo mau cari buku juga gapapa."
"Gue juga sama mau beli buku."
20 menit kemudian.
Arvin dan Kania telah selesai memilih bukunya masing-masing. Arvin membeli buku karena untuk tugasnya di kampus. Ia termasuknya orang yang malas membaca buku, hanya senang musik, musik, dan musik.Setelah dari kasir, Arvin mengajak Kania untuk pulang kerumahnya. Ia sudah meminta izin pada bundanya tidak akan membawa Kania pergi terlalu lama. Selama perjalanan pulang, Kania dan Arvin mulai akrab. Mereka mulai memiliki topik masing-masing untuk menjadi bahan obrolan.
Don't forget
Vote and comment.
KAMU SEDANG MEMBACA
Thinking About You
Teen Fiction⚠️VOTE KALIAN SANGAT BERHARGA :) ⚠️ FOLLOW TERLEBIH DAHULU YA :) [Tahap Revisi] #10 - Fiksi populer.12.Februari.2019 #2 - Wattysid.23.Februari.2019 Aku rela menjauh dari laki-laki yang lain demi kamu. Meskipun kamu tak pernah melihat sedikit dari ba...