Aku sudah tau semua, sudah paham mengapa selalu sepi yang kuhadapi.
⚜️⚜️⚜️
Suasana kamar Roman tampak sunyi, Wulan sejak Dokter keluar dari kamar Roman, ia hanya duduk sambil memainkan handphone-nya, ia sedang tidak mood untuk berbicara banyak.
"Lan, Kamu masih marah?"
"Nggak."
"Kok diem aja?"
"Nggak." Jawab Wulan sedikit meninggikan volume suaranya sambil mengendikkan bahu singkat tanpa menatap.
"Kamu nggak bisa bilang kata lain, selain 'nggak'?"
"Bisa."
Roman mendengus, perlahan Roman meraih tangan Wulan yang sibuk dengan handphone-nya, "Lan, maafin aku ya?"
"Kenapa minta maaf?"
"Seharusnya aku nggak setuju soal Devon yang mau jagain kamu selama disana, ini keinginan Papamu," jawab Roman sungguh-sungguh.
Roman benar. Dia tidak akan menolak keinginan Om Andhika sebagai calon mertuanya. Namun, disisi lain Roman tau bagaimana resiko terbesar yang benar terjadi saat ini. Wulan marah besar atas rasa kepercayaannya yang diberikan pada orang lain selain Roman.
"Lan, bagi aku, kamu itu segalanya. Aku belum bisa menghabiskan waktu sama kamu saat ini, aku juga belum bisa seutuhnya jaga kamu 24 jam karena aku jauh ada disini. Aku harap kamu percaya kalau aku lakuin itu semua cuma buat kebaikan kamu," lanjut Roman.
"Memang kamu nggak bisa jaga aku dari jauh? Kamu cukup kasih kabar aku dan tau keberadaan ku, itu aja?" Jawab Wulan mulai angkat bicara.
"Iya, aku salah. Harusnya aku nggak usah kuliah jauh-jauh, harusnya aku tetep sama kamu di Jakarta," ucap Roman lirih, lalu berpaling dari menatap Wulan. "Aku nggak nyalahin kamu, Man."
"Lan, kepalaku pusing. Aku tidur sebentar ya?" Ucapnya lalu menyandarkan tubuhnya ke kepala ranjang yang sudah disangga dengan bantal.
"Kamu pusing? Aku panggil dokter?"
"Nggak usah, aku hanya ingin tidur," Jawab roman masih mencoba memejamkan matanya.
"Ya sudah, aku disini ya?" Wulan beralih dari tepi ranjang Roman ke sebuah kursi di sebelah ranjang Roman. Tak ada lagi jawaban. Apa aku salah karena sudah marah? Batin Wulan.
Dunia memang tak selalu menjanjikan bahwa pagi dan siang hari akan secerah biasanya. Mereka yang jatuh pada cinta pun akan merasakan yang namanya serba salah dan penuh kegelisahan. Maka mereka harus bersiap diri untuk segala hal yang terjadi, apalagi semua skenario hanyalah Tuhan yang tahu.
Pukul 01.30 waktu Den Haag. Julio, Hendra dan Bella kembali ke hotel tempat mereka menginap. Sedangkan Mas Fajri dan Sam masih menunggu Roman di luar ruangan.
Sam mendapat sebuah pesan dari Roman, di sini ada selimut cadangan ngga?
Beberapa detik kemudian Sam nongol di kaca pintu kamarnya dari luar, memastikan bahwa Roman baik-baik saja. Sam membuka pintu pelan-pelan, Roman pun memberi isyarat pada Sam untuk pelan-pelan.
Sam berjalan ke arah nakas dekat sofa kecil di sudut ruangan, mengambil sebuah selimut yang cukup tebal lalu membantu Roman menyelimuti Wulan.
***
Dua hari setelah roman dirawat, ia sudah diperbolehkan pulang. Jarak rumah sakit dengan apartemen Sam cukup jauh, terpaksa mereka harus naik taxi untuk pulang.