Chapter - 29

8.2K 142 88
                                    

Malam semakin larut, terlihat Reni sedang duduk sendiri di ruang tamu. Secangkir teh manis panas menemani kegalauannya malam ini, setelah beberapa saat mengingat kejadian beberapa hari yang lalu.

Walau perih yang ia rasakan, namun yang jelas ia pun sudah merasa plong setelah mengatakan semua perasaannya kepada seorang pria yang menurutnya sangat bodoh. Akan tetapi, lucunya sampai sekarang ia masih sangat mencintai pria bodoh itu.

Malam itu, ia telah mengungkapkan semuanya meskipun dengan menggunakan bahasa Prancis yang ia pelajari sejak duduk di bangku SMP. Dan ia tidak berharap jika pria itu mengerti, karena memang menurut Reni tentu saja pria itu tidak akan mengerti apa yang malam itu ia katakan.

Malam itu...

Setelah gadis itu mengambil sebuah boneka lucu memakai kostum bola kebangsaan Prancis. Beberapa detik, ia menatap kedua bola mata Ajie dengan penuh perasaan. Setelah memantapkan hatinya, maka ia menggerakkan lengan kanan boneka itu, dan mulai berbicara dengan bibir bergetar. "O homme insensé..." (Hai Pria bodoh...)

Ajie terdiam dan memasang ekpresi dingin sambil menatapnya. Tentu saja, Reni menyadari bahwa pria itu tak mengerti artinya. Akan tetapi dengan penuh perasaan ia melanjutkan ucapannya. "Bien sûr, vous pensez ce que je fais en ce moment..." (Pasti loe sedang berfikir apa yang gue lakukan saat ini...)

Reni kembali menarik nafasnya sesaat, lalu melanjutkan ucapannya yang sempat tertunda. "Vous savez? vous n'êtes pas mon type ..." (Loe tahu gak? loe itu bukan tipe gue...)

"Homme stupide, laid, oublieux ..." (Pria bodoh, jelek, pelupa...)

"Mais la chose drôle est, pourquoi je ne peux pas vous oublier..." (Tapi lucunya, kenapa gue tidak bisa nge-lupain elo sampai saat ini...)


"Et vous savez?" (Dan loe tau gak?) Sesaat gadis itu menahan sesak di dadanya, tanpa mengalihkan pandangannya dari pria dihadapannya yang masih saja terdiam memasang ekspresi dingin. "Ce soir ... Je viens de réaliser ..." (Malam ini... gue baru sadar...)

"S'il se trouve, tout ce temps je ..." (Kalau ternyata, selama ini gue...)

Dugh...Dugh...Dugh!!! sengaja ia menggantung ucapannya. Karena tiba-tiba ia merasa air matanya sebentar lagi akan tumpah.

"Vous aimez...Ji." (Gue mencintai loe... Ji)

"Je t'aime... Ajie Prayoga." (I love you... Ajie Prayoga.)

Setelah menyelesaikan semua kalimatnya, Reni menatapnya dengan penuh kesakitan. Dan beberapa detik berlalu, pria itu tetap tidak merubah ekspresi wajahnya.

"Kamu..." Satu kata yang pria itu keluarkan, membuat sekujur tubuh gadis itu gemetar. Dalam pikirannya apakah pria itu mengetahui arti yang barusan ia katakan?

"Hmm, suka dengan boneka itu?" Degh!!! Kembali gadis itu terkejut, akan tetapi dengan cepat ia menjawab hanya menggelengkan kepala. Kemudian, mengembalikan boneka itu ke tempatnya semula. Lalu melangkah meninggalkan Ajie yang masih berdiri kaku.

"Enggak... gak mungkin Ajie ngerti apa yang gue katakan tuh malam." Gumamnya setelah mengingat kejadian malam itu.

Ia tersenyum...

Akan tetapi senyuman itu sebenarnya adalah cara menutupi perasaan kesakitannya setelah mengingat beberapa kejadian di Toraja.

Yah, walaupun perasaannya tidak terbalaskan oleh Ajie. Akan tetapi, cukup baginya mengenang semua saat-saat indah mereka berdua.

Dan kembali Reni mengingat penggalan kenangan malam itu...

Beberapa saat kemudian...
Setelah Ajie dan Reni tiba di rumah tante Ana, terlihat mereka berdua masih diam membisu tanpa ada yang memulai membuka suara.

Memang sih, setelah Reni meninggalkan Ajie di depan toko boneka. Gadis itu segera melangkah dengan cepat tanpa menghiraukan Ajie yang entah apa yang ia lakukan di belakangnya.

Yang jelas, gadis itu tersadar saat sebuah taksi sudah berhenti di sampingnya setelah ia tanpa sadar sudah berjalan beberapa puluh meter meninggalkan toko tersebut.

"Yuk..." Suara Ajie baru saja terdengar membuat gadis itu menoleh. Ternyata, Ajie sudah berada di dalam taksi saat kaca mobil bagian depan terbuka, Dan posisinya sedang duduk di samping supir.

Reni menghela nafas, kemudian memilih naik ke dalam taksi. Jelas ia tidak mau terlihat bodoh di depan Ajie. Karena jika ingin mengikuti kata hatinya, Ia pasti akan kesal dan sakit hati terhadap Ajie, dan pasti saja lebih memilih jalan kaki seperti pasangan-pasangan ABG lainnya yang jikalau ngambek tidak akan mengikuti apa yang dikatakan pasangannya.
Namun, Reni berbeda...

Maka dari itu, sepanjang jalan menuju rumah tante Ana, Reni lebih memilih diam.

Gadis itu kembali tersadar saat sudah berdiri di depan pintu kamarnya, dan merasakan bahwa Ajie masih berdiri dibelakangnya yang memang bersamaan ingin ke kamar masing-masing.

Reni menarik nafasnya yang terasa sesak, kemudian saat baru ingin menggerakkan kakinya...

"Ren..." Degh!!! Baru saja terdengar suara Ajie memanggilnya, membuatnya menghentikan langkahnya.


Terdengar suara langkah kaki mendekatinya dari belakang.

"Nih..." Kembali suara Ajie terdengar dibelakangnya. Dan sepertinya pria itu sudah berada sangat dekat dibelakang gadis itu.

Reni akhirnya membalikkan tubuhnya, lalu menatap sesuatu di tangan Ajie.

"Ke-kenapa..." Belum sempat gadis itu menyelesaikan kalimatnya, Ajie menyela secepatnya.


"Aku pikir, sepertinya kamu menyukai boneka ini... makanya, aku membelikannya untukmu."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 25, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Don't Give UpWhere stories live. Discover now