Dua Lawan Satu

1K 24 0
                                    

~*~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~*~

Dia sudah berada di sampingku, namun kurasa ada yang tak beres dari ini semua. Aku tak ingin memikirkan yang tidak-tidak, ini semua hanya sebuah naluri yang menghasut agar semua tidak baik.

Setelah lama kami jalan-jalan,  Wulan meminta untuk bertemu Mamak dan Bapak. Mau silaturahmi, katanya. Namun di tengah jalan, tiba-tiba ban motorku bocor. Wulan pun langsung turun dari boncengan, "Kenapa, Man?"

"Aduh, kayanya bocor deh? Bantu gue dorong yah?" Pintaku.

Wulan hanya mengangguk, "Nggak papa kan?" Tanyaku lagi pada Wulan.

"Nggak papa, ayok!" Ucapnya sudah memegang jok bagian belakang hendak di dorong.

Setelah menemukan tambal ban terdekat, kami pun memutuskan untuk berjalan menuju kost-ku. Melewati toko-toko dan ruko-ruko yang sudah di cat dan di perbarui. Saat tiba di toko buku yang pernah kami masuki (sebelum aku berangkat ke Belanda), ada seorang laki-laki yang berdiri bersandar dinding toko sambil melipat kedua tangannya. Aku sempat kaget mengapa dia bisa disini?

"Eh, Nona manis!" Ucapnya saat melihat Wulan berada di sampingku.

"Orang Aneh?" Ucapnya setelah mengingat siapa laki-laki itu. "Lo ngapain ke sini? Ngikutin gue Lo ya!" Cerocos Wulan jengkel.

"Wow! Ini suatu kebetulan bukan?" Ucapnya sambil mendekat satu langkah. Aku masih belum mengeluarkan sepatah kata pun sejak tadi. Lalu Wulan menyuruhku untuk mendekat, dia berbisik, "Man, dia tuh yang godain gue waktu di pameran sebelum Lo ke Belanda, dia orang aneh itu!" bisik Wulan padaku.

"Mau Lo apa sih?" Tanyaku.

Aku menatapnya seperti singa mendapatkan mangsa, lalu ia ikut menatapku, "Hai Roman! Bagaimana liburanmu? Seru?" Jawabnya dengan pertanyaan pula.

"Man, dia siapa sih?" Wulan bingung, "Kok dia kenal sama Lo?"

"Oh, Wulan belum tau siapa gue? Kenalin gue---" ucapnya sambil menyodorkan tangan untuk berkenalan dengan Wulan namun di tangkis olehku sesegera mungkin, "Julio Bratajaya," lanjutku.

"Nah itu dia!" Ucap Julio memberi jempol padaku.

"Partner anchore Lo di Belanda? Pantes nyebelin!" Ucap Wulan sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

"Udah, nggak usah diladenin! Ayok!" Ucapku meraih dan menggenggam tangan Wulan.
Wulan tidak protes untuk kali ini, dia juga pasti malas meladeni orang seperti dia.

"Ati-ati, Man! Seminggu lagi bakal ada yang ngalahin Lo!" Teriak Julio saat aku dan Wulan berusaha pergi dari hadapannya.

***
"partner anchore Lo di Belanda? Pantes nyebelin!" Ucapku sambil melipat kedua tangan di depan dada.

"Udah, nggak usah diladenin! Ayok!" Ucap Roman sambil menggandeng tanganku. 

"Ati-ati, Man! Seminggu lagi bakal ada yang ngalahin Lo!"

WuLandaRiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang