"Lo suka sama Jiwa ya?" Pertanyaan tiba-tiba yang Nadya lontarkam mampu membuat ekspresi datar Raga berubah berdecak sebal.
"Nggak," jawabnya pendek.
"Tapi kok lo kayak berusaha narik perhatian dia gitu ya, kayak misalkan pas berantem minta tolong ke Jiwa gitu." Mereka berdua masih berjalan beriringan menuju ke gudang sekolah.
"Gue nggak pernah minta tolong sama temen lo."
"Dihh, nggak ngaku lagi. Kalo nggak kenapa dia bisa selalu terlibat pas lo sama Oji berantem. Yang kemaren tuh udah yang kesekian kalinya tau nggak," protes Nadya tak terima.
"Dia yang sok-sok'an jadi pahlawan. Padahal nggak bisa apa-apa."
"Eh mas, tolong di jaga ya mulut nya. Kok malah ngatain temen gue sok-sok jadi pahlawan sih? Nggak sadar ya kalo nggak ada dia bisa-bisa lo masuk rumah sakit?"
"Oji nggak sehebat itu."
"Nggak tau terima kasih banget sih jadi manusia?"
Raga tak menjawab lalu meletakkan setumpuk buku yang tadi dia bawa ke atas setumpuk buku yang Nadya bawa.
Gadis itu tercengang. Jadi lah sekarang Nadya membawa banyak buku karena buku-buku yang Raga bawa kini sudah berpindah pada nya.
Gadis itu bahkan sempat hampir menjatuhkan buku-buku tersebut jika dia tidak sempat memperbaiki pegangan nya pada buku-buku itu.
"Eh, sialan lo mau kemana woi," pekik Nadya melihat Raga yang sudah menjauh.
Cowok itu tidak lagi menuju ke arah gudang, tapi dia sudah berbelok ke arah kantin.
*****
"Makasih ya mang, nanti Mbak Feni yang bayar. Mamang minta aja nanti uang nya sambil nganter makanan-makanan ini."
Jiwa merekahkan senyum pada mamang penjual nasi goreng.Jiwa memang terkenal sebagai gadis yang ramah juga humble di sekolah nya.
Jiwa senang menebar senyum saat bertemu atau berpas-pasan dengan seseorang. Jiwa juga tak segan menyapa walaupun orang tersebut belum dia kenali.
"Siap neng. Neng tenang aja, setelah semuanya siap langsung mamang anterin ke sana deh," jawab sang penjual nasi goreng tak kalah ramah.
Sebenarnya sekarang sudah jam masuk kelas. Bahkan bell sudah berbunyi dari beberapa menit yang lalu.
Tapi Mbak Feni bilang dia sudah meminta izin kepada guru masing-masing yang mengajar di kelas Jiwa maupun teman-teman lainnya agar mereka tidak di absen oleh sang guru tersebut.
"Kalau gitu Jiwa ke perpus dulu ya mang, jangan lama-lama loh. Kasian anak-anak lain juga udah pada nunggu."
"Siap neng, bentar lagi semua beres kok."
Lalu Jiwa pamit meninggalkan tempat tersebut.
Di perjalanannya kembali ke perpustakaan, Jiwa sesekali bersenandung ria. Menyanyikan lagu apa pun yang ia tau. Tapi saat ada yang mengintrupsi langkah gadis tersebut tentu Jiwa langsung menghentikan konser kecil yang sedang ia lakukan.
"Wa." Jiwa menoleh.
Memperhatikan seorang cowok kemarin sempat menjadi alasan kenapa dia bisa berakhir di ruang BK.Jiwa hanya menjawab dengan berdehem saja.
Orang itu Oji.
Dan sebenarnya Jiwa benar-benar tidak ingin menanggapi Oji untuk saat ini.Mood Jiwa sedang bagus. Dia tidak ingin kehadiran Oji di depannya membuat ia merasa kesal seperti kemarin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jiwa & Raga
Teen FictionYUK FOLLOW DULU SEBELUM BACA!!! ***** Raga itu ganteng, cuek, dingin, kaku, kasar, tapi kadang perhatian. Jiwa itu ceria, cantik, baik, pengertian, dan suka menolong. Rio itu tampan, penyayang, perhatian, sayang banget sama Jiwa, juga selalu pedul...