17

84 8 4
                                    

Kania tak menyerah memperjuangkan cintanya manusia kulkas. Setelah shalat subuh pukul 05.00, ia bergegas menuju dapur mempersiapkan bahan-bahan untuk membuat nasi goreng. Bundanya yang merasa ada seseorang di dapur, dirinya juga menuju dapur.

"Kaniaa, masih subuh begini udah ada di dapur aja."

"Aku lagi buat sarapan untuk bunda dan ayah."

Ia sengaja membuat porsi nasi goreng lebih banyak, karena tak mungkin akan bercerita kalau dirinya bangun subuh lalu menuju dapur membuatkan nasi goreng hanya untuk Alby. Bundanya kembali ke kamar.

Jam yang dipakai Kania menunjukan pukul 06.30 artinya setengah jam lagi gerbang sekolah akan ditutup oleh satpam. Suara klakson mobil Sofi telah terdengar didepan rumahnya. Kali ini ia tidak diantar oleh ayahnya. Dengan cepat ia mengambil tas, tempat makan, lalu bersalaman pada kedua orangtuanya untuk pergi ke sekolah.

"Sorry, kalau gue lama."

"Siap berangkat ke sekolah ya!" Sofi melajukan mobilnya.

"Eh, bawa makanan! Tau aja kalau gue belum sarapan. Bagi dong, Kan." Ucap Rani.

"Iya nih gue juga belum sarapan." Sahut Putri.

"Ja...jangan."

"Loh kenapa?"

"Ini bukan bekal makan punya gue."

"Terus?"

"Gue tau nih, pasti buat si manusia kulkas itu? Ya bukan?" Sofi menebaknya.

"Nah itu tau! Ini sebagai bukti kalau gue ga akan pernah menyerah mengejar dia!"

"Yaelah Kan...Kan... Kenapa sih masih terus kejar Alby? Cowok di sekolah kita itu banyak yang ganteng loh dan ga dingin pula."

Kania tak menanggapi ucapan temannya. Ia lupa kalau hari ini dirinya akan meminjam buku di perpustakaan untuk tugasnya. Ia pergi lebih dulu ke dalam sekolah.

"Sof, Ran, gue duluan ya."

"Eh, mau kemana, Kan?"

"Gue ke perpus dulu, lo berdua duluan aja."

"Rajin banget itu anak, pagi-pagi udah ke perpus." Ujar Sofi.

"Ya emangnya lo pacaran terus sama Hendar!"

"Yee... Iri aja lo, dasar jomblo."

"Yuk kelas ah."

Sofi dan Rani menuju kelasnya. Sementara Kania masih mencari buku di rak buku perpustakaan. Namun tak sengaja satu buku terjatuh, tapi ketika ia akan mengambilnya terlihat ada seseorang juga yang membungkukkan badannya mengambil buku tersebut. Karena dirinya yang baru dua bulan di sekolah itu tak tahu cowok yang dihadapinya ini siapa.

Tetapi mata Kania fokus membaca badge nama di baju putih milik cowok itu. Tertulis nama Arya Alvaro. Dirinya teringat beberapa hari lalu pembicaraan teman-temannya tentang Arya yang sangat disegani murid disekolahnya.

"Ini buku lo." Arya memberikan bukunya.

"Makasih."

"Kembali kasih. Eh iya, lo Kania anak baru itu kan?"

"Iya, kenapa?"

"Lo tau gue?"

"Ga."

"Yakin ga tau gue?"

"Ga."

"Kalau di lihat-lihat... Lo cantik juga ya."

"Gue harus ke kelas duluan. Permisi."

Thinking About YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang