Hujan turun dengan lebat saat 5 menit perjalanan menuju ke rumah Jiwa. Karena Jiwa yang memang ingin cepat sampai di rumah jadi tawaran Miko untuk berteduh sebentar langsung Jiwa tolak mentah-mentah.
"Makasih ya, Ko." Jiwa menyerahkan helm yang sempat dia pakai ke pada Miko.
"Lo mau masuk dulu nggak, biar gue bikin teh anget."
"Nggak usah lah, kepalang basah gue. Entar rumah lu ikutan basah gara-gara gue ikutan masuk."
"Nggak lah. Lo kayak sama siapa aja deh. Ayok masuk dulu."
"Gak usah. Gue langsung pulang aja. Hujan-hujan gini enaknya tidur. Gue langsung pulang aja biar bisa cepet tidur."
"Yaudah deh." Jiwa akhirnya mengalah.
"Hati-hati dijalan ya. Makasih udah ngaterin."
"Siap. Balik dulu gue." Dan cowok itu langsung pergi setelahnya.
Setelah itu Jiwa langsung masuk ke dalam rumah.
Pak Supri yang memang selalu menjaga di pos depan rumah menyapa Jiwa dengan ramah.
"Neng Wawa kenapa hujan-hujanan?"
"Nggak papa Mang." Jiwa langsung berlari ke dalam rumah.
Badannya menggigil kedinginan. Jari-jari mengerut karena hujan yang memang sangat deras. Bahkan bibir Jiwa berubah sedikit membiru karena terlalu dingin.
Saat sudah di dalam rumah Jiwa disambut oleh teriakan seorang anak kecil.
Saat akan melewati ruang keluarga, Jiwa melihat seorang anak kecil berumur 3 tahun sedang mencekik leher Simon dengan erat.Miau..Miau...
Simon berontak ingin melepaskan diri dari genggaman anak kecil tersebut.
Jiwa melotot.
Anak gue.
Jiwa langsung berlari menghampiri anak kecil itu dan kucing nya.
"Eya ya ampun kucing ante jangan dicekik". Jiwa langsung menyelamatkan Simon dari perbuatan kejam Aeera tak peduli seberapa basah tubuhnya sekarang.
Aeera yang tadi asik mencekik Simon langsung tertawa melihat kepanikan Jiwa.
"Imon ante," kata anak kecil itu sambil menunjuk simon tak lupa cengiran tanpa dosa dia tunjukan.
"Papa kamu mana, kok kamu cekik kucing ante sih?" Jiwa celingukan mencari keberadaan abang nya.
Kalau ada Aeera seperti ini, bisa dipastikan kalau abang sepupu nya itu juga ada disini.
"Papa amam."
"Aish.. Abang kebiasaan deh ninggalin anak nya main sendiri kayak gini."
Lalu Jiwa melihat Simon yang lemas di gendongan nya.
"Kamu nggak papa Mon?" tanya nya pada kucing itu.
Kucing itu tak menyahut, mata nya terpejam, mungkin masih syok dengan perbuatan Aeera yang mencekik nya dengan kejam.
"Eya kok jahat sama Simon, kalau Simon mati gimana?"
"Imon ante." Anak kecil itu mengulurkan tangan nya ingin menggendong Simon.
"Nggak boleh, Eya jahat sama Simon. Simon nggak mau temenan sama Eya."
Mata anak kecil itu berkaca-kaca membuat Jiwa langsung gelagapan.
Tak lama kemudian suara nyaring akibat tangisan anak itu langsung mengejutkan semua penghuni rumah temasuk Simon yang langsung terbangun dari tidur nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jiwa & Raga
Novela JuvenilYUK FOLLOW DULU SEBELUM BACA!!! ***** Raga itu ganteng, cuek, dingin, kaku, kasar, tapi kadang perhatian. Jiwa itu ceria, cantik, baik, pengertian, dan suka menolong. Rio itu tampan, penyayang, perhatian, sayang banget sama Jiwa, juga selalu pedul...