Whatever They Say

2.1K 306 8
                                    

✴✴✴

MINE - KIM JAEJOONG

✴✴✴

Jaejoong baru saja selesai memakai baju pria yang biasa di gunakan oleh para masyarakat miskin/kelas bawah. Jaejoong keluar dari balik kereta pengangkut barang berukuran sedang yang tergeletak terbalik di dekat pohon besar.

*Jaejoong dan junsu merampok pedagang mesum yang berpapasan dengan mereka di hutan*

"Kau sudah selesai?" Tanya Jaejoong pada Junsu yang tengah berjongkok di depan sesosok tubuh pria yang pingsan di tanah. Junsu merogoh saku pria tersebut. "Dapat!" Seru Junsu senang.

"Aku mencari uang mereka dari tadi. Kita akan membutuhkan uang untuk hidup nanti,Jongie." Terang Junsu. "Apa kau sudah mengemas semua barang mu. Jangan ada yang tertinggal satu benang pun." Lanjut Junsu lagi.

Jaejoong merengut sedih memandang tas yang terbuat dari kulit binatang yang dia pakai. "Aku sudah memasukkan semua barang ku. Gaun peninggalan Mama juga sudah aku masukan kedalam tas. Padahal aku sangat menyukai gaun ini tapi sekarang aku tidak bisa memakainya lagi." Kata Jaejoong cemberut. Di elusnya permukaan tas yang di dalamnya terdapat gaun hitam peninggalan sang Ibu.

Junsu mendekati Jaejoong menepuk pelan bahu remaja cantik tersebut. "Bukan saatnya untuk bersedih, Jongie. Kita sedang di buru keadaan kita harus cepat meninggalkan tempat ini sebelum pagi. Aku rasa masih ada satu jam lagi sampai matahari benar-benar keluar." Jaejoong mengangguk mengerti.

Jaejoong berjalan ke arah seekor kuda bewarna coklat yang gagah,itu kuda yang dia ambil dari karet barang tadi. Dengan cekatan Jaejoong melompat keatas kuda merapihkan sedikit bajunya lalu mengulurkan tangan pada Junsu membantu anak itu naik.

"Pegangan, Suie. Aku aka  memacu kudanya kencang. Kalo jatuh kau masih bisa mati tidak seperti ku." Junsu memeluk pinggang Jaejoong erat.

Hiyyaaa!

Jaejoong memacu kudanya dengan cepat membelah hutan yang gelap tersebut. Tujuannya adalah keluar dari hutan secepat mungkin karena hutan dimana mereka berada sekarang adalah daerah perbatasan klan Vampir dengan para Werewolf. Sebenarnya terlalu berbahaya jika harus melewati daerah klan Werewolf karena bagaimana pun kedua klan tersebut tidak memiliki hubungan yang akrab walau keduanya juga tidak saling berselisih. Tujuan utama Jaejoong adalah daerah Paling ujung dari klan Werewolf dimana Jaejoong dan Junsu akan menyebrangi samudra untuk sampai ke pulau para Penyihir. Para Penyihir sangat baik siap tahu mereka bisa menolong Junsu juga Jaejoong dari para pemburu Vampir kata Ayah Jaejoong dulu.



"Jongie! Matahari mulai meninggi. Apa masih jauh daerah para Werewolf?!" Seru Junsu gelisah. Junsu melihat ke arah Timur dimana matahari mulai bersinar terang. Dirinya tidak khawatir dengan sinar matahari tapi dia khawatir dengan Jaejoong yang tidak tahan dengan sinar matahari.

" Sebentar lagi, Suie. Kau tenang saja aku adalah keturunan dari klan terkuat. Aku tidak akan mati hanya karena matahari!" Seru Jaejoong.

"Tapi kau masih belum cukup memiliki kekebalan dengan sinar matahari."

"Tak apa! Kulitku hanya akan melepuh saja. Aku tidak akan menangis tenanglah, Suie." Jaejoong terus memacu kudanya membelah hutan.



"Apa kau tahu klan dari kastil Thema telah musnah semua."

"Sungguh!"

"Tentu saja. Aku dengar dari salah satu warga desa sebelah yang datang berkunjung. Para pemburu dan Quinxi yang memusnahkan klan mereka."

"Quinxi para pemanah? Bukankah Quinxi tidak boleh ikut campur urusan para pemburu?"

"Entahlah. Yang jelas klan itu sudah musnah tidak ada satu pun yang tersisa."

Junsu sedang mengantri di kasir setelah selesai mengisi perutnya yang keroncongan bagaimana pun Junsu masih manusia dia butuh makan. Samar-samar Junsu mendengar obrolan dua orang laki-laki yang berdiri di pojok rumah makan tidak jauh dari tempat Junsu. Rasa was-was menyelimuti Junsu. Dia harus sesegera mungkin meninggalkan tempat tersebut.

Junsu berjalan sebiasa mungkin berusaha tidak menarik perhatian orang-orang yang ada di sekitar. Junsu terus berjalan memasuki sebuah gang sempit yang di apit oleh rumah-rumah warga. Jalan sempit tersebut begitu berliku jika bukan orang yang biasa melewatinya dipastikan dia akan tersesat. Tapi untungnya Junsu adalah orang yang jenius bisa menghapal jalan dengan baik.

Hup!

Junsu baru saja melompat pagar batu pembatas antara hutan dan pemukiman warga dengan sangat mudah. Setelah memastikan tidak ada seseorang yang mengikutinya Junsu berlari menembus hutan. Di tengah hutan ada sebuah sungai yang jernih Junsu menyusuri pinggiran sungai tersebut yang membawanya kesebuah gua yang amat tersembunyi di tapi jurang.

"Jae." Bisik Junsu pelan.

Junsu semakin masuk kedalam gua. Junsu nenyalakan lampu minyak yang dia beli tadi dari desa. "Terlalu terang,Suie." Sebuah bisikan lemah mengagetkan Junsu. "Maaf. Aku pindahkan ke arah yang lain saja lampunya."

"Kau mau makan,Jongie. Aku membeli daging untukmu. Ada sedikit darah yang aku ambil diam-diam dari tempat pemotongan hewan." Junsu membuka tas yang terbuat dari kulit binatang lalu mengeluarkan isinya. Sebuah bungkusan plastik besar Junsu keluarkan dari sana.

Tidak ada jawaban dari Jaejoong hanya rintihan lemah yang Jaejoong keluarkan. Junsu mendekati Jaejoong,rasa iba terlihat jelas dimata remaja tersebut bagaimana tidak jika saat ini hampir seluruh tangan,wajah, dan beberapa bagian tubuh lainnya melepuh. Kulit Jaejoong merah dan mengelupas rasa perih,panas dan kesakitan yang Jaejoong rasakan. Benar kata Junsu jika kekebalan tubuhnya belum sempurna seperti orang dewasa yang mampu berjalan di bawah terik mathari di musim panas.

Junsu menyuapkan sepotong daging kelinci yang penuh darah pada Jaejoong. Dengan perlahan Jaejoong mengunyah daging yang Junsu berikan.

Satu suap...
Dua suap...
Hingga gumpalan daging yang cukup besar itu pun habis.

"Apa tidak ada selada?" Bisik Jaejoong pelan. Junsu mengeluarkan kembali bungkusan kecil dari dalam tasnya. "Aku tahu kau akan menanyakan sayuran. Aku membelikan banyak selada. Makanlah." Junsu menaruh bungkusan sayur itu kepangkuan Jaejoong yang seluruh tubuhnya di selimuti jubah besar hanya wajahnya saja yang terlihat. Perlahan Jaejoong mengunyah daun selada yang sangat dia sukai.

"Aku... Tadi mendengar kabar buruk tentang kastil Thema."

Jaejoong menghentikan kunyahannya. "Semuanya buruk bukan?".

Junsu mengangguk kecil. "Semua yang ada di Thema telah di hancurkan. Tidak ada lagi yang tersisa para Pemburu dan Quinxi yang melakukannya."

"Klan ku hancur... Semuanya musnah... Papa dan Himchan pun telah di tidurkan paksa." Ucap Jaejoong pelan.

"Jongie..." Junsu memeluk Jaejoong pelan.

Jaejoong menangis dalam diam hatinya begitu sakit mendengar seluruh klannya telah musnah dan hanya dirinya yang tersisa begitu pun Junsu karena keluarganya juga di pastikan telah meninggal. Semua meninggalkan dirinya sebatang kara bersama Jaejoong. Miris bukan

TBC

All pic ©google
Typos is Art

✴✴✴ MINE-KIM JAEJOONG ✴✴✴
2018

MINE - KIM JAEJOONGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang