Part ini agak gaje.
Penulisnya juga lagi sakit.
Jadi aku mohon maaf dan mohon dimaklumi.Happy reading!!!
*****
Raga sibuk berkutat dengan buku-bukunya. Membaca serta memahami isi dari buku-buku tersebut. Sebenarnya ada rasa malas belajar seperti ini, tapi tentu Raga harus belajar karena besok adalah UAS hari pertama. Juga, dia tidak ingin kejadian beberapa tahun lalu terulang lagi. Tidak naik kelas.
Walau pun dia yakin dikelas dua belas ini pasti semua nya akan Lulus. Namun tetap saja, Raga memiliki keinginan untuk lulus dengan nilai yang memuaskan.Ketukan dipintu kamar mampu mengalihkan dunia Raga. Lantas cowok itu bangkit untuk membuka pintu yang memang sengaja dia kunci.
Disana tepat didepan nya, berdiri seorang pria paruh baya yang masih lengkap dengan setelan jas kantor di tubuhnya. Ketara sekali kalau pria itu baru saja pulang kerja.
"Makan dulu Ga, Papa sudah belikan makanan untuk kita." Pria itu berkata.
Tak ada ekspresi apapun di wajahnya. Sama seperti yang Raga tunjukan.
Wajah Raga tetap datar tanpa ingin memberi respon apapun.
"Nina sudah menunggu dibawah."
"Nggak laper." Raga kembali kemeja belajar tanpa berniat melakukan apa yang dititahkan papanya.
"Papa bilang makan dulu Raga!" Suara pria itu naik satu oktaf. Urat leher nya sedikit menimbul karena menahan kesal, menunjukkan kalau dia tidak setuju dengan sikap Raga.
Raga mengepal tangan nya erat. Ini salah satu sifat Raihan yang tidak Raga sukai. Kasar dan suka membentak.
Ini adalah salah satu faktor kenapa mamanya pergi meninggalkan mereka."Gue bilang gue nggak laper."
Raihan masuk ke dalam kamar. Mengambil buku yang sedang dibaca Raga lalu dibantingnya kelantai.
"Nurut kamu sama saya Raga," ucap pria itu marah. Tidak ada lagi nada tenang seperti sebelum nya. Semua sudah berganti dengan keformalan.
Raga tetap diam, buku-buku jari nya sudah memutih siap memukul apa saja yang ada didekatnya.
"Dasar,anak tidak tau terima kasih. Kamu pikir siapa yang sudah membiayai hidup kamu selama ini. Siapa yang memberi kamu makan. Siapa yang membiayai sekolah kamu. Semua itu saya yang lakukan. Mama kamu? Jangan harap, dia saja pergi meninggalkan kalian. Dan kamu malah tidak pernah nurut sama saya." Pria itu mulai mengeluarkan kemarahannya.
"Mama pergi karena kamu." Cara bicara Raga mulai berubah.
"Jaga ucapan kamu. Mama kamu pergi, karena memang dia yang memilih pergi."
"Mama nggak akan pergi kalau kamu tidak berlaku kasar sama Mama."
"Berhenti berbicara seperti itu kepada saya. Saya ini papa kamu."
"Tidak ada papa yang sengaja menyakiti anak nya. Membuat dia terpisah dengan Mama nya. Memaksa dia harus selalu menjadi apa yang kamu mau. Menuruti perkataan kamu. Tidak ada papa yang seperti itu."
Plak..
Satu tamparan keras mendarat dipipi Raga.
Sakit, tentu saja. Namun Raga tidak akan menunjukan rasa sakit tersebut. Dia tidak ingin terlihat lemah didepan Raihan.Kadang Raga malah bersyukur saat Raihan tidak ada dirumah. Karena saat Raihan ada, pasti hal-hal seperti ini yang akan terus terjadi.
"Berhenti biayai sekolah gue, berhenti biayai hidup gue, dan berhenti ikut campur urusan hidup gue, Gue lebih baik nggak punya papa dari pada punya papa yang bisanya cuma nyakitin."

KAMU SEDANG MEMBACA
Jiwa & Raga
Fiksi RemajaYUK FOLLOW DULU SEBELUM BACA!!! ***** Raga itu ganteng, cuek, dingin, kaku, kasar, tapi kadang perhatian. Jiwa itu ceria, cantik, baik, pengertian, dan suka menolong. Rio itu tampan, penyayang, perhatian, sayang banget sama Jiwa, juga selalu pedul...