Bidadari

659 22 4
                                    

⚜️⚜️⚜️

Semesta sudah mengingatkan Wulan tiga hari yang lalu. Tetapi perempuan ini masih dapat berfikir positif atas apa yang ia tau saat itu. Sampai ia mendengar satu hal yang Julio tau pasti, yang membuat Wulan benar-benar merasa khawatir apa yang akan terjadi pada Roman.

Setelah menjelaskan seluruhnya pada Tiana dan Andhika, pagi ini juga, Wulan pergi ke Den Haag bersama Julio dan Bella. Hendra yang masih ada urusan di Amsterdam, juga akan menyusul ke Den Haag setelah tau kabar Roman dari Julio.

"Minum dulu, Lan?" Ucap Bella sambil memberikan sebotol air mineral pada Wulan.

"Thanks, Bel," Jawab Wulan sambil menerima botol air mineral dari Bella.

Wulan masih belum percaya, orang yang menentang hubungannya dengan Roman waktu SMA, kini menjadi lebih baik dari sebelumnya. Mungkin ia menemukan hal-hal positif selama ia kuliah di Ausi, yang membuatnya sadar bahwa ia salah menanggapi takdirnya sendiri. Wulan jadi banyak menyesali sikapnya yang tidak percaya bahwa Bella sudah berubah.

"Bel, Lo beneran Bella yang gue kenal waktu SMA, kan?" Tanya Wulan.

"Menurut Lo?" Tanya Bella sambil tersenyum.

Wulan langsung merangkul Bella dengan akrab, "Sorry ya, Bell.. semenjak Lo Dateng sehari sebelum tunangan gue dan Roman, gue belum bisa percaya kalau Lo dateng dengan tulus.. Gue masih kebawa masalalu kita yang kurang akrab," ucap Wulan dalam peluknya.

"Nggak papa, kok! Santai aja, Lan! Lagian gue juga udah punya pengganti Roman kok!" Ucap Bella membuat Wulan merenggangkan pelukannya.

"Yang bener? Siapa?" Tanya Wulan penasaran. Bella tersenyum malu, lalu menatap seorang yang berdiri tak jauh dari mereka. Cowok itu sedang menelepon Samuel yang memberikan kabar dimana Rumah sakit dan ruangan Roman berada.

"Astaga! Lo pacarnya orang aneh?" Tanya Wulan tidak percaya.

"Belum pacar sih? Tapi, saat ini,  cuma dia yang bisa ngertiin gue, Lan," Jawab Bella serius. "Gue berubah kaya sekarang juga berkat Julio yang selalu peduli sama masalah gue, gue rasa dia itu cowok yang beda," sambung Bella bercerita. Wulan hanya bisa tersenyum mendengar cerita Bella.

"Lan, Hendra sama Sam udah sampe sana," ucap Julio saat mendekati Wulan dan Bella, "Lo tenang aja ya? Roman pasti bakal baik-baik aja."

"Thanks ya, kalian udah mau gue repotin buat nemenin gue," ucap Wulan pada Julio dan Bella.

"Nggak repot kok, Lan! Santai aja!" Jawab Julio sambil melipat tangannya di depan dada.

⚜️⚜️⚜️

"Sam? Roman dimana?" Tanya Wulan saat sampai di lorong ruangan Roman.

"Roman di dalem, dia masih belum sadar dari kemarin."

Saat itu juga air mata Wulan kembali tumpah, ia coba mendekati kaca pintu ruangan Roman, melihat lelaki yang ia sayangi terbaring lemas di dalam sana.

"Kata Felix, sepulang dari rumahnya, Roman mau mampir ke toko buku langganannya. Tapi setelah gue sama Mas Fajri cari kesana, Roman nggak ada. Sampai akhirnya, mas Fajri denger salah seorang karyawan cerita sama temennya, kalo disana baru saja ada cowok yang pingsan dan langsung dibawa ke Rumah Sakit terdekat, kita minta mereka putar CCTV Waktu kejadian, dan yaa.. cowok itu Roman," jelas Sam yang kini berada tepat dibelakang Wulan, pandangannya ikut menatap Roman yang masih belum sadarkan diri di dalam sana.

"Dokter bilang apa?" Tanya Julio.

"Gue belum tau pasti, tapi kata dokter, Roman sempet kesakitan dibagian kepala, padahal gue belum pernah tau Roman ngeluh pusing atau sakit sebelumnya," jawab Sam.

Man, seandainya semesta nggak biarin kita jalanin jarak ini. Aku nggak akan biarin kamu sakit atau kamu biarin aku sesedih ini.
Batin Wulan sembari pandangannya tak sedetikpun berpaling dari Roman.

"Bokap sama nyokap Roman udah dateng, Lan?" Tanya Sam.

"Belum, mereka baru di kasih tau pagi ini sama Papah, mungkin baru siang ini mereka berangkat," jawab Wulan lirih. Sam mencoba menenangkan perasaan Wulan dengan mengusap bahu Wulan.

"Lo yang kuat ya, gue yakin Roman nggak akan biarin Lo sedih lama-lama, dia sayang sama Lo," ucap Samuel seadanya.

Setelah dokter memeriksa keadaan Roman, Wulan diperbolehkan masuk untuk melihat keadaan Roman. Langkahnya pelan namun pasti, berharap setelah ia datang semua akan baik-baik saja. Roman bisa sadar dan tak ada lagi yang perlu dikhawatirkan.

"Man?" Panggil Wulan dengan nada gemetar.

Wulan duduk di kursi sebelah blankar roman, tangannya meraih tangan kanan roman yang terpasang infus. "Aku sudah di Belanda, mana janji kamu untuk membawaku ke tempat yang ingin kamu kunjungi bersamaku disini?" Wulan berkata sembari menatap wajah Roman lekat-lekat.

Tangan roman bergerak, matanya mulai terbuka perlahan, "Kamu kesini?" Tanya Roman lirih.

"Roman?" Ucap Wulan sembari menggenggam tangan Roman lebih erat.

"Iya, bidadari.." jawab Roman sembari tersenyum. Sedetik kemudian Wulan beranjak memeluk Roman yang masih terbaring di blankar. "Kamu jahat ya!" Rengek Wulan.

"Jahat kok dipeluk?"
"Ihh! Nyebelin!"
"Loh? Tadi katanya jahat? Sekarang jadi nyebelin? Yang konsisten dong, Lan?"
"Tau ah! Aku mau panggil dokter dulu!" Ketua Wulan sembari berjalan keluar kamar Roman memanggil dokter.

Roman hanya tertawa kecil melihat Wulan, setelah Wulan sudah keluar dari kamar. Roman kembali memejamkan matanya, kepalanya masih terasa pusing. Ia hanya tak ingin Wulan larut dalam kesedihan karena melihat Roman sakit seperti ini.

Bidadari, aku juga ingin cepat keluar dari tempat ini, agar kamu tidak sedih lagi, batin Roman dalam hati.

#TBC

Lebih baik dikit tapi lanjutnya cepet atau panjang tapi lanjutnya lama? Komen dan vote part ini yaa!! Jangan lupa masukin reading list kalian, thank you! ❤️❤️❤️

WuLandaRiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang