Chapter - 03

8.7K 98 2
                                    

Di sebuah rumah berlantai 2 di daerah Makassar bagian Utara, terlihat sepasang suami istri sedang duduk santai diteras rumah.

"Mah, kok si Reni gak turun-turun dari kamarnya yah?" Ujar si pria sambil menikmati sebatang rokok kretek.

"Gak tau juga Pah... mungkin masih tidur kali." Jawab si wanita sambil menoleh ke si pria.

"Liatin gih.. kali aja, dia lagi ada masalah?"

"Ihhh Papah, malas banget... bentar aja deh." Jawab wanita itu. "Paling juga kalau lapar, dia turun ke bawah."

"Ya sudah..."



Beberapa saat kemudian...


Berbeda saat ini yang terjadi di dalam kamar yang terletak di lantai 2 rumah tersebut. Terlihat beberapa tissue yang berserakan di lantai. Tentu saja tissue-tissue tersebut menjadi korban seorang gadis yang meratapi kesedihannya dalam kamar.

Wajah pucat, dan dua bola mata yang terlihat masih merah karena bekas air mata yang mengalir beberapa kali setiap mengingat kejadian semalam.

Kejadian yang membuatnya patah harapan. Apa yang selama ini ia impikan akhirnya kandas ditengah jalan setelah mengetahui bahwa pria yang selama ini ia cintai bermain serong dibelakangnya.

"Kak Joko... hikz...hikz... kenapa kamu tega nyakitin Reni." Air matanya kembali mengalir setiap menyebut nama pria yang telah menyakitinya.

"Apa salah Reni Kak? Hikz...hikz... APAAAA??"

Berulang kali HPnya berdering tanda adanya panggilan masuk dari pria yang ia maksud. Namun, Reni tak menggubrisnya dan hanya memilih menyendiri dikamarnya untuk meratapi nasibnya yang sedang hancur.

Berulangkali ia memukul-mukul bantalnya, menyesal dengan nasibnya yang seperti ini.

Padahal dia sangat percaya selama ini dengan pria yang bernama Joko. Reni sangat mencintainya melebihi apapun, itu menurut Reni. Namun, Joko telah menghianati kepercayaannya dengan bermain dibelakangnya bersama wanita lain.

"Bangsatttt lo Jok... bangsattt. Ternyata selama ini lo udah ngebohongin gue." Matanya memerah, amarahnya memuncak setiap saat mengingat wajah pria itu.

Saat gadis itu masih sibuk mengutuk pria yang bernama Joko, tiba-tiba pintu kamarnya diketuk dari luar.


Tok...Tok...Tok!!! "Ren... udah bangun belum sayang?" Suara merdu dari luar kamar terdengar oleh gadis itu. Membuatnya segera menyeka wajahnya dengan tissue, lalu melangkah ke pintu tapi tanpa sadar bahwa suasana kamarnya sedang berantakan.


Krieeekkkk!!! Pintu kamar terbuka.


"Mah," Ujar Reni memelas saat melihat Mamahnya berada di depan pintu.

"Astagfirullahhhh... kok kamar kamu berantakan gini sayang?" Tanya Mamahnya sesaat, lalu wanita itu menoleh ke Reni yang terlihat lesu dan tak bersemangat.

"Mah... hikz...hikz..." Reni segera memeluk tubuh si mamah lalu menumpahkan semua kesedihannya membuat Mamahnya pun membalas pelukan anaknya. "Hikz...hikz..."

"Kamu kenapa sayang?" Tanya Mamahnya namun Reni enggan menjawabnya. "Ayo duduk dulu." Lanjut wanita itu sambil mengajak Reni untuk duduk di ranjang dalam kamar.

"Hikz...hikz... gak apa-apa Mah. Reni lagi sedih aja." Jawab gadis itu membuat Mamahnya hanya geleng-geleng kepala.


"Gak mungkin, pasti ini gegara si Joko yah?"

"Hikz...hikz... i-iya Mah."

"Cerita ma Mamah... ada apa sebenarnya."

Akhirnya Reni menceritakan kejadian semalam, dimana saat ia tidak mendapatkan kabar dari Joko beberapa hari sebelumnya. Akhirnya ia memutuskan untuk mendatangi kosan pria itu sendiri.

Sebelumnya, ia telah mempersiapkan sebuah hadiah buat si Joko. Sebuah t-shirt bermerk surfing yang ia beli di salah satu Mall terdekat.

Lalu sorenya ia mencoba menghubungi pria itu, namun hasilnya nihil. Berulang kali ia mencobanya kembali, namun tetap saja telpon yang dihubungi tidak aktif.

Masih dengan pikiran yang positif, akhirnya Reni memberanikan diri untuk pergi ke kosan Joko.

Saat tiba di kosan Joko, Reni segera mengetuk pintu kamar. Dimana berulang kali ia mengetuk namun pintu kamar tidak terbuka, padahal jelas di parkiran mobil sebuah city car milik Joko masih ada. Berarti empunya masih ada di dalam kos, benak Reni saat itu.

Begitu pintu kamar terbuka, Reni yang awalnya ingin menyapa dengan menggunakan suara selembut mungkin di kejutkan atas apa yang ia saksikan di dalam kamar.

Seorang gadis sedang terbaring di atas ranjang milik Joko, dan pakaiannya sedikit berantakan. Jelas bagi Reni bahwa apa yang ia saksikan saat ini adalah sebuah perselingkuhan atau penghianatan atas dirinya.

Hatinya hancur berkeping-keping melihat Joko berduaan dengan gadis lain. Sebuah tamparan mendarat di pipi kanan pria itu, lalu Reni segera meninggalkan kosan Joko sambil menangis.

Joko berusaha menjelaskan masalahnya, namun Reni sudah muak dengan pria itu. Apapun yang ia jelaskan saat itu tidak membuat hati Reni luluh kembali.

Sesaat Reni mengingat pesan mamahnya saat itu, dimana Mamahnya sudah mencurigai pria yang bernama Joko. Karena seorang Ibu, pasti mempunyai firasat apapun terhadap anaknya. Apalagi Reni adalah anak satu-satunya yang selama ini sangat di sayang dan dimanjakan oleh kedua orang tuanya.


"Gitu mah... Hikz...hikz." Kata Reni menyudahi ceritanya.

Mamahnya tersenyum, lalu wanita itu membelai lembut rambut anaknya. "Syukur deh kalau gitu."

"Kok syukur sih Mah? Hikz...hikz."

"Iya donk, kan Mamah udah ingetin kapan hari." Jawab Mamahnya tersenyum.

"Tapi, Reni masih tidak terima di khianatin seperti ini Mah." Jawab Reni yang sudah sedikit mampu mengatur emosinya dan melepaskan pelukannya di tubuh mamahnya.

"Loh, justru yah Ren... Allah itu masih sayang sama kamu, makanya Allah menunjukkan sesuatu kepada kamu tentang kelakuan si Joko selama ini." Jelas Mamahnya sambil tersenyum. "Coba aja, saat kalian sudah menikah dan kamu baru mengetahui kelakuannya Joko. Kan udah terlambat."

"I-iya juga sih Mah," Jawab Reni sambil menyeka wajahnya.

"Maka dari itu, gak usah bersedih terlalu berlebihan sayang... Sedih sih boleh-boleh aja, yah namanya kita sebagai wanita disakiti sama seorang pria pasti sedih donk." Kata Mamahnya masih berusaha menghibur putrinya. "Namun, jangan berlebihan... yah kan sayang?"


"Hu uh... tapi."

"Tapi apaan sayang?" Tanya Mamahnya yang sudah mengelus pundak Reni.

"Reni sayang sama dia Mah."

"Iya, mamah tau kok... terus, apa kamu mau dikemudian hari kamu disakitin lagi?"

"Enggak." Jawab Reni sambil menunduk dan berfikir sejenak tentang apa yang Mamahnya jelaskan tadi.

"Ya sudah, mending kamu sholat dulu... berdoa sama Allah SWT, mintalah petunjuk kepadaNYA sayang... Insya Allah, akan dimudahkan olehNYA." Ujar Mamahnya membuat Reni menatap wajah Mamahnya dengan wajah sendu.

"I-iya Mah, Makasih yah Mah sudah menyadarkan Reni."

"Iya sayang, kalau ada apa-apa... jangan sungkan untuk berbagi cerita sama Mamah." Kata Mamahnya. "Biar bagaimana-pun, Mamah ini juga pernah muda loh."

"Hehe, siap Mah... lagian sekarang Reni pengen fokus ke kuliah aja."

"Gitu donk baru anak Mamah dan Papah." Ujar Mamahnya, lalu wanita itu mencium kening anaknya. "Ya sudah Mamah tunggu dibawah yah, kamu sholat dulu gih."

"Iya Mah, sekali lagi makasih yah Mamahku sayang."


Akirnya si Mamah meninggalkan Reni sendiri di dalam kamar, dan pergi mengatur makanan di meja makan untuk putrinya. Dan Reni terlihat tersenyum sesaat sebelum ia akhirnya menuju kamar mandi untuk membasuh wajahnya dan tentu saja untuk mengambil air Wudhu untuk menunaikan sholat.



Don't Give UpWhere stories live. Discover now