Pt. 11 | Diary Coffe

633 73 1
                                    

"Diary coffe, sampaikan pesan ini padanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Diary coffe, sampaikan pesan ini padanya."

___
|A|
|B|
|A|
|N|
|G|
|K|
|U|

⠀ ⠀ ⠀ ⠀ ⠀ ⠀ ⠀ ⠀ ⠀ ⠀ ⠀ ⠀ ⠀ ⠀ ⠀
Dia membuka buku itu dengan gemetar. Buku bernuansa cokelat dengan gambar secangkir kopi yang terdapat di sampulnya. Membuka halaman pertama dan mendapati nama sang pemilik buku. Tertulis jelas nama Yuna di sana.

Dia mulai menelisik tiap huruf yang menyatu menjadi kata-kata indah. Melahirkan kalimat-kalimat yang tertata rapih di atas selembar kertas putih. Tulisannya sangat indah, tidak akan membuat matamu letih ataupun bosan saat membacanya.

Tulisannya benar-benar membuatmu candu untuk menelisik lebih dalam. Menghayati tiap makna yang tersirat di balik tinta hitam itu. Membuat dadaku terasa perih dan sesak saat membayangkan wajahnya yang tengah menulis.

Bekas air mata itu masih membekas di tiap kertasnya. Bahkan meninggalkan jejak di tinta-tinta yang terlihat memudar. Dia bisa merasakannya.

Merasakan semangat, sedih, bahagia, semuanya. Meski buku ini sepintas hanya terlihat memiliki satu warna, tapi saat membacanya kau akan tahu betapa banyak warna yang tertuang di setiap halamannya.

= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =
Dear Diary

⠀ ⠀ ⠀ ⠀ ⠀ ⠀ ⠀ ⠀ ⠀ ⠀ ⠀ ⠀ ⠀ ⠀ ⠀

Selasa, 30 Juli.


Akhirnya aku sempat memindahkan kejadian hari ini di sini. Kalau boleh jujur, aku tidak ingin melupakan setiap kisahku. Apa boleh buat, aku pelupa. Aku juga yakin suatu saat buku ini akan menjadi salah satu sejarah hidupku (emot sedih).

Hari ini adalah hari dimana film horor terbaru tayang di bioskop dekat rumah. Heol, film ini sudah terakreditasi A dan lulus sensor tentunya. Bagi pecinta film genre horor, wajib banget buat nonton ini. Ah, kebetulan bang Raey salah satunya.

Jadi pas pulang sekolah kusempatkan buat beli tiketnya. Yah, kupikir dia akan mau-mau saja. Duh, siapa sih yang tidak luluh kalau diajak nonton? Apalagi film kesukaan dari lahir batin (emot api).

Sengaja juga kupesan lebih cepat, biar bisa ambil yang tayangnya sekitar jam setengah sembilan malam. Kan lebih seru, tuh. Biar setannya ngikut sampai rumah. Bercanda.

Kalau tidak salah sekitar jam 18:01 malam.

Pas itu bang Raey pulangnya lama (emot sedih). Jadi setibanya anak itu di rumah, aku yang sudah menunggu lama di ruang tamu langsung lari menghampiri dia. Terus kibas-kibasin dua tiket nonton yang sudah kugenggam dengan penuh harap dari tadi.

Aku menawarkan nonton bersama dan mengatakan kalau aku yang akan mentraktirnya. Membeli minuman dan popcorn bucket. Tapi jawabannya benar-benar di luar ekspetasi. Dia menolakku mentah-mentah (emot mau nangis).

Dear Brothe[r] | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang