5

124 20 16
                                    

Kali ini, didalam benak Kania adalah bagaimana caranya mengubah sikap Alby supaya tidak dingin seperti es batu. Ia menyadari hal ini, sekeras apapun perjuangannya mengejar Alby, kalau dia tidak merespon perjuangannya sia-sia.

Disekolah, Kania sama seperti Alby yang memiliki banyak penggemar, juga banyak yang ingin menjadi pacarnya. Tapi, hati Kania sudah untuk Alby, meskipun cintanya belum terbalaskan.

"Kenapa lo ga berpaling aja ke yang lain? Cowok disekolah ini banyak yang ganteng bukan hanya Alby." Ucap Sofi.

"Sof, kalau urusan hati itu sulit. Semisalkan lo putus sama Hendar, dan gue pasti kasih saran sama kaya yang baru aja lo ucap dan lo pasti jawab kalau urusan hati itu sulit."

"Maaf, Kania. Waktu itu juga hubungan gue sama dia sempat putus."

"Kenapa?"

"Bosan."

"Cuma karena bosan, terus lo putus sama dia? Bosan itu sesaat, Sof."

"Gue khilaf."

"Kenapa sekarang balikan lagi?"

"Karena rasa sayang! Gue ga bisa lupain dia... Sampai akhirnya dia ajak gue balik lagi jalin hubungan."

Alby dan tiga temannya masuk kedalam kelas dengan canda dan tawa. Hendar yang cukup jahil sering menggoda para perempuan yang ada disekolahnya, membuat hati Sofi panas melihatnya.

"Hai Cantik, mau kemana?" Goda Hendar.

"Mau ke kantin nih, mau ikut?" Perempuan itu mengedipkan matanya pada Hendar.

Aldi yang melihat wajah Sofi seperti orang yang sangat kesal melihat sikap Hendar yang tidak pernah berubah sesuai dengan janjinya.

"Hen... Hen... Hendar!!" Teriak Aldi.

"Apaan sih? Bro, cewek kelas 11 itu cantik tuh!"

"Yee... Ini anak, lihat itu pacar lo!" Tunjuk Aldi pada Sofi.

"Ah iya... Gue lupa punya pacar!"

"Hendar pikunnya kebangetan banget. Pacarnya sendiri dilupain." Nevan menggelengkan kepalanya sambil tertawa.

"Beb, maaf ya... Tadi itu disuruh Aldi godain cewek-cewek!"

"Hendar, lo jangan ngarang cerita!" Sahut Aldi.

"Kamu kali yang kegatelan, matanya itu ga bisa dijaga banget."

"Serius beb... Aku khilaf." Tangan Hendar memohon-mohon.

"Kamu itu godain cewek-cewek bukan sekali atau dua kali ya... Tapi sering!"

"Janji deh, ga akan lakuin lagi."

"Dari dulu janji terus, tapi ga pernah dilakuin."

Nevan dan Aldi hanya tertawa melihat Hendar sedang memohon ampun pada Sofi. Terkadang, ia hampir lupa dengan pacarnya dan prinsipnya yang hanya memiliki satu perempuan. Tapi nyatanya, mata Hendar tak bisa lepas ketika melihat perempuan cantik.

Nevan yang menyadari kalau Kania terus saja memperhatikan Alby yang sedang duduk manis sambil membaca buku.

"By, Kania lihatin lo terus tuh." Bisik Nevan.

Mata Alby dan Kania saling bertemu. Ia belum mengetahui kalau Kania memiliki rasa padanya. Sikap dingin Alby membuat dirinya menjadi lebih semangat untuk terus memperjuangkan cintanya.

Kania yang sudah mendengar cerita dari Sofi, bahwa sulit untuk mendapatkan hati Alby. Dihatinya, ada perasaan ragu. Ia sangat bingung harus maju memperjuangkannya atau mundur mengubur dalam-dalam rasa cintanya pada Alby.

16.00 WIB

Sekolah yang hampir sepi dan Kania belum juga pulang, karena angkot tak ada yang lewat didepan halte sekolahnya. Ia membuka layar ponselnya menelpon ayahnya, tapi tak ada jawaban terus-menerus.

Kampus Arvin dengan SMA Gemilang memang satu arah. Ia melajukan motornya untuk pulang kerumah, karena jadwal kuliah telah selesai. Tapi ketika melewati halte sekolah, ia melihat perempuan yang dua hari lalu menabraknya.

Arvin menghampiri Kania yang duduk seorang diri dengan memegang ponsel ditangannya. Pikir Arvin, ini adalah kesempatan bagus untuk berkenalan dengannya.

"Hai!"

"Eh hai.. Kaka yang kemarin ke kelasku kan?"

"Iya. Kenapa ga pulang?"

"Belum ada angkot, ka. Oh iya, kaka kandungnya Alby ya?"

"Tahu dari mana gitu?"

"Nama akhirannya, Faeyza. Di Indonesia siapa sih yang ga tahu tentang keluarga Faeyza?" Kania tertawa.

"Nama kamu siapa?"

"Kania Fazila."

"Jangan panggil kaka, panggil aja Arvin."

"Ok deh."

"Mau aku antar pulang? Menunggu angkot pasti lama."

"Sebelumnya terimakasih untuk tawarannya, tapi sebentar lagi ayahku datang jemput aku disini."

"Kalau begitu, aku duluan ya. Hm... Boleh minta nomornya?"

Arvin memberikan ponselnya pada Kania. Ia mengetik nomornya, dan sukses tersimpan. Rencana Arvin untuk mendekatinya sedikit berhasil. Ia bukan tipe laki-laki yang mudah menyerah.

"Terimakasih, duluan ya." Arvin melajukan motornya dengan cepat.

Entah apa yang akan dilakukan oleh Arvin terhadap Kania. Ia tipe laki-laki yang selalu memiliki gombalan maut hingga perempuan yang didekatinya mau berpacaran dengannya, setelah dirinya bosan akan mencari perempuan yang lain. Dirinya sudah memiliki mantan yang cukup banyak.

Dasar playboy capkaki tiga!

Don't forget
Vote and Comment

Thinking About YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang