Duduk di bangku kelas 12 tinggal menghitung bulan. Banyak sosialisasi datang ke sekolah menawarkan promo bimbel atau kaka-kaka dari universitas yang menjelaskan tentang perkuliahan.
Arvin bersama tiga teman kampusnya datang ke SMA Gemilang untuk menjelaskan tentang dunia perkuliahan. Saat hendak menuju ke kelas, Kania tak sengaja menabrak Arvin hingga buku-bukunya terjatuh.
'Cantik banget ini cewek!' Batin Arvin sambil menatap Kania.
"Maaf, Kak. Saya ga sengaja."
"Eh iya gapapa, santai aja."
"Kalau gitu, permisi kak saya harus ke kelas."
Kania pergi menuju kelasnya sambil membawa beberapa buku yang ia ambil dari perpustakaan dengan langkah yang terburu-buru.
Arvin dan teman-temannya memasuki kelas 12 IPS 4. Matanya tak lepas dari pandangan Kania, perempuan yang baru saja menabraknya. Ia tak sadar kalau Kania satu kelas dengan Alby. Temannya menyadarkan lamunan Arvin, supaya dengan cepat untuk memberikan pengumuman.
"Selamat pagi adik-adik." Ucap Arvin.
"Selamat pagi juga ka..."
"By, itu kakak lo kan?" Tanya Aldi.
"Hm."
"Mukanya mirip banget."
"Hm."
"Hm doang? Lo mau nyanyi lagu sabyan yang awalnya hm hm itu, By?"
Nevan dan Hendar ikut tertawa, ketika mendengar ucapan Aldi. Mereka memang kesal kepada Alby kalau ia jawab ucapan dari temannya hanya singkat-singkat, ini bertatap wajah langsung bukan mengirim pesan jadi tak perlu singkat.
"Perkenalkan, nama saya Arvin Faeyza. Biasa dipanggil Arvin. Kaka dari universitas negeri Jakarta, fakultas teknik mesin."
Musisi terkenal di Jakarta itu kan?
Kakanya Alby?
Keluarga Faeyza, ganteng-ganteng ya!
Masih jomblo ga ya?
Ganteng banget, ga kuat liatnya!"Dia kakanya Alby?" Tanya Kania pada Sofi.
"Sepertinya iya... Lihat nama akhirannya Faeyza. Ih ganteng banget sih!"
"Kaka adik kaya kembar gitu ya."
Selama dua puluh menit, Arvin menjelaskan yang sudah ia persiapkan matang-matang supaya mereka mengerti. Dirinya cukup senang karena dari hasil presentasi dirinya banyak yang bertanya.
Keluar dari kelas 12 IPS 4, Arvin ragu untuk meninggalkan SMA Gemilang, karena ia belum mengetahui siapa nama perempuan tersebut. Rasa penyesalan dihatinya kini muncul.
***
15.00 WIBAlby pulang kerumahnya dengan wajah kelelahan karena banyaknya tugas dan soal-soal yang diberikan guru untuk persiapan menghadapi ujian nasional. Ia menaruh tas gendongnya disamping meja belajar, lalu merebahkan tubuhnya sambil tangannya membuka dasi sekolahnya.
Arvin masuk kedalam kamarnya, ingin bercerita pada adiknya kalau ia bertemu dengan perempuan yang dianggapnya sangat cantik, berbeda dengan yang lain.
"By, tadi pas gue ke sekolah lo, ada cewek yang nabrak gue sambil bawa buku-buku."
"Terus? Lo naksir, Kak?"
"Ya kalau mau sih gue gebet!"
"Inget umur dong! Udah kuliah itu cari pasangan yang serius, sampai bisa diajak ke pelaminan. Ini udah punya mantan yang kaya tim sepak bola masih aja mau tambah. Tambahan buat jadi cadangan ya?"
"Lo orangnya cuek, By. Tapi sekalinya buka mulut... Bikin gue..."
"Tapi fakta kan?"
"Gue penasaran, siapa ya nama dia?"
"Mana gue tau, Kak!" Alby pergi meninggalkan Arvin sendiri didalam kamarnya.
"Rese banget punya adik yang pendiem kaya Alby. Gue udah basa basi cerita masih aja ga ngerti itu anak."
Alby yang berada diruang tamu ditemani dengan beberapa bukunya yang selalu ia perhatikan. Dirinya lebih senang membaca buku dirumah dari pada pergi bermain tidak jelas. Ke dua orangtuanya tahu, kalau putra bungsu mereka sangat gemar membaca, maka selalu dibelikan buku-buku yang kini tersusun rapih didalam ruang perpustakaan keluarga.
"Den, bibi aneh deh..." Ucap Bi Rosma.
"Aneh? Kenapa gitu?"
"Ya aneh aja... Ga banyak cowok yang suka baca. Cowok-cowok kan biasanya suka main, balap-balapan, merokok atau apalah yang dapat merugikan dirinya sendiri. Tapi Den Alby berbeda, ga seperti mereka. Suatu saat, yang menjadi pendamping hidup den Alby sangat beruntung."
"Justru saya paling benci kalau melihat cowok-cowok merokok, dan yang lebih parahnya lagi... Uang yang dipakai untuk membeli rokoknya adalah hasil kerja keras orangtuanya. Kan sia-sia banget hasil kerja keras kedua orangtuanya. Saya sedang mengejar cita-cita menjadi seorang penulis, impian saya yang sudah disusun sedari dulu."
"Jadi penulis? Kan orangtua Den Alby punya perusahaan, pasti nanti jadi milik Den Alby juga."
"Ya memang sih, Bi... Tapi kan kalau cita-cita kita tercapai dengan usaha dan kerja keras kita sendiri itu rasanya lebih memuaskan."
"Bibi salut dengan den Alby!"
"Terimakasih, Bi Rosma." Alby tersenyum.
Diruang tamu, banyak medali dan dan piagam milik Alby juga Arvin. Alby yang selalu menang dalam perlombaan menulis cerpen, puisi atau esa. Sedangkan Arvin yang selalu menang dalam perlombaan musik, musisi yang kini mulai terkenal.
Don't forget
Vote and Comment

KAMU SEDANG MEMBACA
Thinking About You
أدب المراهقين⚠️VOTE KALIAN SANGAT BERHARGA :) ⚠️ FOLLOW TERLEBIH DAHULU YA :) [Tahap Revisi] #10 - Fiksi populer.12.Februari.2019 #2 - Wattysid.23.Februari.2019 Aku rela menjauh dari laki-laki yang lain demi kamu. Meskipun kamu tak pernah melihat sedikit dari ba...