"Ma, kenapa sih Wawa nggak di anterin pulang aja. Kan bosen kalo sendiri di rumah sakit gini. Wawa nggak ada temen. Mending pulang habis itu main ke rumah Nadya."Wanita paruh baya yang tadi sedang sibuk di meja kerjanya itu menatap sang anak sebentar.
"Di rumah nggak ada orang. Cuma ada mang supri. Bi ijah nggak dateng ke rumah hari ini. Dia sakit."
"Tapi kan Wawa bisa main ke rumah Nadya ma."
"Pipi lebam kayak gitu malah mau keluyuran. Udah, nggak usah banyak protes. Mama mau ngecek keadaan pasien mama dulu. Habisin itu makanan nya."
Lalu, wanita itu pergi meninggalkan Jiwa sendiri.
Jiwa menghela napas lelah. Mengaduk asal makanan yang tadi sempat mama nya belikan.
Napsu makan Jiwa langsung hilang seketika. Di sini Jiwa tidak ada teman. Biasanya paling Jiwa hanya bertegur sapa dengan beberapa suster yang kenal dengan dirinya. Selebih nya Jiwa hanya jalan-jalan sendiri keliling taman rumah sakit.
Saat teringat sesuatu, senyum Jiwa langsung mengembang.
Gadis itu bangkit dari duduk nya dan meninggalkan makanan itu tanpa rasa peduli.Jiwa menuju taman rumah sakit, mencari keberadaan seseorang yang dulu sempat Jiwa temui di sini.
Nina, ya orang yang Jiwa maksud adalah Ranina. Bocah cilik yang pengidap kelainan jantung.
Saat sudah sampai di taman, Jiwa mengedarkan pandangan nya.
Senyum Jiwa semakin mengembang saat menemukan keberadaan anak kecil itu tak jauh dari nya. Tentu gadis itu tidak sendiri. Karena terlihat dari tempat Jiwa sekarang ada seorang suster yang tak Jiwa kenali sedang bersama dengan anak kecil itu.
Kemana suster Nunik?
Awal nya Jiwa berniat menghampiri keduanya. Tapi saat baru selangkah kaki Jiwa maju, ada orang lain yang datang kepada mereka berdua terlebih dahulu.
Mata Jiwa membola seketika.
Kenapa Raga ada di sini?
Kenapa dia bisa bersama Nina?
Jiwa berinisiatif untuk bersembunyi di balik pohon yang tak begitu besar di samping nya. Gadis itu berusaha menguping pembicaraan Raga dengan Nina. Sedangkan suster yang tadi menemani Nina kini sudah pergi meninggalkan keduanya.
"Gimana kabar nya hari ini. Merasa baikan nggak?" Raga mencoba mengajak Nina berbicara.
Anak kecil itu hanya diam dengan pandangan kosong ke depan.
"Tadi abang bawa roti kesukaan Nina. Nanti di makan ya?"
Abang?
Wait, maksud nya Raga abang nya Nina?Jiwa semakin memfokuskan pendengarannya.
"Kemaren papa ke sini loh, tapi dia nggak ikut masuk. Dia cuma liat Nina dari luar."
"Mama." satu kata itu yang keluar dari mulut Nina.
Dan Raga terlihat begitu terkejut dengan respon yang Nina berikan.
"Nin-na..."
"Mama." tiba-tiba saja Nina memandangi Raga dengan mata berkaca.
"Nin.. Nina kangen mama?"
Dan Nina tiba-tiba terisak setelah nya.
Raga segera memeluk tubuh adik nya itu erat. Hati Jiwa merasa tercubit saat melihat kondisi Nina yang seperti ini.
"Di sini kan ada abang. Kenapa cari mama?" Raga mengusap punggung anak itu dengan sayang.
"Abang." akhirnya anak itu memanggil Raga. Tentu dengan keadaan masih terisak.

KAMU SEDANG MEMBACA
Jiwa & Raga
Novela JuvenilYUK FOLLOW DULU SEBELUM BACA!!! ***** Raga itu ganteng, cuek, dingin, kaku, kasar, tapi kadang perhatian. Jiwa itu ceria, cantik, baik, pengertian, dan suka menolong. Rio itu tampan, penyayang, perhatian, sayang banget sama Jiwa, juga selalu pedul...