Di pagi buta pukul 04.00 WIB Alby sudah bangun dari tidurnya, ia segera bergegas ke kamar mandi merapihkan diri. Kasur Alby terlihat acak-acakan karena baju-bajunya belum ia pilih untuk pergi penelitian bersama teman-temannya. Arvin yang juga sudah bangun, hendak ke dapur melewati kamar Alby tak sengaja melihat isinya.
"By... Kasur lo acak-acakan banget! Lo dimana?" Teriak Arvin.
"Gue abis mandi, ka." Alby keluar dari kamar mandinya dengan sudah rapih memakai kemeja pendek warna biru dan celana Levis.
"Ini baju lo dikeluarin dari lemari, buat apa?"
"Hari ini gue mau penelitian untuk mata pelajaran sosiologi sama temen sekelas."
"Emang kalian ga sekolah?"
"Sampai lusa kita libur karena guru-guru lagi ada acara."
Alby pergi ke ruang tamu untuk mengambil laptopnya. Dan Arvin tak sengaja membaca lembar kerja milik adiknya ini, tertera jelas nama Kania Fazila. Dirinya baru sadar kalau Alby satu kelas dengan Kania, perempuan yang ia taksir.
'Dia sekelompok sama Kania? Ko gue ga tahu si mereka sekelas?' Batin Arvin.
Ponsel Alby berdering, Arvin yang mulanya hendak pergi dari kamarnya kini berbalik posisi melihat ponsel adiknya.
Kania is calling...
"Gue udah kenal lama sama dia, ga pernah ditelpon ya?"
Tak lama panggilan dari Kania mati, karena tak ada jawaban sama sekali. Arvin kembali ke kamarnya, melihat ponselnya sambil berbaring dikasur. Dirinya mengirim pesan pada Kania sekitar satu hari yang lalu, tapi sampai saat ini belum juga ada balasan darinya. Hati Arvin sedikit nyesek.
Mereka dirumah hanya bertiga, Alby, Arvin, dan asisten rumah tangganya. Orangtuanya pulang saat weekend, kalau kerjaan belum selesai, satu bulan juga ga akan pulang kerumah. Dari kecil hingga sekarang, mereka tak pernah bertengkar seperti anak-anak yang lainnya.
06.40 WIB
Alby telah mempersiapkan semua perlengkapan yang ia butuhkan, tas gunungnya telah ia gendong dan kamera ada ditangannya. Ia mengambil kunci mobil miliknya, berpamitan pada Arvin dikamarnya, lalu pergi."Ka, gue pergi dulu ya."
"Hati-hati."
***
Ditempat kumpul, semua teman-temannya sudah siap, tapi Kania belum datang. Mata Alby mencari Kania, ia belum kelihatan. Teman-temannya pun kelihatan panik.
"Ko Kania belum dateng si?" Sofi mencoba menghubunginya.
"Iya ya itu anak kemana coba? 10 menit lagi kita berangkat." Rani mencoba mengirim pesan pada Kania.
Nevan, Hendar, dan Aldi juga ikut membantu, mengirim pesan pada Kania. Mereka takut terlambat, karena perjalanannya lumayan cukup lama 2-3 jam.
"Rumah Kania dimana? Gue jemput."
Tanpa disadari, ucapan Alby membuat mereka terkejut. Demi apapun Alby belum pernah mengatakan hal itu terlebih lagi untuk menjemput seorang perempuan. Mereka terdiam, tak ada yang merespon.
"Kenapa si lo pada diem? Gue kan tanya."
"Lo... Serius mau jemput dia?" Tanya Nevan.
"Rumah dia di... Perumahan de...kat sekolah..." Ucap Rani terbata-bata.
"Ok, gue berangkat!"
Alby langsung masuk ke dalam mobilnya menuju rumah Kania. Mereka saling bertatapan dan berpikir, apakah itu Alby teman mereka yang super cuek, jutek berubah menjadi baik hati menjemput seorang perempuan?
"Gilaa... Baru kali ini gue lihat Alby nawarin diri jemput cewek!"
"Iya bener! Biasanya dia paling ga mau jemput cewek meskipun waktunya udah mepet."
"Atau mungkin dia mau bales perasaan Kania?"
Hendar, Nevan, dan Aldi terus saja membicarakan tentang perubahan sikap temannya ini. Karena pergi hanya menggunakan satu mobil saja, yaitu mobil Alby. Jadi mereka harus menunggu Alby yang sedang menjemput Kania.
Di rumah Kania, ia baru saja akan menaiki mobil Ayahnya, tapi Alby datang dan bersalaman pada orangtuanya. Penampilan Alby membuat Kania melamun dan terpukau melihatnya.
"Sebelumnya maaf om, saya Alby, teman sekelasnya Kania. Tujuan saya datang kesini, mau jemput Kania."
"Baru saja saya mau antar Kania ke tempat kumpul. Yasudah Kania sama kamu aja, ya Kania..."
"Ha? Apa ayah?"
"Kamu pergi sama Alby, ya. Kebetulan ayah dan bunda ada meeting dengan klien. Titip Kania ya!" Salam ayahnya pada Alby, lalu masuk ke dalam mobil.
"Hati-hati ya, nak. Jaga dia!" Bundanya tersenyum.
Orangtuanya sudah berangkat. Kini, tinggal Kania yang berangkat dengan Alby. Ia menaruh barangnya di bagasi mobil Alby. Kania masih tak percaya kalau yang menjemputnya adalah seseorang yang ia sayang.
"Tunggu apa? Masuk!"
"Eh iya..." Kania membuka pintu mobil Alby yang belakang.
"Duduk depan. Buruan pindah, jangan pake lama."
Kania duduk di depan, berdampingan dengan Alby. Siapa yang tidak senang kalau bisa dekat dengan seseorang yang spesial? Termasuk Kania, hatinya seperti sedang konser. Alby melajukan mobil ke tempat berkumpul.
Teman-temannya satu persatu merapihkan tas-tas dibagasi, setelah selesai mulai masuk ke dalam mobil. Telah siap semua, Alby mengendarai mobilnya dengan santai. Yang terpenting adalah keselamatan, tak apa lama tapi nanti sehat dan selamat sampai tujuan.
Don't forget
Vote and comment

KAMU SEDANG MEMBACA
Thinking About You
Teen Fiction⚠️VOTE KALIAN SANGAT BERHARGA :) ⚠️ FOLLOW TERLEBIH DAHULU YA :) [Tahap Revisi] #10 - Fiksi populer.12.Februari.2019 #2 - Wattysid.23.Februari.2019 Aku rela menjauh dari laki-laki yang lain demi kamu. Meskipun kamu tak pernah melihat sedikit dari ba...