Jiwa mendesah lelah.
Akhirnya latihan hari ini selesai. Acara ulang tahun SMP GC tinggal 3 hari lagi, karena itulah disaat tanggal merah pun mereka tetap latihan di sekolah.Saat sampai di sekolah, ternyata bukan hanya Miko yang datang. Tapi ibu Ebit juga, jadilah Jiwa terkena sembur kemarahan dari guru seni budaya tersebut karena sebelum-sebelumnya sempat membolos untuk melatih para adik kelas yang terlibat.
Latihan hari ini baru selesai pada jam 5 sore. Tentu Jiwa merasa sangat lelah karena nya.
Menghempas tas di atas ranjang, Jiwa turut menghempaskan diri kepulau kapuk tersebut.
Simon yang tadi nya sedang asik tertidur, langsung terlonjak kaget. Membuat kucing gendut itu langsung meloncat dari tempat tidur.
Jiwa tertawa, polah tingkah Simon bisa memperbaiki Mood nya disaat lelah seperti ini.
"Momon sini." Kucing gendut itu menurut, menghampiri Jiwa lalu naik ke perutnya.
Semenjak Andra senang memanggil Simon dengan panggilan Momon, entah kenapa Jiwa juga ingin memanggilnya seperti itu. Anggap saja nama Momon adalah panggilan sayang yang Andra berikan untuk Simon.
"Udah mandi belum Mon?"
"Miau." Kucing itu mengusap kepala nya keperut Jiwa.
Biasanya sebelum Bi ijah pulang, wanita paruh baya itu pasti akan memandikan Simon terlebih dahulu apabila Jiwa sedang tidak ada.
Rutinitas mandi Simon memang tidak setiap hari, palingan 2 hari sekali atau terkadang 3 kali sehari. Karena Simon memang tidak suka mandi.
Jorok ya?
"Udah makan Mon?" tiba-tiba kucing itu langsung bangkit menyusuri perut Jiwa hingga kedepan muka.
"Miauu."
"Iih geli Momon, sanaan ah."
"Miiauu..Miaauu..". Wajah kucing itu semakin mendekati wajah Jiwa. Jiwa semakin risih karena Simon yang ingin menjilati mukanya.
"Masa' belum makan sih, Bi ijah kan nggak pernah pelit sama kamu."
"Miauu..Miaauu."
Jiwa menghela nafas. Bangkit dari baringan nya, lantas gadis itu membawa Simon keluar kamar.
Sampai diruang tamu, rumah kembali nampak sepi. Memang hanya ada dirinya dan Simon saat ini. Mama dan Papanya belum pulang. Entah kemana mereka dihari libur seperti ini.
Mungkin sengaja menghabiskan waktu berdua. Sedang kan Bi Ijah tentu saja sudah pulang kerumahnya sendiri."Tunggu sini ya, aku siapin makanan kamu dulu." Jiwa meletakkan kucing itu diatas kursi makan.
Simon menurut, memperhatikan Jiwa yang sedang menuangkan makanan khusus untuknya kedalam mangkuk yang memang sudah disediakan untuk Simon.
Setelah siap semua nya. Jiwa menurunkan Simon dari kursi, membiarkan kucing gendut itu memakan makanannya di samping kursi tepat disebelah kaki Jiwa.
Sekarang pandangan Jiwa kosong, memikirkan Rio yang sejak semalam tidak bisa dihubungi atau pun menghubungi dirinya.
Tentu Jiwa khawatir, Rio tidak pernah seperti ini sebelum nya. Laki-laki itu biasa mengabarkan Jiwa apa-apa yang dia lakukan. Tapi ini bahkan untuk dihubungi pun sangat susah sekali.
Ketiadakabaran Rio yang seperti ini tentu sedikit mengusik ketenangan Jiwa dan juga mengganggu konsentrasi belajarnya.
Pagi tadi Jiwa sempat berpikir untuk mendatangi rumah laki-laki itu. Namun larangan dari sang papa membuat Jiwa harus mengurungkan niat nya tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jiwa & Raga
Teen FictionYUK FOLLOW DULU SEBELUM BACA!!! ***** Raga itu ganteng, cuek, dingin, kaku, kasar, tapi kadang perhatian. Jiwa itu ceria, cantik, baik, pengertian, dan suka menolong. Rio itu tampan, penyayang, perhatian, sayang banget sama Jiwa, juga selalu pedul...