Bersabarlah

588 16 3
                                    

Satu-satunya orang yang selalu merindukanmu meskipun hanya selangkah lebih jauh darimu.
Itu aku.
Roman Arbani

↭↭↭

Hari terakhir di Belanda sudah berakhir untuk Wulan. Sekarang ia dibantu Roman dan Mas Fajri mengangkat koper dan beberapa bawaan Wulan ke dalam bagasi taksi. "Udah masuk semua?" tanya Roman memastikan. Wulan mengangguk.

"Ya udah, kalo gitu gue anter Wulan dulu ya, Mas? Sekalian mau siaran," ucap Roman berpamitan. Mas Fajri menjawab dengan senyuman lalu mengangguk cepat.

"Makasih ya, Mas, udah dibolehin nginep seminggu di sini, salam buat Sam kalo dia udah balik," tambah Wulan pada Mas Fajri.

"Siap! Hati-hati di jalan ya, Wulan! Salam juga buat Pak Andhika dan Mama kamu," jawab Mas Fajri.

Wulan hanya mengangguk lalu mengucapkan salam dan masuk ke dalam taksi. "Enggak ada yang ketinggalan kan?" tanya Roman kembali sebelum taksi berjalan. Wulan menggeleng.

"Waar je heen wilt, zoon?" (Kalian ingin pergi kemana, Nak?) Tanya supir taksi.

"Meneer, we willen naar het vliegveld," (Pak, kami ingin ke bandara) ucap Roman pada supir taksi. Supir taksi hanya tersenyum sambil mengangkat ibu jarinya ke arah belakang lalu melanjukan taksinya.

Wulan tiba-tiba jadi pendiam pagi ini, ia memilih untuk menatap luar jendela untuk menghilangkan kesedihannya hanya karena akan kembali jauh dari Roman. "Waar denk je aan, Wulan?" (Apa yang sedang kamu pikirkan, Wulan?) tanya Roman.

Wulan langsung menatap ke arah Roman sambil tersenyum dan menggeleng singkat. "Aku nggak mikir apa-apa," jawab Wulan dengan segala ketegaran yang harus ia perkuat saat ini. Ia memilih kembali menatap luar jendela, karena setiap ia melihat Roman, ia seperti tidak rela jika harus kembali jauh dari calon suaminya itu.

Tiba-tiba saja Roman merangkul bahu Wulan dan menariknya untuk lebih dekat. Wulan yang kaget melihat perlakuan Roman terhadapnya hanya bisa menahan tangis yang pasti akan jatuh di pipinya. "Aku akan merindukanmu," ucap Wulan berbisik.

Sedetik kemudian Roman merengkuhnya dalam pelukan, terciumlah aroma parfum khas Roman yang akan ia rindukan saat jauh dari cowok itu. Bendungan di mata Wulan sudah tidak kuat lagi menahan air mata agar tidak turun.

"Aku juga," jawab Roman sembari mengusap punggung wulan untuk mencoba menenangkannya, sesekali Roman mengecup pucuk kepala Wulan, memberi tanda kesayangan. "Jangan sedih, semua akan berujung Indah, Sayang," ucap Roman pelan.

Tak lama Wulan merenggangkan pelukannya, laku memukul lengan Roman. "Eh! Kok dipukul, Lan?" tanya Roman.

"Habisnya kamu bandel! Jangan lupa makan, minum air putih yang banyak! Kamu nggak mau aku sedih, tapi kamu sendiri bandel? Gimana aku nggak khawatir sama kamu?!" rengek Wulan dengan nada kesal.

"Iya, iya! Namanya juga halangan, Lan? Mana ada yang bisa cegah takdir?" ucap Roman membela diri.

"Bisa aja, dengan kamu cukup makan minum sama olahraga udah bikin kamu jadi sehat, aku tuh nggak akan kaya gini kalo kamu nggak sakit, Man!" Perempuan itu nampaknya sayang sekali pada Roman, sampai-sampai ia diam-diam memberikan jadwal harian untuk Roman yang baru saja Roman temui tadi pagi di atas nakas samping tempat tidurnya.

Isinya jadwal sarapan, makan siang, makan malam, olahraga, istirahat/tidur. Hal yang lucu namun menandakan bahwa Wulan benar-benar menyayangi Roman. "Iya, aku janji bakal sehat di sini, kamu juga ya? Jangan kecapean!" ucap Roman sambil mencubit pipi Wulan pelan.

↭↭↭

"Bener? Nggak ada yang ketinggalan, Lan?" tanya Roman memastikan.

"Sebenernya ada, tapi gapapa," ucap Wulan sambil menunduk.

"Apa yang ketinggalan, Lan? Tadi katanya udah lengkap semua sebelum kita berangkat kesini? Kok sampe sini baru keinget?" tanya Roman sudah panik duluan sambil memegang kedua bahu Wulan. "Apa yang belum kamu bawa, Lan?" tanya Roman sungguh-sungguh.

"Kamu."

"Hah? Aku?" ucap Roman tidak menyadari bahwa satu-satunya yang milik Wulan yang akan tertinggal di sini adalah Roman.

Tanpa basa-basi Wulan kembali memeluk Roman dengan erat, ia tidak ingin menangis untuk saat ini. Ia hanya ingin merasakan lebih lama berada dalam dekapan Roman sebelum ia kembali menjalani LDR sampai hari kelulusan Roman tiba. "Tunggu aku 2 semester lagi, Sayang.. Aku akan merindukanmu," bisik Roman di telinga sebelah kiri Wulan. Wulan mengangguk cepat, ia percaya hal itu. Dan ia pasti bisa melewati hari-hari tanpa Roman jika ia sudah kembali ke Jakarta.

Sebenarnya ia sudah terbiasa, namun siapa yang lebih kuat untuk merasakan perpisahan meski hanya bersifat sementara?

"Jangan lama-lama ya, Man," ucap Wulan yang masih dalam pelukan Roman.

"Ini tidak akan lama lagi, bersabarlah," Roman kembali mengecup pucuk kepala Wulan.

Setelah mengantar Wulan ke bandara, Roman bergegas ke studio untuk siaran radio Indonesia. Nama Gibran masih terkait dengan kata-kata Indah atau puisi pada akhir siarannya. Itu juga yang membuat seluruh pendengar radio Indonesia di Belanda penasaran, siapakan Gibran yang sebenarnya?

Rasanya sudah tidak perlu banyak kata..
Aku sudah separuh milikmu dan akan sepenuhnya jadi milikmu..
Kamu hanya perlu bersabar untuk hari esok..
Karena aku yakin,
Lusa pasti akan menjadi hari terbaik yang pernah ada..

↭↭↭
WULANDARI

Suikerspin sudah di update juga ya!
Jangan lupa baca dan vote :)) Terimakasih! 💛💛

WuLandaRiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang