~*~
Lama aku di sini
Menanti rembulan kembali memunculkan senyumnya
Di hadapanku..Lama aku di sini
Berkutat dengan perih
Menahan rindu yang tak kunjung pergi, mana bisa dia pergi?Tuhan, jika rinduku bisa kau kirim untuk rembulan ku
Sekiranya itu dapat meredakan perih di dadaku
Menunggu adalah hal yang paling membosankan
Tidak, jika Wulandari ada di sampingku..Aku ingin bersamanya
Namun lagi-lagi jarak dan waktu menahanku di kota ini
Bersiteru dengan kesibukan dunia
Tanpa bisa memikirkan hatiku yang sedang kelabu
Ayolah, kirim dia kemari meski hanya untuk kulihat senyumnya lagi..~*~
Weekend ini, waktuku untuk libur sebelum bertemu dengan liburan semester seminggu lagi. Mendapat kesempatan untuk memikirkan Wulandari lebih lama. Aku akan menelepon dia saat ia sedang tidak sibuk. Kulihat kembali memori tahun lalu, saat aku menyatakan cinta padanya di pantai Ancol.
Ingat betul saat itu kami masih bisa bertengkar karena ia tak tahu jika dia akan dinner bersama Gibran, dan aku adalah Gibran. Orang yang saat itu pura-pura ia jadikan musuh. Padahal ia sedang memendam rasa dan ingin meminta pengertian dari seorang Roman Arbani.
Dia lari ke tepi pantai, menangis dan berteriak sampai jantungku terasa diremas sampai rusak. Sedih, sakit, kecewa menjadi satu. Dia terus menyalahkanku waktu itu, mengira bahwa aku adalah orang yang sangat keterlaluan membiarkan hatinya patah begitu saja.
Tapi aku tau dia menyayangiku. Dan beginilah jika aku sedang merindukan sosok Wulandari. Ia akan menari dalam pikiranku dan mengajakku pergi ke ruang mimpi bersamanya, sampai tak sadar mataku mulai terlelap dan jatuh ke mimpi yang sama.
Dering teleponku berbunyi, aku langsung mengangkat kepalaku yang tersandar di lipatan kedua tanganku. Kuraih dan langsung ku angkat tanpa melihat ID number yang tertera, "Hallo, Assalamualaikum,"
"Waalaikumussalam, Oman!"
"Mamak?" Ucapku langsung membuka mataku lebar-lebar. Seperti mendapat semangat baru hari ini.
"Bagaimana kabarmu, Nak? Betah kau di sana?"
"Alhamdulillah, betah.. Mamak, Bapak sama Yolla bagaimana kabarnya? Sehat kan, Mak?"
"Alhamdulillah, kami baik-baik saja," jawab Mamak, "Mamak dengar Minggu depan kau akan pulang ke Jakarta? Apa itu benar?"
"Iya, Mak.. insyaallah," Jawabku.
"Ya sudah, hati-hati ya Kau di sana! Jangan lupa sholat!" Pesan Mamak.
"Iya, Mak."
"Ya sudah, Mamak harus ke ladang antar bekal Bapakmu,"