Chapter - 18

3.1K 37 2
                                    

Malam ini Ajie dan Vita sedang duduk berduaan di dalam kamar hotel.

Vita baru saja dipersilahkan oleh Ajie untuk masuk. Namun, Ajie sedikit terganggu dengan penampilan wanita itu. Memakai kaos berwarna merah jambu, dengan kerah baju berbentuk 'U' yang sedikit melorot kebawah, hingga memperlihatkan belahan bukit kembar milik Vita.

Sedangkan bawahannya masih sopan, karena Vita masih menggunakan celana panjang jeans berwarna biru muda.

"Pak, nih kamar boleh mo ba rokok?" (Pak, Boleh merokok gak di kamar ini?) Tanya vita yang baru saja menghempaskan pantatnya di atas ranjang dengan bedcover berwarna putih.

"Kamu ngerokok yah?" Tanya Ajie heran, dan masih berdiri menatap wanita itu.


Tap...Tap...Tap!!! Vita memukul-mukul ujung bungkus rokok ke telapak tangannya, kemudian mengambil sebatang rokok dari dalam bungkusnya.


"Kadang sih Pak, kalo lagi pengen." Jawab Vita sembari menjempit ujung filter rokok di bibir seksinya. Kemudian, ia menatap wajah Ajie sambil memainkan korek gas di tangannya. "Boleh gak nih Pak?" Lanjutnya bertanya sambil menyalakan koreknya.

"Belum tau sih, tapi sepertinya memang ini kamar smoking... karena hanya satu doank Heat detectornya. Begitu juga Sprinkler-nya, aku lihatnya cuman satu." Kata Ajie sambil melihat ke atas.

"Paling nanti bunyi doank alarmnya." Kata Vita cuek sambil membakar ujung rokok-nya. "Fiuuhhhhhhh." Sesaat setelah ia menghisap dalam-dalam rokoknya, lalu menghembuskan asapnya ke langit-langit.


"Dasar..." Kata Ajie yang melangkah duduk di tempatnya tadi. Sambil kembali menatap layar lepi.

"Ngerjain apaan Pak?" Tanya Vita menatap Ajie dari belakang.

"Gak ada, cuman pengen buka laptop aja." Jawab Ajie sambil menoleh ke wanita itu.

"Hehe, bilang aja... kalo Pak Ajie itu grogi toh deng Vita?" Tanya Vita dengan posisi mengangkat kaki kanannya lalu menyilangkan di atas kaki kirinya. "Fiuhhhhh..."

"Gak juga, lagian kan kamu pengen ngobrol berdua nih?" Tanya Ajie sembari mengangkat kursinya agar tubuhnya berbalik dan berhadapan dengan wanita itu.

"Hehehe, Iya sih Pak... banyak yang pengen Vita tanya ke Pak Ajie." Ujar Vita tersenyum.

"Ya udah, ngomong aja... gak usah pake acara sungkan yah." Kata Ajie membalas senyuman Vita.

"Siapa so yang sungkan... hehehe, nyanda katu Pak... Bakusedu (Bercanda)" Kata Vita.

"Ya sudah, mau ngobrol apaa nih?" Tanya Ajie ikut tertawa kecil, dan terlihat ia pun mulai santai sambil melipat kakinya satu seperti yang Vita lakukan.

"Pak Ajie so kaweng (Kawin)?" Tanya Vita membuat Ajie mengerutkan keningnya.

"Masa kamu belum tau? Kan kapan hari aku dah ngasih tau ke kalian... kalo aku tuh masih bujang." Jawab Ajie.


"Kawin Pak... bukan Nikah. Hehehehehehe," Candaan Vita barusan membuat Ajie hanya menggelengkan kepalanya.

"Sama aja Vit." Jawab Ajie.

"Beda Pak, ini noh bapak... Kaweng itu, baku naik do Pak... kalo Nikah itu, yah married noh." Jawab Vita tapi masih dengan candaan sambil tersenyum.

"Hehehe, kamu bisa aja."


Hening...

Ajie dan Vita saling bertatapan. Hingga senyuman tersungging di bibir Vita membuat Ajie mengerutkan keningnya.


"Kenapa kamu senyum?" Tanya Ajie.

"Pak Ajie ganteng kang... hehehehe, kidding Pak." Kata Vita masih dengan candaan.

Malam ini, Ajie berhadapan dengan Vita terlihat santai dan pikirannya tidak berfikir negative terhadap wanita itu.


"Masa sih? Tapi kenapa aku belum laku juga? Hehehe," Kata Ajie membalas candaan Vita.

"Mungkin bapak terlalu banyak memilih... hehehehe, oh iyo Pak, pesan Vita ke Pak Ajie... jangan cari cewek Manado for jadi Pak Ajie pe maitua (Istri)nantinya neh." Kata Vita membuat Ajie mengernyitkan alisnya.

"Kenapa emangnya?"

"Sudah jo Pak, mo sakit hati bapak nantinya... hehehehehe," Jawab Vita.

"Hehehe kamu ada-ada aja." Jawab Ajie.


Mereka saling mengobrol, dan masing-masing terlihat santai. Apalagi Vita, dia seringkali candain Ajie dengan Bahasa-bahasa sensual, namun kali ini Ajie merasa enjoy mengobrol dengan wanita itu. Bahkan makin kesini, nafsuhnya terhadap lawan jenis tidak muncul. Apa karena Vita kurang menarik?


Bukan...


Mungkin, karena Vita pembawaannya dewasa dan juga santai. Walaupun belahan dadanya sangat menggiurkan, namun Ajie yang sesekali tak sengaja melihatnya justru kali ini tidak mengundang nafsuh birahinya.

Diskusi mulai merambat ke diskusi tentang kerjaan. Disini Vita lumayan pintar bermain watak dan menarik ulurkan candaan agar pria di hadapannya tidak tegang, baik tubuh maupun sesuatu di selangkangannya.

Vita bertanya banyak hal. Mulai dari pembenahan diri dengan hal-hal basic menjadi seorang Sales Representatif. Bahkan kiat-kiat apa yang ia harus lakukan ke salesmannya agar bisa membangun lagi kepercayaan semua salesmannya terhadap dia.

"Jadi, Vita kok merasa semua Salesman so nda ada yang anggap pa Vita lagi... dorang jarang mo dengar apa yang vita intruksikan Pak." Ujar Vita di sela-sela.

"Hmm, gitu yah... Mungkin, kamu harus merubah polanya Vita..." Ajie mulai menjelaskan ke wanita itu.

Pertama, Ajie menjelaskan bahwa ia harus merubah kebiasaannya tentang bagaimana persiapkan sesuatu saat sebelum keluar dari kantor. Mulai dari pulpen, buku kecil, Katalog produk, leaflet program dan beberapa tools lainnya. Karena, sebelum memerintah orang lain harusnya diri kita terlebih dahulu dibenahin mulai dari hal yang kecil.

Kedua, mulai membentuk sebuah kerjasama team yang lebih harmonis dengan melakukan hal-hal kecil namun berdampak posisit buat teamnya. Memang, Ajie tidak bisa menyamakan dengan apa yang ia lakukan sebelumnya. Namun justru Ajie memberikan saran yang jauh lebih bagus lagi.

Ajie memberikan saran, untuk mulai aktif melakukan briefing pagi bersama teamnya. Dan juga afternoon briefing. Bisa saja, Vita melakukan hal yang sama yang Ajie lakukan dulu. Menyiapkan cemilan kecil tiap sorenya. Namun, mengingat hal itu membutuhkan biaya, maka Ajie menyarankan membuat sebuah group di salah satu applikasi bernama Whats up. Di group ini mereka bisa menjalin komunikasi baik dari candaan, bahkan sampai hal yang serius.

Setiap eksekusi yang di lakukan oleh salesman-nya di modern market, wajib meng-share 2 foto tiap harinya di group. Dan, Ajie akan memberikan hadiah dua Salesman yang rajin dan paling bagus cara pengambilan fotonya tiap minggunya saat melakukan display produk, atau bahkan saat negosiasi dengan outlet untuk penetrasi produk-produknya di outlet tersebut. Yah, bukan hadiah mahal menurut Ajie. Cukup membelikan pulsa dengan paket data/Quota. Atau bahkan bisa saja, membelikan 2 tiket nonton XXI tiap minggunya. Nilainya kecil, namun berdampak positif buat teamnya.

Apa tujuan para salesman share foto-foto di group? Simple-nya, dengan sendirinya salesman akan terbiasa dan active dalam melakukan penetrasi ke outlet yang belum aktif. Dan juga, secara langsung mengajarkan salesman untuk mendisplay produk dengan ciamik di outlet sebelum ia mengambil gambar atau fotonya. Karena, tidak mungkin mereka share foto-foto yang amburadul. Karena mengingat ini ada hadiahnya.

Dan menurut Ajie lagi, jangan menunjuk pemenang yang sama tiap minggunya. Walaupun mungkin foto yang ia kirim masih lebih bagus eksekusinya daripada team lainnya yang belum menjadi pemenang. Tujuannya, agar semua team kebagian hadiahnya dan menjadi sebuah motivasi buat para salesman untuk menjadi lebih baik.

Ke-tiga, Ajie menyarankan ke Vita untuk aktif melakukan coaching ke semua team salesman under dia bergantian. Cukup di random aja, dengan cara join visit dengan salesman dan mengajarkan cara menawarkan produknya ke outlet.

Itulah beberapa hal yang Ajie sarankan untuk Vita segera lakukan. Karena, sesuatu yang sukses berawal dari hal yang basic dulu.


"Hmm, ini nih yang memang selama ini Vita nda pernah di kasih tau deng Pak Nando." Kata Vita setelah mendengar semua saran Ajie.

"Yah, mungkin masing-masing leader berbeda-beda caranya mendevelop ke teamnya Vit." Kata Ajie sambil tersenyum.

"Tapi beda noh Pak... memang Pak Ajie is the best lah... hehehehe," Jawab Vita sambil tertawa kecil.

"Hehehe, bisaan kamu Vit." Kata Ajie.


"Oh iyo Pak, bapak belum ngantuk?" Tanya Vita kemudian.

"Belum sih... kenapa emangnya?" Tanya Ajie.

"Baru jam 9 Pak, mo jalan-jalan deng anak-anak yang lain nda?" Tanya Vita sesaat setelah melihat jam di HPnya.

"Emangnya, mau jalan kemana malam-malam gini? Emangnya ada sesuatu yang menyenangkan gitu di Gorontalo?" Tanya Ajie tersenyum.

"Ada noh Pak. Kalo mau, Vita telfon Maikel deng Jenny dulu." Jawab Vita membuat Ajie sesaat berfikir, lalu mengangguk.

"Boleh deh..."



Don't Give UpWhere stories live. Discover now