21

88 2 0
                                    

Rendi dan Amira dengan sengaja mengambil cuti dari pekerjaannya untuk mempersiapkan pesta ulang tahun putra bungsunya, Alby Faeyza. Tak hanya keluarga Faeyza yang sibuk bersiap-siap, namun Kania juga sedang sibuk mencari kado.

Kania mencari kado seorang diri ke tempat pusat perbelanjaan. Tak butuh waktu lama, ia menemukan jam tangan yang menurutnya cocok untuk sang pujaan.

Pemilik toko itu menghampiri Kania. "Cari apa, dek?"

"Mas, aku mau jam tangan ini."

"Lagi harga diskon loh itu, dek. Buat kado pacarnya ya?"

"Bu...bukan, Mas. Cuma teman kok."

"Dari teman juga bisa loh dek jadi pacar."

'Masnya ini banyak tanya banget, untung ganteng!' Kesalnya dalam hati.

Setelah membeli jam tangan tersebut, ia segera kembali kerumah karena harimulai malam. Namun tubuh tinggi tak sengaja menabrak dirinya.

"Aw..."

"Maaf, mba. Eh hai Kania!"

"Eh kak Arvin."

"Maaf ya gue ga sengaja."

Kania mengangguk.

"Lo ada waktu? gue mau bicara."

Dibawanya Kania disalah satu restaurant yang masih ditempat pusat perbelanjaan. Arvin membelikannya minuman karena merasa bersalah atas kejadian tadi.

'Duh, kenapa gue deg-degan gini sih'

Gadis itu melihat tingkah Arvin yang aneh. Sedari tadi Arvin seperti orang gugup dan bicaranya menjadi terbata-bata.

"Kan, sebenernya gue ada rasa..."

Uhukk...uhukk...uhukkk...

"Ada rasa sama siapa? Aku maksudnya?"

"I-iya, iyalah masa sama mba yang dibelakang lo."

Kania tertawa.

"Kan, gue serius."

"Ya ampun, Kak. Kita baru jalan dua kali dan tiba-tiba kaka bilang kaya gini."

"Ya... ya emang apa salahnya? Jatuh cinta itu tiba-tiba datangnya."

"Kak, jangan bercanda deh."

"Gue serius, Kania. Lo mau kan jadi pac--"

Belum selesai Arvin berbicara, Kania memotong pembicaraannya. "Sebelumnya aku minta maaf ya, Kak. Tapi aku udah anggep kak Arvin kaya kakak kandung ga ada perasaan lebih dari itu. Dan aku juga udah ada rasa sama yang la--"

"Alby?"

"Hah?"

"Lo suka sama adik gue bukan?"

"Maaf, aku ga bermaksud buat kakak terluka. Aku buru-buru, permisi."

Kania beranjak dari kursinya dan segera pergi. Sedangkan Arvin? Ia patah hati karena ditolak.

Notification
Kania Fazila: Makasih untuk minumannya, Kak. Maaf.

Pesan Kania tak direspon sedikitpun oleh Arvin. Hati cowok itu kini hancur. Siapa yang tidak hancur kalau sudah ditolak pujaan hati?

Arvin tak berencana akan berhenti begitu saja. Ia akan terus mendekati Kania sampai akhirnya nanti menerima cintanya.

***

Gadis cantik itu memandangi halaman rumahnya sampai pukul 23.00 dan ucapan Arvin masih terngiang di ingatannya.

"Ahh!! Kok jadi gini sih? Gue kan sukanya sama adiknya bukan kakanya. Ya meskipun kakanya juga gantengnya ga kalah "

Sudah hampir satu bulan Alby memutuskan untuk tidak menghubungi Kania lagi, ia menganggap tugas kelompoknya sudah selesai lalu untuk apa terus menghubunginya lagi.

Sementara Kania masih terus aktif mengirimkan pesan kepada Alby meskipun ia tau bahwa tak mungkin manusia kulkas itu membalas pesannya.

'Memperjuangkan seseorang yang hatinya entah untuk siapa itu namanya sayang atau bodoh sih?' Tanya Kania pada dirinya sendiri.

WhatsApp
Girls squad 45

Putri: Gengs, gue ga bisa tidur nih.

Sofi: Mau ghibah tapi udah tengah malem gini jadi ga enak.

Putri: Enakin aja. Ghibahin siapa ya? Eh Rani sama Kania mana?

Sofi: Rani paling udah tidur, kalau Kania paling juga lagi mikirin manusia kulkas.

Putri: Dear Kania, tolong ya bedain mana sayang mana bodoh. Dari sahabat tercantikmu.

"Tuh kan yang baru aja gue bilang, diulang lagi sama Putri. Eh Kania tenang, lo ga boleh nyerah ngejar dia. Lo pasti bisa, Kan!"

Bagi Kania, ia tak terlalu memikirkan ucapan dari orang lain karena ini hidupnya. Sudah pukul 24.00 tapi Kania belum juga bisa tidur. Ia mengambil laptopnya lalu membuka galeri, melihat foto-foto dirinya bersama teman sekelasnya saat tugas kunjungan.

Gambar paling terakhir membuat Kania selalu tersenyum. Terlihat jelas digambar  itu Kania berfoto bersama Alby. Mungkin ini satu-satunya moment yang tak akan terulang kembali.

'Ganteng banget ya pacar gue'

'Eh apa sih gue ini ngelindur kali ya dia jadi milik gue? Ga mungkin..'

'By, kenapa sih gue susah banget buat masuk ke hati lo?!'

Kania teringat pada jam tangan yang tadi ia belikan sebagai kado. Untuk menghilangkan rasa bosannya, Kania mulai membungkus jam tersebut. Namun sebelum terbungkus rapih, ia menuliskan surat untuknya terlebih dahulu.

Secarik kertas dan pulpen ia gunakan untuk mengungkapkan isi hatinya. Kata demi kata ia tulis dengan baik dan tersusun rapih. Kalaupun nanti pada akhirnya kertas ini dibuang dengan sengaja, setidaknya Kania telah berusaha.

Hingga akhirnya ia telah selesai membungkus kado dan ditambahkan pita merah. Kania berkhayal Alby akan antusias sambil tersenyum saat menerima kado darinya ini. Namun itu hanyalah khayalan, bukan kenyataan.

'Hai, kado. Semoga kali ini kamu beruntung ya.'

Thinking About YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang