15. Ulang Tahun SMP CG

236 10 0
                                        

Jiwa guling-guling di atas tempat tidur tanpa tujuan yang jelas. Sesekali gadis itu melirik ponsel yang ada ditangannya. Berharap ada pesan dari sang pujaan hati, Rio. Sebenarnya Jiwa bisa saja menghubungi Rio lebih dulu, hanya saja Jiwa takut mengganggu laki-laki itu karena Jiwa pikir dia menghilang karena sibuk dengan urusan kuliah. Apalagi Rio memang sudah berada di semester akhir.

Jiwa menatap langit-langit kamar dengan nanar, memikirkan kesalahan apa kiranya yang telah ia perbuat sehingga Rio menghilang seperti ini.
Sebenarnya ini bukan yang pertama kalinya Rio menghilang tanpa kabar, sebelum-sebelumnya juga sudah pernah.
Rio itu tipe laki-laki yang tidak mau meributkan suatu masalah, jadi jika hubungan mereka sedang bermasalah maka laki-laki itu akan lebih memilih menghilang lalu muncul lagi setelah semuanya baik-baik saja. Lebih spesifiknya dia tidak mau jika harus berdebat dengan Jiwa apalagi sampai mengancam berakhirnya hubungan mereka.

Namun sebenarnya, Jiwa malah berpikir dengan menghilangnya Rio yang seperti ini tidak akan menyelesaikan masalah. Yang ada malah nambah masalah, belum lagi Jiwa bisa saja berpikiran yang tidak-tidak tentang laki-laki itu.

Jiwa menghela napas, berbaring miring kekanan sembari memeluk gulingnya erat, lalu gadis itu memejamkan mata. Dia butuh istirahat agar tubuhnya siap untuk acara besok.

"Selamat malam kak Rio."

*****
Akhirnya hari yang ditunggu-tunggu pun tiba. Dimana Jiwa beserta teman-teman nya akan mengisi acara di SMP CG. Sebenarnya Jiwa dan Miko tidak ikut tampil, hanya saja mereka juga ikut ke SMP CG untuk mengatur segala urusan rekan-rekan mereka yang akan tampil mengisi acara tersebut.

"Ini udah siap semuakan? Kata pembawa acaranya kalian tampil kapan?" Jiwa membenarkan jaket jeans yang dikenakan salah satu rekannya yang akan ikut tampil.

"Pertengahan acara kak, nanti masih ada persembahan dari grup seni tari anak-anak SMP ini. Habis itu baru kita yang tampil," jawab salah satu adik kelas Jiwa.

Jiwa mengangguk.
"Semua udah siap. Lagu udah hapal belom? Jangan sampe salah lirik loh. Yang main gitar juga, jangan sampe salah kunci. Malu nanti kalo penampilan kalian cacat." Jiwa bertitah lagi.

"Udah hapal kok kak."

"Diusahain yang terbaik deh kak."

"Yang main gitar siapa kemaren namanya gue lupa?" tanya Jiwa sembari membenarkan make up rekan yang satunya.

"Geri kak, dia lagi latihan sama kak Miko."

"Ok, ini udah selesai Ndah. Jangan dirusakin lagi," kata Jiwa pada adik kelasnya yang baru saja ia perbaikin make upnya.

"Siap kak."

"Gue ke sana dulu ya. Kalian banyakin doa aja. Jangan nerves, pokoknya nanti santai aja. Ini bukan yang pertama kalinya kita tampil tanpa persiapan yang baik. Jadi jangan tegang. Oke?"

"Oke kak," koor adik-adik kelas Jiwa.

Lalu gadis itu meninggalkan mereka semua untuk menemui Miko dan Geri yang entah ada dimana.

Sebelum benar-benar mencari kedua mahluk itu, Jiwa menyempatkan diri untuk ketoilet sebentar. Gadis itu mencuci tangan sembari membenarkan rambutnya yang agak kusut.

"Eh Harry, kamu nanti pulang naik apa?"

"Naik angkot."

Samar-samar Jiwa dapat mendengar percakapan anak laki-laki yang Jiwa yakini sebagai murid SMP CG. Toilet laki-laki dan toilet perempuan di SMP ini memang bersebelahan, jadi cukup jelas dipendengaran jika ada yang berbicara dari toilet sebelah.

"Tumben, kan biasanya sama abang sepupu kamu."

Jiwa tetap sibuk menata rambutnya tanpa peduli dengan percakapan anak-anak itu. Toh tak ada untungnya juga.

Jiwa & RagaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang