~*~
Hendra:
Lo beneran nggak jadi ikut, Lan?Sebuah pesan dari Hendra masuk ke handphone WuLan. Membuatnya berpaling dari tugas kampus yang sedang ia selesaikan hari ini, mumpung libur katanya.
Ingin membalas, tapi untuk apa? Ia masih bingung dengan masalahnya dengan Roman yang belum terselesaikan, mana bisa dia menerima kembali ajakan Hendra tiba-tiba.
Nggak, Ndra
Balasnya.
Lima detik kemudian, sebuah telepon masuk. Dari Roman.
Namun setelah mengetahui siapa yang menelepon, rasanya WuLan masih belum bisa bicara apapun padanya. Ia masih butuh waktu untuk menenangkan dirinya.6 miscall dan 4 pesan dari Roman, tak digubris WuLan sama sekali. Lalu ia mendengar Mba Nah mengetuk pintu, "Non, sarapan dulu! Ibu sama Bapak sudah nunggu di bawah, ada tamu juga, Non," ucap Mba Nah belum juga dibukakan pintu oleh WuLan.
"Tamunya siapa, Mba?"
"Den Roman," jawaban Mba Nah langsung menciutkan niatnya untuk beranjak ke bawah.
"Bawa aja makanannya ke kamar, aku nggak mau turun," jawab WuLan.
"Baik, Non," jawab Mba Nah dan suaranya tak lagi terdengar dari balik pintu. Tak lama Mba Nah kembali mengetuk pintu kamar WuLan. Sepertinya ia membawa sebuah nampan berisi sarapan untuk Wulan?
Tok, tok, tok.
"Taruh meja aja, Mba!" teriak WuLan sembari masih sibuk dengan tugasnya.
Pintu terbuka, seseorang masuk tanpa suara setelah perintah Wulan ia terima. Namun, WuLan tak segera mendapati orang tersebut keluar dari kamarnya.
"Kenapa lagi, Mba--"
"Hai," sapa seseorang saat WuLan mulai menengok ke arah pintu kamarnya.
Ya, bukan Mba Nah yang membawakan sarapan untuk WuLan, tetapi Roman. Ia sengaja tak membalas perintah WuLan setelah ia mengetuk pintu kamar, agar WuLan percaya bahwa yang masuk ke kamarnya adalah Mba Nah. Bukan Roman.
"Elo?" Ucap Wulan sambil mengernyitkan dahi, "Pergi sana!" Lanjutnya kembali memalingkan wajahnya ke arah tugasnya.
"Lan, Lo beneran mau kalo kita udahan?"
Kalimat itu membuat tangan Wulan yang tadinya lancar untuk menulis, kini kaku tak bisa bergerak. Hatinya seperti teremas hebat. Harusnya ia tak marah pada Roman.
"Jujur gue nggak mau itu terjadi," sambungnya. "Walaupun nantinya Lo minta gue menjauh, gue tetep akan ada di dekat Lo. Meskipun Lo udah nggak peduli lagi sama gue. Lo bisa balik lagi kaya kita jaman SMA dulu, Lo yang marah-marah sama gue, Lo yang selalu berantem kalo ketemu sama gue dan elo yang selalu gue kasih tissue kalo Lo nangis di depan gue. Seolah semuanya terulang dan akan menjadi akhir yang bahagia seperti waktu kita jadian."