16

65 10 6
                                    

Kania memiliki satu ide cemerlang, semoga ini dapat meluluhkan hati manusia kulkas tersebut. Prinsipnya dari awal menyukai Alby adalah suatu saat nanti dirinya pasti akan mendapatkan hatinya yang sekarang ia harapkan.

Pulang sekolah ini, Kania mampir terlebih dahulu ke toko kue langganannya. Di toko tersebut tak hanya menjual kue yang sudah siap tetapi menjual bahan-bahan dan alat cetaknya juga ada. Ia membeli bahan-bahan yang akan diperlukannya.

Bunda sedang ada dirumah, ia meminta bantuan bunda untuk membuatkan kue. Setelah membeli dan menyimpan bahan-bahannya di dapur, Kania langsung menghampiri Bunda dikamarnya. Ia mengetuk pintu kamar.

"Bunda..."

"Masuk saja, ga dikunci."

"Bun, bantuin aku buat kue dong."

"Memang bahan-bahannya ada?"

"Ada, Bun. Baru aja aku beli, ayo bunda takut keburu malem."

"Ya gapapa malem juga, kan kita buat kuenya dirumah."

"Maksud aku kalau malem itu waktunya istirahat, Bun."

Hampir tiga jam mereka berdua asik di dapur untuk membuat kue. Kania rindu seperti ini, berdua dengan bundanya dirumah. Bundanya selalu sibuk dengan pekerjaan hingga terkadang lupa dengan hari-hari Kania. Kue coklat telah selesai.

"Makasih bunda udah mau bantu aku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Makasih bunda udah mau bantu aku."

"Iya sama-sama, nak. Bunda mandi dulu ya terus mau istirahat juga, lumayan capek."

"Ok, Bun." Kania mengangkat jari jempolnya.

Kue coklat yang ia buat dengan penuh cinta dan penuh harap akan diterima oleh Alby disimpannya didalam kulkas. Kue coklat dingin untuk manusia yang dingin juga.

05.00 WIB

Kania langsung menuju dapur, menata kue yang telah ia buat dimasukkan ke dalam paperbag dan dibawa ke sekolah pagi hari ini. Dirinya juga telah memilih paperbag yang menurutnya unik.

Cukup lama juga Kania mempersiapkan semuanya didapur, ketika melihat jam sudah pukul 06.15 ia bergegas ke kamar mandi, takut terlambat. Setelah mandi dan siap pergi ke sekolah, ia melihat dirinya di cermin latihan berbicara untuk memberikan kue coklat di paperbag unik itu pada Alby.

"Kania... Ayo makan." Ucap bunda.

"Iya, Bun. Sebentar."

Ia turun ke lantai dasar menemui bunda dan ayahnya dimeja makan. Kania menggendong tas sekolahnya dan tangan kanannya membawa paperbag tersebut.

"Hari ini kamu berangkat sama bunda ya, ayah harus berangkat sekarang. Kalau begitu ayah berangkat. Dah Bun, Kania..." Ayah pergi ke kantornya.

***

Kania masuk kedalam kelasnya dengan begitu ceria sambil memegang paperbag. Alby bersama teman-temannya belum terlihat sama sekali didalam kelas, Sofi dan Rani heran tidak seperti biasanya Kania membawa paperbag.

"Kaniaa, tumben banget bawa paperbag?" Tanya Sofi.

"Apaan tuh isinya?" Rani mulai mengintip.

"Kue coklat dingin untuk seseorang yang dingin."

"Maksud lo buat Alby?"

"Ya disekolah kita yang super dingin siapa lagi kalau bukan dia?"

"Kalau lo tau dia dingin, kenapa masih nekat gini?"

"Gue ga akan berhenti berjuang demi mendapatkan hatinya."

"Kalau ga dapet?" Rani memancingnya.

"Pasti bisa, hanya waktunya yang berbeda bukan sekarang."

Sofi dan Rani sangat-sangat salut melihat perjuangan temannya ini, mereka berpikir tak akan bisa menjadi Kania yang sudah jelas-jelas seseorang yang dicintainya menyuruh dirinya untuk pergi tapi tetap saja diperjuangkan.

Saat istirahat tiba, Kania ingin menunggu kelasnya benar-benar sepi. Dan benar teman-temannya pergi ke kantin atau perpustakaan, dikelasnya hanya ada Sofi, Rani dan Boy squad. Ia mencoba memberanikan dirinya menghampiri Alby. Seketika pembicaraan Aldi dan teman-temannya berhenti melihat Kania menghampiri mereka dengan membawa paperbag.

Sofi dan Rani melihat Kania yang memberanikan dirinya memberikan kue coklat dinginnya untuk Alby. Ia berjalan dengan penuh harap dan hatinya terus berdebar-debar.

"Eh Kania, ada apa?" Tanya Hendar.

"Gue... Gue..."

"Itu paperbag isinya apa ya? Penasaran gue." Aldi penasaran.

"Kue coklat."

"Wih... Boleh dong, bagi!" Lanjut Aldi.

"Buat siapa?" Nevan mengerutkan alisnya.

"Teman lo, itu yang lagi baca buku..."

Alby yang merasa ucapan Kania tertuju untuknya, ia melihat ke arah Kania dengan wajah dingin. Kania berkeringat dingin. Aldi, Nevan, dan Hendar dibuat terpana melihat sikap Kania yang tiba-tiba memberikan makanannya untuk manusia super cuek.

"Ini... Buat lo." Kania memberikan paperbag nya.

"Itu kue coklat, gue yang bikin kemarin sore." Lanjutnya.

Ia masih memperlihatkan paperbag yang diterimanya dari Kania. Tanpa menjawab apapun, ia melangkahkan kakinya menuju depan kelasnya mengarah pada tempat sampah. Dirinya membuka tempat sampahnya lalu menaruh paperbag unik tersebut. Melemparkannya sangat mulus masuk ke dalam tempat sampah. Alby kembali ke tempat duduknya sambil melanjutkan membaca buku.

"By, kalau lo ga mau kenapa ga kasih ke gue aja sih?" Protes Aldi.

"Sana ambil aja lagi."

"Lo ga menghargai perasaan dia, By. Dia capek-capek bikin kue khusus buat lo." Sahut Nevan.

"Gue ga pernah minta dia bikin kue itu!"

Rani memegang erat pundak Sofi. Ia sedih melihat sesuatu yang diberikan oleh Kania ditolak mentah-mentah. Tetapi Alby tenang-tenang saja tak ada rasa bersalah sedikitpun dengan perbuatannya yang baru saja ia lakukan. Mungkin memberikan luka dihati Kania.

"Kan..." Nevan mencoba menenangkannya, tapi ucapannya terpotong.

"Apa? Pasti lo mau bilang sabar ya? Gue kuat ko bukan cewek yang lemah."

Dirinya kembali ke tempat duduk, bersama Sofi dan Rani. Mereka juga tidak tega melihat kue yang dibuat dan dihias dengan sebegitu unik dilempar oleh Alby ke tempat sampah. Hati Kania kuat, ia tak akan pernah menyerah.

'Gue masih ada cara lain supaya hati lo luluh.'

•••

Masih ada keseruan dari cerita ini. Terutama Kania yang tak pernah lelah mengejar cinta Alby dengan cara lain. Stay waiting my story! :)

Don't forget
Vote and comment.

Thinking About YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang