Kejutan!

641 18 7
                                    

~*~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~*~

Gemelegar kilat menyambar, diikuti hujan deras yang kini menutup akses pulang tamu undangan Ayah Sam. Sebenarnya malam ini tidak terlalu dingin meskipun hujan sedang turun, namun Wulan tampak mengusap lengannya karena lupa membawa mantel hangatnya. "Dingin?" Tanya Roman menyadari.

"Iya, aku lupa bawa mantel," jawabnya sambil menengok ke arah Roman.

"Sini?" Ucap Roman sembari meminta kedua tangan Wulan. Wulan yang kebingungan dengan maksud Roman, kini paham setelah bola matanya berbicara. Wulan pun mengulurkan kedua tangannya agar di genggaman Roman. Sesekali Roman meniup tangan Wulan agar mengurangi hawa dingin yang ia rasakan.

"Kamu tadi makan habis banyak nggak?" Tanya Roman yang masih menggenggam tangan Wulan.

"Kenapa tanya gitu? Takut aku tambah gendut?"

"Bukan, Lan.. Kalo kamu makan sedikit dan cuaca juga nggak bersahabat kaya yang kamu rasain sekarang, aku takut kamu malah sakit besoknya," jelas Roman khawatir.

"Aku makan secukupnya, nggak banyak dan nggak sedikit, kamu kan tau aku nggak tahan dingin?" Jawab Wulan dengan tenang.

"Iya, lain kali jangan lupa bawa mantel!" ucap Roman sambil menyolek hidung Wulan dengan jari telunjuknya.

"Iya, iya! Nggak usah colek-colek idung deh? Aku bukan sambel?" Cetus Wulan sebal sambil mengusap-usap bawah hidungnya dengan jari telunjuk.

"Kenapa nggak boleh dicolek? kan sambel enak?" Ucap Roman sambil menaik-turunkan alisnya.

"Ohh, udah nakal ya? He'em??" Ucap Wulan sambil melepaskan genggaman Roman lalu beralih melipat tangannya di depan dada.

"Nakal apanya? Idih? Cuma nyolek doang?"

"Pokoknya nggak boleh!"

"Apaan sih?" Ucap Roman sambil cengengesan melihat ekspresi Wulan yang tampak serius namun disisi lain juga sedang menahan tawa.

Tiba-tiba mobil jemputan mereka datang, suara klakson dari pak Yusril dapat memecah debat Wulan dan Roman seketika. "Ayo! Cepetan! Mumpung udah nggak deres, Man!" Ucap Wulan sambil menarik tangan Roman untuk mengikutinya sampai ke mobil.

"Tadi di colek gamau? sekarang gandeng tangan? Kamu lagi PMS ya?" Ujar Roman sambil mengikuti Wulan.

"ENAK AJA!" Jawab Wulan sengit.

~*~

Sehari sebelum pertunangan Roman dan Wulan, hari tampak cerah dan bersahabat. Roman sejak pagi sudah berada di rumah Wulan untuk membantu persiapan pertunangan. Segala pernak-pernik hiasan bercorak putih dan abu, bunga-bunga warna senada dan dekorasi yang lain mulai di pasang hampir 70% digarap.

Sebenarnya Roman sempat menolak untuk mengadakan pesta kebun yang banyak membutuhkan biaya seperti ini, tetapi Andhika tetap teguh dalam pendiriannya. Katanya, Saya ingin anak saya bahagia, kamu juga ingin Wulan bahagia kan?

WuLandaRiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang