6. Rapat Mendadak

417 14 4
                                    

Jakarta dengan teriknya sinar matahari di jam makan siang seperti ini cukup membuat murid-murid kelas XII-IPA 2 sama-sama terkapar dengan kepala kompak di atas meja.

Matematika di siang hari yang di ajarkan oleh pak Alwi, guru paling unik dalam menggunakan metode belajar memang sebuah perpaduan yang sempurna.

Jiwa mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru kelas. Ada sebagian dari temannya yang tidur tanpa pak Alwi ketahui.
Ada sebagian dari mereka yang bermain di ponsel secara diam-diam, atau ada yang sekedar melamun melihat keluar kelas.

Bell istirahat sebenarnya sudah berbunyi 2 menit yang lalu. Tapi karena pak Alwi yang entah terlalu semangat mengajar atau karena egois membuat mereka kehilangan sedikit waktu makan siang nya.

Perut Jiwa berbunyi karena lapar, untung suara tersebut tak terdengar oleh siapapun. Dia meringis menahan rasa lapar yang mendera. Inilah mengapa mereka lebih senang pak Alwi tidak masuk dan di gantikan oleh ibu Rima.

Pak Alwi selalu memotong waktu istirahat mereka jika dia yang mengajar.

"Pak." Ferdi sang ketua kelas tiba-tiba saja tunjuk tangan.

Mereka kira, Ferdi akan maju menjawab soal yang baru saja pak Alwi berikan.

Katanya soal terakhir sebelum akhirnya mereka semua boleh istirahat.

"Ya, kamu mau maju ke depan?"

"Bukan, pak!" Ferdi menjawab cepat.
"Saya mau permisi ke WC."

Alasan, mereka semua tau itu cuma alasan ferdi semata.

Bisa di pastikan jika cowok itu akan berbelok arah ke kantin apabila pak Alwi benar-benar memberi izin untuk nya keluar.

"Ini sebentar lagi selesai, apa kamu tidak bisa menunggu sebentar saja?"

"Tidak bisa pak. Ini saya benar-benar sudah kebelet, nanti bisa-bisa saya pipis di sini pak."

"Alah,, bohong itu pak. Ferdi pasti mau ke kantin," celutuk salah satu siswi yang lainnya.

"Eh, siapa yang bohong. Kalau nggak percaya ayo temenin gue pipis."

"Ogah! Pipis aja sendiri."

Murid-murid lain langsung tertawa mendengar perdebatan keduanya.

"Kalian ini," erang pak Alwi.

"Ya sudah, Soal ini kalian kerjakan di rumah saja. Untuk tambahan, kerjakan soal Try This di halaman 203 kumpulkan besok pagi di ruangan saya."

"Busyett!" Nadya yang berada tepat di samping Jiwa langsung terpekik.

Tangan gadis itu sedang membuka halaman buku yang baru saja pak Alwi katakan.

"Apaan sih Nad, pak alwi denger nanti."

"Lo liat deh Wa, ini seriusan," erang gadia itu lemah.

"10 soal beserta anak, cucu, kakek, dan neneknya. Benar-benar satu keluarga besar," celutuk Lisa yang duduk di depan mereka.

Jiwa ikut melihat ke buku tersebut, dan ternyata benar-benar.

Pak Alwi memang guru ajaib.

*****
"Jiwa." Seseorang yang baru saja memanggil nama Jiwa membuat gadis itu harus menghentikan langkah nya.

Dengan lesu, Jiwa menoleh.
Dan ternyata yang memanggil nya adalah Miko.
Anak XII-IPS 2 yang sekaligus rekan Jiwa di ekstrakulikuler seni musik.

"Kenapa?" tanya Jiwa lesu.

Demi apapun. Perut Jiwa benar-benar lapar sekarang, dan dia butuh makan. Kehadiran Miko sudah menotong sepersekian detik waktu Jiwa untuk segera makan. Bahkan jika cowok ini lebih berlama-lama lagi maka dia bisa memotong waktu istirahat Jiwa lebih banyak lagi.

Jiwa & RagaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang